Melihat Kembali Evolusi Batavia jadi Ibu Kota Jakarta, Awalnya hanya Kota Pelabuhan Kecil
Dulunya Jakarta merupakan kota pelabuhan kecil dengan corak India
Dulunya Jakarta merupakan kota pelabuhan kecil dengan corak India
Melihat Kembali Evolusi Batavia jadi Ibu Kota Jakarta, Awalnya hanya Kota Pelabuhan Kecil
Siapa sangka jika Ibu Kota Jakarta dulunya hanya sebuah wilayah pelabuhan kecil dengan luas wilayah sekitar 125 KM persegi.
-
Kenapa Kota Tua Jakarta disebut Batavia? Kota Tua Jakarta, yang dahulu dikenal sebagai Batavia pada masa penjajahan Belanda, menghadirkan petualangan yang memikat bagi mereka yang ingin menjelajahi kekayaan sejarah dan keajaiban arsitektur kolonial.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Jakarta yang memiliki penjara bawah tanah? Menariknya, di bawah museum fatahilah ini terdapat berbagai penjara bawah tanah yang bisa kamu kunjungi dan dapat merasakan bagaimana di dalam penjara tersebut.
-
Kenapa tempat wisata sejarah di Jakarta cocok untuk ngabuburit? Nah, untuk masyarakat Jakarta, momen ngabuburit menjadi aktivitas yang menarik untuk dilakukan dengan berpergian ke beberapa destinasi wisata. Di tengah gemerlapnya pusat kota Jakarta yang modern, terselip berbagai tempat wisata bersejarah yang menjadi saksi bisu perkembangan kota ini dari masa ke masa.
-
Apa usulan Bamus Betawi terkait pemerintahan Jakarta? Kita sudah berembuk di dalam internal majelis adat, ada empat usulan itu. Yang pertama tentang susunan pemerintahan. Kita mengusulkan agar gubernur dan wakil gubernur ditunjuk oleh presiden," kata Oding saat dihubungi merdeka.com, Kamis (7/12).
Di awal terbentuknya, Jakarta masih merupakan wilayah dari kerajaan-kerajaan bercorak India. Sebagian besar kebudayaan yang dianut merupakan adaptasi dari ajaran Hindu-Buddha.
Seiring berjalannya waktu, wilayah utara pulau Jawa itu mulai menujukkan adanya aktivitas ekonomi. Geliat perdagangan berputar cepat di sini bahkan hingga jadi kota pelabuhan yang dikenal dunia.
Kondisi ini terjadi setelah masuknya kolonialisme Eropa yang cukup masif, terlebih saat berdirinya kongsi dagang VOC. Seperti apa kelanjutannya? Yuk simak selengkapnya.
Jakarta kala bercorak India
Mengutip jakarta.go.id, awal terbentuknya Jakarta sebagai salah satu pusat peradaban bermula di tahun 397 M. Ketika itu wilayahnya masih dimiliki oleh Kerajaan Tarumanegara yang termasuk tertua kedua di Indonesia.
Saat dipimpin Purnawarman, pusat pemerintahannya terletak di antara Kecamatan Tugu, Jakarta Utara dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Karena Tarumanegara menganut kebudayaan Hindu, maka kebudayaan dan corak masyarakatnya sangat identik dengan India. Ini bisa terlihat dari peninggalannya berupa prasasti, kerajaan sampai hasil kerajinan tembikar.
Terus berkembang sebagai pusat perekonomian
Masuknya penjajah ke Indonesia pada 1500-an rupanya berdampak ke perubahan tata ruang. Daerah yang sebelumnya bernama Sunda Kelapa ini merupakan rawa dan hutan belantara perlahan dialihfungsikan sebagai permukiman dan pusat perdagangan
Benteng pertahanan mulai dibangun. Pusat-pusat industri dan perdagangan berskala kecil hingga menengah juga didirikan. Jejak kebudayaan Hindu India yang sebelumnya melekat perlahan berganti menjadi mini Eropa dengan gaya bangunan dominan ala abad pertengahan.
Nama wilayah ini kemudian dikukuhkan menjadi Batavia yang disahkan oleh Belanda tahun 1619 dan berasal dari Batavier atau Batavi. Kata ini merujuk pada nenek moyang bangsa Belanda dan Jerman.
Terus dimekarkan
Beratus tahun kemudian, tepatnya pada 1905, Batavia kemudian dikukuhkan menjadi Kotapraja yang artinya merupakan daerah terpusat sebagai sebuah kota besar.
Kota ini juga dipimpin oleh walikota dengan luas daerah yang terus dimekarkan mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Penjaringan, Kota Tua Batavia, Mangga Besar, Tanah Abang, Gambir, Ancol, Tanjung Priok, Regentschap Meester Cornelis (Jatinegara), Kampung Melayu, Tebet, Pasar Minggu, Cipete, hingga Kebayoran.
- 10 Wisata Kota Tua di Indonesia yang Cocok Jadi Destinasi Liburan Akhir Tahun
- Ini yang Terjadi Jika Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Indonesia
- Menhub Budi: LRT Jabodebek Segera Terintegrasi dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
- Harga Tanah di Jakarta dan Sekitarnya Tak akan Turun Meski Ibu Kota Pindah, Apa Penyebabnya?
Sampai era penjajahan Jepang, Kotapraja ini terus diluaskan kordinatnya hingga melewati Cilincing, Klender, Cakung sampai Pulo Gadung yang pada masa Kolonial Belanda masuk ke wilayah Bekasi.
Sampai paska kemerdekaan di tahun 1950, luas wilayahnya terus bertambah dari titik Cengkareng, Slipi, Kebon Jeruk. Jagakarsa, Cipete, Cijantung, Lenteng Agung dan Kepulauan Seribu.
Kini luas Jakarta mencapai 661 kilometer persegi
Penambahan terus dilakukan sampai awal masa pemerintaha Soeharto pada 1978 dengan total luas wilayah sampai 661 kilometer persegi.
Di masa orde lama sampai order baru pembangunan digencarkan di Jakarta sebagai daya tarik. Ikon-ikon juga diresmikan seperti Monumen Nasional, Masjid Istiqlal, Taman Mini Indonesia Indah juga area hiburan.
Jakarta seketika dikenal sebagai pusat ekonomi Indonesia, dan banyak mengundang orang-orang dari luar daerah untuk mencari nafkah di sana. Sebelumnya di 1961, statusnya juga diganti menjadi daerah khusus ibu kota atau DKI Jakarta.