Cegah Diabetes, Kapolsek Klapatunggal Bogor Temukan Pemanis Alami dari Daun Stevia
Lewat akun media sosialnya @mfadliamri, ia menjelaskan jika daun tanaman yang berasal dari Amerika Latin tersebut memiliki lebih banyak manfaat dibanding gula pasir yang biasa dikonsumsi.
Tingginya angka penderita diabetes di Indonesia menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi Kapolsek Klapanunggal di Kabupaten Bogor, Fadli Amri. Rasa keprihatinan tersebut membuatnya tergerak untuk mengembangkan pemanis alami yang sehat dari daun tanaman stevia (Stevia Rebaudiana).
Lewat akun media sosialnya @mfadliamri, ia menjelaskan jika daun tanaman yang berasal dari Amerika Latin tersebut memiliki lebih banyak manfaat dibanding gula pasir yang biasa dikonsumsi.
-
Apa yang terjadi pada sapi Presiden Jokowi di Blora? Tampak sapi tersebut mengamuk saat akan disembelih Dalam video yang diunggah akun YouTube Liputan6, tampak saat akan disembelih, muka sapi itu ditutup dengan sebuah kain. Diketahui, sapi tersebut mengamuk saat warga berupaya menjatuhkannya untuk kemudian disembelih.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang memperkenalkan asinan Bogor? Mengutip Youtube Trans7 Official, kehadiran asinan di Bogor sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Ketika itu makanan ini dikenalkan oleh seorang Kapiten Tionghoa bernama Tan Goan Piaw.
-
Kenapa Bogor disebut Kota Hujan? Karena jumlah milimeter air yang tercurah berada di atas angka 2.000, maka bisa dipastikan jika intensitas air hujan bisa terus turun sepanjang tahun. Ini yang membuat Bogor masih diselingi kondisi hujan saat musim kemarau karena jumlah kandungan air di awan yang tinggi.
-
Apa yang keluar dari sumur di Bogor? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
"Stevia memiliki rasa manis alami karena mengandung senyawa kimia steviol glikosida dengan tingkat kemanisan 250–300 kali lipat dari sukrosa (gula murni)," jelasnya.
Rendah Kalori
Fadli menjelaskan, pemanis alami dari tumbuhan tersebut memiliki kadar kalori yang jauh lebih rendah dibanding gula pasir. Bahkan, ia menyebut jika kadarnya bisa mencapai nol persen sehingga lebih aman.
"Meski rasanya jauh lebih manis daripada gula (200-300 kali), stevia tidak menambah kalori alias memiliki nol kalori. Oleh karena itu, stevia kini marak digunakan sebagai pengganti gula," ungkapnya.
Menurut Fadli, daun Stevia sudah digunakan sebagai perasa alami sejak ratusan tahun lalu di daerah asalnya. Saat ini daun tersebut sudah banyak digunakan sebagai alternatif pengganti gula di beberapa negara seperti Paraguay, Kenya, Cina, Amerika Serikat, Vietnam, Brasil, India, Argentina, dan Kolombia.
Alternatif Gula Sehat yang Menguntungkan
Menurut mantan Kasatlantas Polres Bogor tersebut, sebagai pemanis alami yang masih jarang dibudidayakan di Indonesia, terdapat peluang di balik rasanya yang manis tersebut.
Melalui masa panen 1,5-2 bulan, budidaya tanaman stevia relatif mudah. Setelah masa panen, tanaman ini bisa tumbuh kembali tanpa menanam bibit baru, hanya dengan sistem cangkok batang di ketinggian 800 mdpl.
"Saya berharap produk ini bisa memberikan alternatif baru dalam memberikan rasa manis di hidup. Selain produknya yang manis dan bermanfaat, tanaman daun stevia juga bisa menjadi alternatif baru untuk di budidayakan sehingga membuka peluang untuk para petani dan juga kami membuka kerja sama dengan siapa saja yang ingin berjualan produk ini, komoditi baru untuk mengais rejeki," terang Fadli.
Kemudian untuk proses pembuatannya, ia mengatakan jika produksinya masih terbatas mengingat harus didukung oleh teknologi tertentu karena prosesnya menggunakan katalis enzim sebagai pemisah esktrak daun stevia.
"Sebenarnya ini cara membuatnya visible. Tetapi harus didukung oleh teknologi ekstraksi daun stevia yang saat ini belum ada di Indonesia sehingga harus impor dari luar negeri," terangnya lagi.
Sempat Berkali-Kali Gagal
©2021 Instagram @mfadliamri/ editorial Merdeka.com
Sebagai sosok yang fokus mengembangkan pemanis stevia, ia mengaku sempat menemui berbagai kendala saat proses penciptaannya.
Namun berkat ketekunannya, campuran tersebut saat ini sudah pas dan tidak terasa pahit. Bahkan di akhir tahun 2019, Fadli berhasil membuat produk bernama Dripsweet yang dibuat dari ekstrak daun stevia dan 100% bahan alami lainnya.
"Semoga ada yang berinvestasi untuk membuat pabrik esktrak daun stevia. Hal itu akan sangat membantu baik dari sisi konsumen maupun petani karena akan ada komoditi baru yang bisa dibudidayakan," tambahnya.
Proses pembuatan dripsweet ini sudah melalui proses pabrikasi yang modern, termasuk telah memiliki izin edar dari BPOM dan sertifikasi HALAL dari MUI.
Saat ini, produk tersebut sudah dinikmati banyak konsumen di sejumlah daerah seluruh Indonesia, walaupun masih dalam jumlah yang masih terbatas.
"Rata-rata saat ini masih banyak yang menggunakan untuk konsumsi pribadi, industri makanan dan kue. Ada juga yang kami kemas dalam botol kecil ukuran 5ml dan 30ml. Untuk hasil produksinya sementara ini bisa sekitar 300rb botol per bulan," tandas Fadli.
Aman Dikonsumsi bagi Penderita Diabetes
Fadli menambahkan, karena berbahan dasar rendah kalori, pemanis alami dari daun stevia ini baik untuk dikonsumsi oleh para penderita diabetes.
Selain itu pemanis dari daun tersebut juga baik untuk mengatur kadar kolesterol, menurunkan berat badan, tidak menimbulkan gigi berlubang, membantu mencegah kanker pankreas, membantu menstabilkan tekanan darah, hingga membantu mengurangi konsumsi gula pada anak.
"Karena dari bahan dasarnya sendiri sudah rendah kalori, bahkan dalam beberapa jurnal penelitian dalam dan luar negeri, produk ini mengandung nol koma sekian yang bisa disetarakan dengan nol (zero) kalori sehingga lebih sehat jika dikonsumsi oleh penderita diabetes. Produk ini juga menawarkan harga yang lebih murah jika dicompare dengan penggunaan gula tebu ataupun produk sejenis lainnya," pungkasnya.