Kisah Pabrik Gula Sindanglaut Cirebon, 2020 Sempat Tutup dan Kini Kembali Beroperasi
Pabrik ini cukup terkenal bahkan hingga se wilayah Jawa Barat. Usianya yang sudah 151 tahun membuat kawasan tersebut sarat dengan nilai sejarah sejak didirikan di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Pabrik Gula Sindanglaut di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat kini kembali beroperasi. Kegiatan produksi sendiri ditandai dengan dilangsungkannya tradisi manten tebu pada Rabu (17/5) sebagai upaya untuk memohon kelancaran selama proses produksi gula. Sebelumnya pabrik tersebut sempat berhenti beroperasi di tahun 2020 lalu.
Pabrik ini cukup terkenal hampir seluruh wilayah di Jawa Barat. Usianya yang sudah 151 tahun membuat kawasan tersebut sarat dengan nilai sejarah sejak didirikan di masa pemerintahan Hindia Belanda.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Keberadaannya amat berjasa bagi perekonomian Cirebon di masa lampau karena mampu membantu kebutuhan gula di masa silam. Pabrik Gula Sindanglaut sendiri berdiri di lahan tebu seluas 1.152 hektare. Berikut selengkapnya
Didirikan tahun 1872
Pabrik Gula Sindanglaut ©2023 YouTube Orphans Channel/ Merdeka.com
Dikutip dari Liputan6, Pabrik Gula Sindanglaut memulai kiprahnya sebagai tempat produksi gula di wilayah Cirebon tahun 1872. Ketika itu, Benjamin Feist menginisiasi pendiriannya dan melakukan kerja sama dengan sebuah perusahaan gula Belanda bernama Nederlandsch Indies Landbouw Maatschappij (NILM).
Di masa kejayaannya, pabrik ini sempat memiliki kapasitas produksi gula yang cukup tinggi yakni sebanyak 10.572,48 kg, dan gula stroop 409,14 ton.
Di tahun itu, pabrik yang memiliki nama “Singdanglaoet” tersebut memiliki kantor direksi di Jakarta dengan nama CV Waller & Plato. Mesin-mesin besar menjadi penunjang proses giling sampai kristalisasi gula.
Diambil alih masyarakat
Merujuk laman direktoripariwisata.id, operasional pabrik oleh pemerintah Belanda berakhir di masa perang dunia ke II. Ketika itu banyak pabrik peninggalan masa kolonial sebelumnya yang terbengkalai dan tidak terurus sehingga diambil alih oleh pemerintahan Jepang.
Setelah perang dunia berakhir, pabrik-pabrik gula termasuk Sindanglaut ikut terbengkalai dan diambil alih oleh masyarakat Indonesia.
Untuk memudahkan proses pengelolaan dan perawatan, pabrik-pabrik gula tersebut didata dan dikelola secara baik oleh pemerintah melalui skema peleburan. Pabrik-pabrik yang dilebur itu masuk ke dalam satu badan hukum bernama Badan Penyelenggaraan Perusahaan Gula Negara (BPPGN).
Dari situ, tata kelola lanjutan disempurnakan melalui undang-undang tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia nomor 86 tahun 1958 melalui Undang-Undang Nasionalisasi Perusahaan Belanda. Di sana tidak hanya perusahaan gula, namun semua perusahaan yang merupakan peninggalan Belanda.
Berhenti beroperasi tahun 2020
Adapun kesuksesan Pabrik Gula Sindanglaut ini tidak selalu berjalan mulus. Banyak rintangan yang dihadapi perusahaan, termasuk kekurangan pasokan tebu di tahun 2020. Setelah 122 tahun menggiling tebu, pabrik ini terpaksa ditutup oleh jajaran direksi.
Dilansir dari ANTARA, penutupan pabrik sendiri lantaran minimnya bahan baku tebu rakyat yang menjadi tumpuan produksi gula. Saat itu pasokan tebu hanya tersisa kurang dari angka ideal yang menjadi standar.
"Pada 2020, kami memang melakukan penutupan karena bahan baku tidak ada. Untuk kebutuhan per hari di PG Sindanglaut itu mencapai 1.800 ton," Sekretaris Perusahaan PG Rajawali II Cirebon Karpo Budiman Nursi, Senin.
Pengoprasian juga mengacu ke tingginya minat para petani menanam tebu, bahkan sejak tahun lalu. Ketika itu masa giling berlangsung lebih panjang yakni mencapai 180 hari dari yang idealnya sekitar 120-150 hari.
Manten tebu dan kembalinya Pabrik Gula Sindanglaut
Seperti terpantau di kanal YouTube 28 Projects, musim giling tahun ini dimulai dengan kegiatan manten tebu atau mengawinkan dua tanaman yang disimbolkan sebagai laki-laki dan perempuan.
Kegiatan ini diisi dengan mengarak dua buah tebu, dan puluhan tebu lain sebagai pengawal menggunakan kereta kencana. Terlihat iring-iringan drum band memeriahkan prosesi tersebut.
Selama penutupan, dirinya memastikan jika perusahaan tetap melakukan perawatan pada mesin-mesin berukuran besar.
"Musim giling tahun ini kami kembali mengoperasikan PG Sindanglaut," tambahnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, produksi tebu di tahun 2022 mengalami kenaikan di angka luas lahan 4.166,60 hektare. Sebelumnya pada tahun 2021 angkanya hanya tercatat di 3.670,71 hektare. Sehingga jumlah kenaikan mencapai 847,54 hektare.