Mencicipi Kue Geplak, Si Cantik Penggoyang Lidah dari Betawi yang Kini Hampir Hilang
Sayangnya kue lezat ini makin langka di Jakarta, padahal kehadirannya punya nilai budaya kuat.
Kue geplak itu mampu curi perhatian, karena cantik rupanya dan manis rasanya. Siapapun akan suka, karena kelezatannya melegenda. Sayangnya, kehadiran kudapan ini perlahan hilang tergantikan kue kekinian yang dominan di pasaran.
Mendengar istilah geplak, tentu langsung terpikir sebuah tindakan memukul. Namun, di Batavia awal abad ke-20 ini merupakan nama kue. Bentuknya tidak sebesar roti Belanda ataupun tart yang saat itu banyak dijual di toko-toko.
-
Kapan kue talam Betawi mulai dikenal sebagai makanan khas? Adapun kue ini diketahui sudah berusia 500 tahun.
-
Bagaimana ciri khas pantun lucu Betawi? Tak jarang, pantun-pantun Betawi yang dibawakan mengandung humor lucu dan menghibur.
-
Apa ciri khas dari pantun Betawi? Pantun Betawi memiliki ciri khas yang spontan, blak-blakan, dan lucu.
-
Kenapa kerak telor menjadi makanan khas Betawi? Pada era 1920-an, komunitas Betawi yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, menciptakan kerak telor. Kelimpahan kelapa di wilayah tersebut menginspirasi mereka untuk mengolah kelapa menjadi berbagai macam makanan.
-
Kenapa kembang goyang jadi makanan populer di Betawi? Kabarnya, saat itu ibu-ibu menyajikan kue kembang goyang untuk menghibur para tamu Belanda yang singgah. Kue ini juga jadi perekat hubungan antara warga pribumi dengan bangsa kolonial.
-
Apa makanan khas Maulid Nabi yang disajikan di Betawi? Nasi Kebuli, meskipun dikenal sebagai hidangan khas Timur Tengah, telah menjadi bagian dari tradisi Maulid Nabi di Betawi. Hidangan nasi gurih yang dimasak dengan rempah-rempah dan daging kambing ini sering dihidangkan dalam jumlah besar.
Meski demikian, kue ini punya banyak penggemar tak terkecuali dari kalangan Belanda itu sendiri. Di masa itu, geplak punya peran penting di acara-acara hajatan yakni sebagai pencuci mulut. Itulah mengapa orang Betawi biasanya menyajikan kudapan ini di meja-meja tamu undangan.
Selain rasa, ada daya tarik makna di dalamnya. Geplak tak sekedar makanan ringan di acara pesta, melainkan maha karya nenek moyang yang tak ternilai harganya.
Kuliner Khas Betawi Pinggiran
Kembali ke awal 1900-an, kue geplak sudah jadi sajian yang banyak ditemukan di sekitar wilayah Batavia (nama Jakarta di zaman Belanda). Namun, kehadirannya tidak meluas dan hanya menyebar di sekitar wilayah pinggiran seperti wilayah utara, timur serta Tangerang.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan Jakarta, waktu itu geplak masih disajikan sebagai kudapan rumahan dari orang-orang Betawi dan hanya muncul ketika hajatan.
Bahan-bahan pembuat kue ini pun mudah ditemui di sekitar permukiman warga, sehingga warga bisa dengan mudah memuatnya dan menyajikannya di acara-acara penting.
- Ingin Jadi yang Paling Cantik, Bintang Tamu Konser Tunggal Lesti Kejora Semuanya Lelaki
- Kejari Jelaskan Perkara Sukena Terancam Penjara 5 Tahun Gara-Gara Pelihara Landak
- Tanpa Seragam Loreng, Gaya Kasual Panglima TNI Temui Warga jadi Sorotan, Kenalkan Istrinya yang Cantik
- Mencicipi Renyah Gurihnya Kue Tapel, Leker Asli Cirebon yang Ada Sejak Abad ke-18
Manfaatkan Hasil Bumi Sekitar
Sebagai daerah subur, Batavia dan sekitarnya memang menyimpan banyak hasil bumi. Kebanyakan keberadaannya telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber penghasilan.
Inilah yang membuat kue geplak lahir, karena warga mampu mengolah hasil bumi seperti tepung beras dari tanaman padi sekitar, lalu parutan kelapa sangrai sebagai isian dari halaman rumah serta larutan gula yang ketika itu memang melimpah di pasaran.
Setelah semua bahan disatukan, bisa diberikan sedikit air hingga menjadi adonan yang lembut. Kemudian, bahan bisa dipadatkan dengan cara dipukul-pukul hingga lahirlah nama geplak yang melegenda.
Rasa Geplak yang Manis Gurih
Jika kebanyakan kue punya rasa manis, hal berbeda justru ditemukan di geplak. Kue ini punya ragam rasa yang unik dan jarang ditemukan di kue-kue tradisional lain, yakni manis dan sedikit gurih.
Jika dilihat dari bahan pembuatannya, sisi gurih datang dari tepung beras dan parutan kelapa yang telah disangrai. Kemudian, sisi manis hadir dari tambahan gula sehingga membuat tekstur kenyal dan cita rasa legit.
Mengutip situs Indonesia Kaya, kue ini akan semakin mengeras jika didiamkan. Namun begitu, cita rasanya tidak berubah dan bahkan cenderung semakin enak serta renyah. Paling lama, geplak bisa tahan hingga 7 hari.
Langka karena Prosesnya Rumit
Sayang, kue ini mulai sulit ditemukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jangan harap kehadirannya mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional, karena pasti hasil perburuan bakal tetap nihil.
Jika ingin mencari geplak, kiranya bisa mampir ke acara-acara kebudayaan Betawi atau mampir ke wilayah Batu Ampar Condet. Salah satu pembuatnya masih ada, yakni Ibu Lili. Ia membenarkan bahwa penyebab kue ini sulit ditemui, salah satunya karena proses pembuatan yang rumit.
Mengutip Indonesia.go.id, pembuat geplak harus telaten betul dalam menciptakan adonan. Tak hanya sampai di situ, karena adonan harus diaduk dengan tangan dan mesti dilakukan saat kondisinya masih panas.
Kemudian, kue langsung dicetak di tenong atau wadah dan diratakan dengan setengah dipukul. Kue baru benar-benar bisa disantap jika teksturnya sudah kenyal dan sedikit mengeras.
Si Cantik Penggoyang Lidah dari Betawi
Ada anekdot yang berkembang bahwa kue ini sering disamakan dengan seorang putri cantik. Anggapan ini pun dibenarkan oleh banyak orang Betawi karena melihat bentuknya.
Bisa ditebak apa yang membuatnya cantik? Adalah taburan tepung beras yang diratakan di atas kue geplak sehingga dari kecokelatan, menjadi warna putih.
Mengutip situs Seni Budaya Betawi, santik ini diserap dari anak-anak perempuan Betawi zaman dulu yang selalu diberi bedak agar terlihat cantik. Hal serupa juga tampak di sajian kue geplak yang wajib diberi taburan tepung beras sangrai. Alahasil, warnanya menjadi sedikit putih dan menggoda pandangan.
Saat disantap, jangan ditanya soal rasa karena dijamin membuat siapapun ketagihan.
Jadi Perekat Orang-Orang Betawi
Filosofi geplak juga bisa ditemukan dari bahan pembuatannya, yakni beras dari tanaman padi yang dibuat menjadi tepung. Beras merupakan unsur kehidupan manusia sebagai makanan pokok, sehingga kehadirannya amat dinanti.
Kemudian, tekstur adonan kue yang lengket membuatnya mirip sebagai simbol perekat. Dengan kata lain, geplak bisa menjadi salah satu media silaturahmi antar warga Betawi.
Tak hanya itu, warna putih dari geplak yang manis dilihat juga menandakan fungsinya yang selalu meramaikan berbagai acara hajatan yang mengundang kehadiran orang banyak. Upaya yang bisa dilakukan saat ini adalah melestarikan dan mengenalkan kembali bahwa Betawi memiliki kue lezat nan cantik bernama geplak.