Mengenal Bendungan Pamarayan Lama, Dam Terbesar Pertama yang Dibangun Belanda di Banten
Pembangunannya memakan biaya hingga triliunan rupiah pada saat itu.
Pembangunannya memakan biaya hingga triliunan rupiah pada saat itu.
Mengenal Bendungan Pamarayan Lama, Dam Terbesar Pertama yang Dibangun Belanda di Banten
Bendungan Pamarayan Lama di Kabupaten Serang, Banten jadi dam terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda.
-
Siapa yang memimpin perlawanan terhadap Belanda di Banten? Sosok Nyi Mas Gamparan merupakan panglima perang perempuan dari Keraton Surosowan yang menolak mentah-mentah kedatangan penjajah ke Banten.
-
Mengapa Nyi Mas Gamparan melawan Belanda di Banten? Ia tak ingin warga Banten diremehkan oleh bangsa asing, terlebih kesewenang-wenangan Belanda yang menyiksa masyarakat Banten.
-
Di mana situs Banten Girang berada? Lalu, ada juga situs Banten Girang yang berbentuk gua dan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda saat masih menguasai Banten, sebelum berdirinya Kesultanan Surosowan tahun 932 dan 1030 masehi.
-
Mengapa gedung Karesidenan Banten dibangun dengan gaya kerajaan Belanda? Tahun 1814 jadi titik awal perubahan status wilayah Banten, dari yang sebelumnya kerajaan menjadi karesidenan. Untuk itu, pemerintahan Belanda lantas menyiapkan skema pemerintahan baru dengan mendirikan gedung khusus yang megah.
-
Apa yang Jenderal Dudung apresiasi di Kampung Pancasila, Banyuwangi? “Luar biasa. Di desa ini ada banyak agama tapi bisa hidup rukun. Inilah cerminan sila-sila Pancasila dalam kehidupan nyata,” kata Jenderal Dudung.
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
Lokasinya terletak persis di tengah-tengah batas wilayah antara Desa Pamarayan, Kecamatan Pamarayan dan Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal.
Terdapat kisah dari keberadaan bendungan tersebut saat masih beroperasi di masa silam. Saat ini keberadaannya sudah terbengkalai karena dimakan usia. Berikut informasi selengkapnya.
Dibangun selama 20 tahun
Menurut sejarahnya, bendungan ini dibangun selama 20 tahun, dimulai pada 1905 dan selesai di 1925. Konstruksinya menjadi yang terkokoh di zaman tersebut, lantaran menggunakan banyak semen dan baja.
Jika diukur lebarnya, Bendungan Pamarayan mempunyai panjang 191,65 m yang terdiri atas bangunan utama, ruang kontrol, bendungan sekunder, ruang lori, jembatan, serta rel lori.
Total terdapat 10 pintu air yang berlandaskan plat baja di bendungan tersebut untuk menahan debit saat masih digunakan.
Didesain mirip kuil di Yunani
Hal menarik adalah bentuk desainnya yang dibuat ala gaya Eropa abad pertengahan. Bangunan pintu air di sana dibuat serupa dengan kuil di Athena, Yunani, dengan bentangan yang membelah sungai dan diapit oleh menara.
Secara prinsip, bendungan ini memiliki kerja menampung air melalui an opening within flinking column and entablature atau sebuah bukaan yang diapit kolom ber-entablature.
Untuk atapnya memiliki bentuk yang asimetris dengan bentangan salib, dan tiga menara melingkar.
Menghabiskan dana sebesar 5 juta Gulden
Struktur konstruksinya yang cukup besar dan rumit membuat biaya konstruksinya sangat mahal pada masa itu.
Dari berbagai sumber, dikatakan bahwa proyek ini menghabiskan anggaran sebesar 5 juta Gulden atau jika dirupiahkan mencapai triliunan rupiah, dengan 300 ribu pekerja yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Mahalnya bendungan ini membuat sistem kerja dibuat ketat. Jika terdapat pekerja yang susah diatur maka akan langsung dijebloskan ke dalam penjara yang ada di dalam bangunan beton bendungan.
- Penampakan Tumpukan Uang Rp7,5 Miliar Dalam Plastik Dikembalikan 2 Tersangka Korupsi Bank Jatim
- Peternak Bebek Asal Jombang Cuan Ratusan Juta Rupiah per Bulan, Ternyata Ini Rahasianya
- Berawal dari Pembantu, Wanita Ini Sukses Bangun Pabrik Tahu Beromzet Jutaan Rupiah per Hari
- Bikin Geleng-Geleng, Daftar Utang Jumbo BUMN Ada yang Capai Rp600 Triliun
Dibangun untuk meredam amarah petani
Selain untuk infrastruktur, alasan pembangunan bendungan ini adalah untuk meredam emosi para petani di Serang.
Di masa itu banyak petani yang marah karena kesulitan air akibat kebijakan pemerintah Belanda.
Mereka melakukan penyerangan yang dipimpin para jawara secara masif karena banyak warga yang mati kelaparan.
Demi mencegah kekacauan yang semakin menjadi, akhirnya sebuah dam besar dibangun di Pamarayan untuk suplai air kepada para petani.
Sudah tidak dioperasikan lagi
Saat ini Bendungan Pamayaran sudah tidak dioperasikan lagi sejak tahun 1997. Penyebabnya adalah pelapukan pada baja dan beton, sehingga akan sangat beresiko jika tetap diisi air.
Sebagai gantinya pemerintah setempat membangun Bendungan Pamayaran Baru yang terletak sekitar 1 kilometer dari bangunan lama.
Walau disebut bendungan, bangunan baru ini memiliki struktur yang lebih kecil dan memiliki prinsip kerja sodetan di sungai-sungai sekitar wilayah Serang. Lokasi ini jadi saksi sejarah penjajahan Belanda di wilayah Serang.