Mencicipi Nasi Uduk Rp1.500 di Ciputat, Legendaris Sejak 1990 dan Hidden Gem di Dalam Gang
Sang penjual punya tujuan mulia di balik tak menaikkan harga.
Sang penjual punya tujuan mulia di balik tak menaikkan harga.
Mencicipi Nasi Uduk Rp1.500 di Ciputat, Legendaris Sejak 1990 dan Hidden Gem di Dalam Gang
Kota besar selama ini terkenal dengan biaya hidupnya yang mahal. Untuk sekali makan saja biasanya masyarakat akan menganggarkan uang sebesar Rp20 ribu sampai Rp50 ribu.
Namun kondisi berbeda justru ditemui di Ciputat, Tangerang Selatan, di mana terdapat warung nasi uduk yang sangat murah yakni Rp1.500.
Pemilik kedai nasi uduk itu adalah Pak Nur. Ia menjual nasi uduk murah meriah di Jalan Citarum Raya Nomor 35, Cipayung, Ciputat yang viral karena harganya tidak masuk akal.
-
Mengapa Nasi Goreng Suncoro Edi dibanderol dengan harga murah? Suncoro mengungkapkan alasannya berani menjual satu porsi nasi goreng dengan harga yang murah. Menurutnya ini berangkat dari pengalamannya di masa silam yang merupakan seorang kuli kasar. Kala itu ia selalu mencari makan dengan harga yang murah dan porsi besar. Ini sangat membantu menghemat pengeluarannya di masa itu.
-
Di mana nasi pecel dengan porsi kecil di Tulungagung ini berada? Mengutip TikTok @kulinerun57, warung pecel yang letaknya persis disamping klenteng Tulungagung di Jalan W.R. Supratman ini sudah berdiri sejak tahun 1979.
-
Kenapa Depot Nasi Campur Pojok Tambak Bayan sempat mengalami masa sulit? “Saat jembatan dekat Jalan Tambak Bayan dibongkar, sepi, bahkan enggak ada pembeli. Saat itu, papa dulu baru ambil kredit rumah, sempat enggak bisa bayar karena ekonomi mandek,” ungkap Imam Supardi.
-
Kenapa harga telur ayam di Pasar Induk Rau Serang mengalami kenaikan? "Harga telur ayam naik lagi menjadi Rp32 ribu, padahal sebelumnya Rp30 ribu per kg. Kenaikan harga telur ayam sudah terjadi sejak Lebaran haji," kata Ujang.
-
Bagaimana Nasi Sek dibungkus? Dalam penyajiannya, Nasi Sek sendiri dibungkus menggunakan daun pisang lalu dibentuk seperti limas.
-
Apa yang membuat nasi pecel di Tulungagung ini begitu spesial? Warung yang berdiri sejak puluhan tahun dan masih eksis hingga sekarang biasanya punya kelebihan tersendiri. Seperti sebuah warung pecel di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur ini. Meskipun porsinya kecil banget, warung ini selalu ramai.
Ia bukan tidak sadar menjual nasi uduk dengan harga semurah itu. Namun di balik ini terdapat alasan mengapa dirinya tidak mau menaikkan harga di zaman yang serba mahal seperti sekarang. Berikut kisah selengkapnya.
Berjualan Nasi Uduk dengan Konsep Prasmanan
Mengutip YouTube Boengkoes, berbagai macam lauk dan puluhan bungkus nasi uduk tersimpan di atas meja.
Pembeli bisa memilih menu tambahan berupa telur balado, telur semur, telur dadar, tahu tempe sampai gorengan. Konsep makan di sini adalah prasmanan, alias mengandalkan kejujuran.
“Ini sudah berjualan dari tahun 1990, lauknya terserah boleh ngambil,”
kata Pak Nur, di YouTube tersebut.
merdeka.com
Harga Lauknya juga Murah
Selain harga nasi uduk yang sangat murah, harga lauk dan gorengan di kedai sederhana Pak Nur juga ramah di kantong.
Untuk gorengan dijual Rp1.000 per potong, perkedel Rp1.000, telur dadar Rp1.000, telur balado dan semur Rp3.000.
“Lauknya, gorengannya seribuan, bukanya dari jam 15:00 WIB sore sampai habis,” tambah pak Nur yang ditemani sang istri.
- Harga Beras Mahal, Warga Cianjur Senang Jusuf Hamka Jual Nasi Kuning Cuma Rp3.000 per Porsi
- Satu Porsi Harganya di Bawah Rp 5 Ribu! Warung Nasi Uduk Legendaris di Depok Ini Laku Keras dan Punya Lauk Unik
- Mencicipi Ayam Mbah Tumbu, Kuliner Legendaris Gunungkidul Sudah Ada sejak 1963
- Uang Rp5 Ribu di Warung Lamongan Sudah Dapat Nasi Sayur dan Teh, Pembeli Tak Perlu Pesan Makanan Datang Sendiri
Alasan Jualan Nasi Uduk dengan Harga Rp1.500
Di YouTube tersebut, Pak Nur dan Ibu Nur mengaku tak masalah menjual dengan harga yang murah di tengah kebutuhan pokok yang semakin mahal.
Yang paling penting bagi mereka adalah semua orang bisa makan dan merasakan nasi uduknya.
“Ya yang penting ada lebih-lebihnya dikit, karena kita mah jualan nyari berkahnya karena biasanya yang makan mahasiswa,”
kata Ibu Nur yang ikut berjaga di kedainya.
merdeka.com
Rasanya Autentik Betawi Sejak 1990
Selama berjualan sejak 1990, kedua pasutri ini mengaku selalu bersyukur selama orang bisa makan di tempatnya.
Agar bisa tetap berjualan dengan harga yang murah, mereka mengakali dengan mengurangi jumlah nasi dalam satu porsi.
Walau demikian, nasi uduk beserta lauk yang dimasak tetap mengutamakan kualitas, sehingga rasa autentik Betawi yang gurih, manis dan sedikit pedas tetap terjaga.
"Ada aja yang ngambil nggak jujur, tapi ya Alhamdulillah selalu ada lebihnya (masih untung),” kata ibu Nur lagi.