Mengenal Cerita Sangkuriang Versi Purwakarta, Kisahkan Raja yang Rela Turun Takhta demi Nikahi Rakyat Biasa
Sangkuriang versi Purwakarta mengajarkan pentingnya pengorbanan demi meraih apa yang diinginkan.
Pernah dengar cerita Sangkuriang versi Purwakarta? Rupanya, kisah turun temurun di sana berbeda dari yang umum dikenal oleh masyarakat Jawa Barat.
Jika legenda tersebut sebelumnya menceritakan tentang Dayang Sumbi, versi lainnya mengisahkan tentang seorang raja yang tela turun takhta demi menikahi rakyat biasa.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Siapa artis yang memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta? Maia Estianty, seorang musisi ternama dan pengusaha sukses, mewarisi kekayaan sejarah keluarganya. Ia adalah cucu dari salah satu tokoh sejarah Indonesia yang terkemuka, HOS Cokroaminoto, dan memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta.
-
Kenapa penutup ceramah lucu ala santri dirasa penting? Penutup yang baik tidak hanya menyampaikan pesan terakhir dari materi yang disampaikan, tetapi juga memberikan kesan mendalam bagi para pendengar.
-
Apa saja contoh kata-kata sastra Indonesia yang puitis dan bijak? 1. "Hidup ini bagaikan sebuah buku, jangan terpaku pada halaman yang sudah lewat, lihatlah ke depan dengan semangat."2. "Bunga tak perlu membandingkan dirinya dengan bunga lain, karena setiap bunga memiliki keindahan yang unik."3. "Keluh kesah adalah titipan waktu, terimalah dan biarkan ia berlalu."4. "Cinta seperti angin, sulit untuk dilihat namun mudah untuk dirasakan."5. "Kegagalan adalah kunci kesuksesan yang tersembunyi, jangan takut untuk mencobanya." 6. "Saat hujan turun, biarkan air mata mengalir dan bersihkan hati dari duka."7. "Setiap langkah yang diambil membawa kita lebih dekat pada impian yang diinginkan."8. "Kata-kata baik adalah seperti embun yang mampu menyegarkan hati yang tengah panas."9. "Jika malam datang, biarkan bintang-bintang menjadi pengingat bahwa cahaya selalu ada di kegelapan."10. "Rindu adalah cinta yang tengah menunggu, jangan biarkan ia menyakiti hati." 11. "Ketulusan adalah kunci dari setiap hubungan yang abadi."12. "Jangan takut untuk tumbuh, karena setiap pohon besar dulunya adalah biji kecil yang tumbuh."13. "Mimpi adalah bunga dari hati yang ingin mekar, jangan biarkan ia layu tanpa usaha."14. "Kesendirian adalah waktu yang tepat untuk menemukan diri sendiri."15. "Cinta sejati adalah cinta yang mampu bertahan meski banyak cobaan datang." Kata-Kata Sastra Puitis 16. "Jangan biarkan luka masa lalu menghalangi langkah menuju masa depan yang cerah."17. "Kesabaran adalah kuncinya, semua akan indah pada waktunya."18. "Kesenangan adalah bagian dari hidup, namun jangan biarkan ia menjadikan kita terlena dalam kenyamanan."19. "Ketakutan adalah bayangan dari diri kita sendiri, berani hadapi dan biarkan cahaya hati menerangi kegelapan itu."20. "Bahagia adalah pilihan, buatlah pilihan yang tepat untuk dirimu sendiri." 21. "Kesuksesan adalah hasil dari kesabaran dan kerja keras yang tak pernah kenal lelah."22. "Cinta adalah perjalanan yang panjang, jangan biarkan ia berakhir sebelum sampai pada tujuannya."23. "Rahasia kesuksesan adalah terus bergerak maju meski banyak batu sandungan di jalan."24. "Dunia ini seperti panggung, kita adalah pemainnya yang harus tampil dengan penuh peran."25. "Perjalanan hidup adalah hal yang tak pernah berhenti, nikmati setiap detiknya dengan sungguh-sungguh." 26. "Bersyukur adalah kunci yang membuka pintu kebahagiaan sejati."27. "Dalam setiap kesulitan, terdapat peluang untuk tumbuh dan berkembang."28. "Mimpi adalah permulaan dari segala hal yang mungkin."29. "Kekecewaan adalah bahan bakar untuk menjadi lebih kuat dan bijaksana."30. "Hidup adalah petualangan yang menunggu untuk dijelajahi, jangan biarkan kesempatan itu terlewat begitu saja." Kata-Kata Sastra Bijak 31. "Aku adalah sinar silau panasmu dan bayang-bayang hangat mentarimu, bumi pasrah langitmu". - Gus Mus, Sajak Cinta32. "Wahai, rembulan yang pudar. Jenguklah kekasihku! Ia tidur sendirian, hanya berteman hatinya yang rindu". - W.S. Rendra, Permintaan33. "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu". - Sapardi Djoko Damono, Aku Ingin34. "Kenapa tisu bermanfaat, karena cinta tak pernah kemarau". - Sujiwo Tejo 35. "Malam Minggu. Hatiku ketar-ketir. Ku tak tahu apakah demokrasi dapat mengantarku ke pelukanmu dengan cara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya". - Joko Pinurbo, Malam Rindu36. "Bahwa yang selain bunga pun harus mekar tanpa menunggu musim panas yang segar". - D. Zawawi Imron, Refrein Den Haag Sore37. "Apakah yang telah memautkan kita selain kata. Seperti darah ketika luka mengungkapnya". - Iswadi Pratama38. "Hujan kali ini bagai kata-kata cinta, yang mesra diucapkan Tuhan, dan kita khusuk menunduk mendengarnya". - Arifin C. Noer 39. "Asal mula adalah kata. Jagat tersusun dari kata. Di balik itu hanya ruang kosong dan angin pagi". - Subagio Sastriwardoyo 40. "Cinta itu saling menyukai, bukan saling melukai". - Sujiwo Tejo
-
Kapan Keraton Surakarta dibangun? Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743.
Kisah Sangkuriang di sini juga mengandung pesan ketulusan dan pengorbanan besar terhadap seseorang yang dicintainya.
Sangkuriang versi Purwakarta mengajarkan pentingnya pengorbanan demi meraih apa yang diinginkan. Berikut informasi selengkapnya.
Sangkuriang Versi Purwakarta
Mengutip disipusda.purwakartakab.go.id, kisah ini dimulai di sebuah kerajaan yang makmur di sebelah barat Jatiluhur bernama Kutatandinga. Negara ini memiliki raja yang tampan rupawan dan mementingkan asas keadilan serta kesejahteraan rakyat bernama Prabu Tandinganjaya.
Kerajaan tersebut dijalankan dengan sangat baik oleh abdi dalem kerajaan dari seorang patih bernama Pranggongjaya, panglima yakni Purbakuta dan pendeta kerajaan bernama Permana Rasa.
Kehidupan di kerajaan pun damai dan tentram, karena rakyat di sini sangat diperhatikan oleh raja bersama punggawa kerajaan.
- Remaja di Malang Tewas Usai Dikeroyok: 10 Orang jadi Tersangka, 6 Masih di Bawah Umur
- Sejarah Kabupaten Purwakarta, Dulu Tempat Perjuangan Kini Jadi Kota Pensiunan
- Cerita Warga Purwakarta yang Rumahnya di Samping Makam, Buka Pintu dan Jendela Kamar Langsung Lihat Kuburan
- Cerita Rakyat Lubuk Emas, Kisah Percintaan Putri Raja yang Tidak Direstui Ayahnya
Kerajaan Tiba-tiba Alami Paceklik
Sayang kondisi aman, damai, tentram dan makmur di kerajaan tersebut tidak berlangsung selamanya. Tiba-tiba wilayah tersebut mengalami cuaca yang buruk, hasil pertanian diserang hama dan terjadi bencana di banyak tempat.
Raja Prabu Tandingjaya kemudian mengadakan rapat besar dengan para unsur kerajaan. Dalam musyawarah tersebut, seorang ajudan bernama Lengser mengatakan jika sumber malapetaka berasal dari seekor banteng muda bernama Andaga.
Andaga kerap membuat kekacauan dan menyebabkan bencana alam. Ia diketahui tinggal di tengah hutan yang sulit dijangkau oleh manusia.
Perburuan Banteng dan Raja Diminta Tidak Ikut
Setelah rapat, maka diputuskan untuk memburu dan membunuh banteng Andaga tersebut. Namun, para patih, ajudan dan pendeta meminta agar raja berdiam di istana untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Raja pun manut, dan hanya ingin melihat dari kejauhan.
Ketika di hutan, rombongan sudah siap dengan persenjataan masing-masing. Mereka membawa tombak, panah, pedang, obor dan lainnya. Pasukan lantas menyebar, hingga tak berapa lama ajudan bernama Lengser berhasil menemukan Andaga
Sayangnya, hewan tersebut sukar dibunuh dan justru balik menyerang. Di saat yang bersamaan, banteng terlihat hendak menyerang seorang perempuan dan menjerit dengan kencang.
Raja Turun Tangan dan Meninggal
Melihat rakyatnya terancam, raja yang dari jauh sudah mengintai lantas berlari untuk melindungi perempuan tersebut. Dalam benak sang raja adalah, jika ia tidak menolong maka hilang wibawanya dan jika ia membunuh banteng maka ia tidak mematuhi kesepakatan yang dibuat bersama pembesar kerajaan.
Namun, ia lebih mengutamakan hati Nurani sehingga Prabu Tandinganjaya berupaya melindungi perempuan tersebut. Sebelumnya, ia sempat dihalangi oleh patih agar nyawa raja terselamatkan.
Seketika raja pun terseruduk banteng dan meninggal di tempat. Sementara, perempuan tersebut tersadar bahwa sosok yang hendak menolongnya adalah seorang raja yang tampan dan rupawan. Ia segera membawa cupu yang berisi air suci dan diusapkan kewajahnya. Raja langsung tersadar dan sehat kembali.
Raja Jatuh Cinta dengan Rakyat Biasa
Ketika tersadar, raja langsung menatap wajah perempuan cantik tersebut dan merasa jatuh cinta. Ia kemudian berniat menjadikannya permaisuri. Namun, Lengser, yang merasa dendam, berusaha membunuh perempuan tersebut.
Seorang pria tua tiba-tiba menghalangi niat tersebut, ia merupakan pendeta sakti bernama Ajar Dumadi, yang merupakan ayah dari perempuan tersebut. Ajar menyebut bahwa perempuan tersebut bernama Nyi Sundi Amara, yang dianggap Lengser telah mencelakakan rajanya hingga tewas diserang Banteng Andaga.
Setelah Banteng Andaga menjadi jinak, Pendeta Permana Rasa bertanya mengapa ia berada di hutan Kutatandingan. Banteng Andaga menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan para dewa dari kahyangan.
Berniat Menjadikan Nyi Sundi Asmara sebagai Istri
Setelah keadaan kembali tenang, raja Prabu Tandinganjaya berniat mengungkapkan perasaannya kepada Nyi Sundi Asmara. Keduanya kemudian menjalin hubungan dan berniat untuk menikah.
Namun, banyak yang tak setuju, baik dari rakyat hingga pembesar kerajaan. Sebabnya, raja Prabu Tandinganjaya merupakan pemimpin tertinggi kerajaan sedangkan Nyi Sundi Asmara merupakan perempuan biasa.
Jika, raja benar-benar menikahi rakyatnya takhta dan derajatnya akan turun. Namun, raja kemudian memilih untuk teguh pada niatnya hingga dirinya bersedia menjalankan syarat serta menanggung akibatnya.
Ia pun bertanya syarat kepada banteng Andaga yang kini sudah tenang dan menjadi anggota kerajaan. Kemudian, jawaban dari kahyangan turun dan meminta agar raja membendung sungai Citarum untuk kepentingan dewa dan wajib selesai dalam satu malam.
Perjuangan Keras Prabu Tandinganjaya Menikahi Nyi Sundi Asmara
Hari yang dinanti kemudian datang. Raja bersama rakyat mulai membendung sungai, dan dirinya juga bertugas membuat kapal besar sebagai persembahan kepada dewa. Rakyat dengan suka cita memecah batu, menyusun kayu dan menguras sungai agar mudah dibendung.
Nyi Sundi Asmara pun kegirangan menyaksikan perjuangan tersebut. Namun, tanpa sadar dirinya membunyikan benda-benda di sana hingga pada tengah malam ayam-ayam jantan pun berkokok. Rakyat dan raja terkejut, karena mengira sudah siang.
Nyi Sundi Asmara tak habis akal. Ia meminta para perempuan menyalakan api unggun, sebagai tanda masih tengah malam. Kemudian, ia mengibas-ngibas selendangnya agar rakyat dan raja terus bekerja. Namun, maksud justru diterima lain sehingga mereka kecewa karena dikira sudah habis waktunya.
Menendang Perahu Menjadi Gunung Tangkuban Parahu
Di kondisi itu, raja kemudian marah dan kecewa karena gagal menyelesaikan misi tersebut. Namun, Nyi Sundi Asmara berupaya mengejar raja yang menceburkan diri ke Citarum. Ia menarik tangan raja, dan meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja dan pekerjaan bisa dilanjutkan.
Namun, raja sudah terlajur patah arang. Raja tersebut mengira warna merah menyala dari api unggun adalah matahari. Ia kemudian menendang perahu hingga menjadi gunung Tangkuban Parahu, kemudian menumpahkan perdupaan hingga menjadi Sangiangparako.
Bekas kayu dan ranting kecil kemudian dilempar hingga menjadi Gunung Burangrang dan Bukit Tunggul, lalu air suci dalam kendi dibuang hingga menjadi Sangiangkendit. Bekas hamparan tempat duduk dihanyutkan ke sungai dan tenggelam, menjadikan tempat tersebut disebut leuwi Amparan.
Tak ketinggalan, Raja membanting Banteng Andaga, yang dianggap sebagai penyebab malapetaka, hingga menjadi gunung yang sekarang dikenal sebagai Gunung Andaga.
Ketulusan Akan Saling Bertemu
Namun akhirnya, raja luluh karena melihat Nyi Sundi Asmara yang tulus. Ia kemudian berniat meluruskan niatnya untuk kembali menikahinya. Keduanya kemudian pergi ke kahyangan untuk menikah.
Untuk kepemimpinan kemudian diserahkan kepada Lengser dan Jaksa Agung, sedang raja dan para pembesar Kutatandingan yang lain akan menanti di kahyangan sampai saat perkawinan, yaitu pada waktu bendungan dibangun untuk kedua kalinya.
Dari sana, pendeta menancapkan sebuah pohon di mana dia tidak akan mati sebelum bendungan selesai dibangun. Pohon yang juga bersama tongkat itu kemudian bisa mengangkat doa-doa hingga ke Tuhan dan konon dipercaya sebagai asal usul nama Jatiluhur.