Potret Sri Mulyani Ajak 4 Cucu Keliling Gedung Kemenkeu, Ceritakan Sejarah Jakarta
Jakarta dulu bernama Batavia yang juga menjadi Pusat Pemerintahan Hindia Belanda.
Sri Mulyani Kenakan Setelan Olah Raga Keliling Gedung Kemenkeu
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama suaminya, Tonny Sumartono membagikan momen keseruan mengajak 4 cucunya berkeliling gedung AA Maramis, di Komplek Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat.
Pagi itu, Sri Mulyani dan suaminya terlihat mengenakan setelan olah raga. Memakai kaos polo dengan celana panjang dan dilengkapi topi. Begitu juga dengan 2 cucu laki-lakinya yang memakai kaos bergambar yang sama, sedangkan 2 cucu perempuannya memakai pakaian main.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani mengajak para cucunya berkeliling Gedung AA Maramis. Sambil berkeliling dia juga menceritakan tentang sejarah gedung yang baru selesai direnovasi tersebut.
"Musim Libur sekolah-saya ajak cucu melihat Gedung Daendels (Gedung Maramis Kemenkeu) sambil bercerita sejarahnya," kata Sri Mulyani lewat akun Instagramnya @smindrawati, dikutip Sabtu (8/7).
Dia bercerita, Jakarta dulu bernama Batavia yang juga menjadi Pusat Pemerintahan Hindia Belanda. Kala itu, Batavia pernah dijuluki ‘Kuburan dari Timur’ karena penyakit kolera dan malaria yang menyebar dan mematikan.
Fenomena tersebut mendorong Gubernur Hindia Belanda, H.W. Daendels memindahkan pusat pemerintahan dari Oud Batavia di muara Sungai Ciliwung (sekarang kawasan Kota Tua) ke Niew Batavia di Weltevreden (sekarang Lapangan Banteng dan sekitarnya).
Pada 7 Maret 1809, Gubernur Jenderal H.W. Daendels membangun istana tempat tinggal dan sekaligus pusat pemerintahan. Istana tersebut diberi nama De Witte Huis (Gedung Putih) atau Grote Huis (Rumah Besar).
Sementara itu, gedung Daendels yang sekarang bernama Gedung AA Maramis merupakan bangunan tertua kedua di Jakarta setelah Istana Negara.
Namun, pada tahun 1811 Daendels berhenti menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Sehingga pembangunan baru dilanjutkan oleh Letnan Kolonel J.C Schultze, seorang perwira yang berpengalaman membangun gedung Societet Harmonie di Batavia. Weltevreden atau yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Banteng dibangun menggunakan pola konsentrik (memusat). Di Pusat Kawasan Weltevreden, terletak Istana Besar (Het Groote Huis) atau Het Witte Huis (Gedung Putih) - Istana Gubernur Jenderal yang sekarang menjadi Kementerian Keuangan dengan Lapangan Parade - Parade Plaats (Lapangan Banteng).Kawasan pemerintahan ini pun didukung dengan sejumlah gedung-gedung pemerintahan. Antara lain Gedung Pengadilan Tertinggi di Hindia Belanda atau Hooggerechtshof yang sekarang menjadi Gedung Jusuf Anwar, Kemenkeu).
Lalu, ada gedung Citadel Prince Frederik yang sekarang Masjid Istiqlal. gedung Great Palace of Weltevreden yang kini menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Kemudian gedung Freemasons yang sekarang menjadi Gedung Kimia Farma. Ada juga kawasan Militaire Sociëteit Concordia (The Concordia Military Society yang ini menjadi Gereja Katedral, dan Gedung Stadsschouwburg sekarang menjadi Gedung Kesenian Jakarta."Reflect back of our history - shared with future generations. Merefleksikan sejarah dan dibagikan untuk generasi ke depan," kata dia.
“JASMERAH- Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah..!” pungkasnya.