Pria Majalengka Ini Jualan Serabi Pakai Baju Kantoran, Raup Omzet Rp500 Ribu Sehari
Kang Oye mengaku hasil penjualan dari serabinya mampu mengalahkan gaji pegawai kantoran. Bahkan omzetnya sendiri mampu ia kantongi hingga Rp500 ribu dalam sehari.
Seorang pemuda penjual serabi di Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, ini mencuri perhatian. Jika biasanya penjual makanan berpakaian kasual dan santai, pria ini mengenakan pakaian formal laiknya pegawai kantoran.
Pria bernama Agung firmansyah Yuwono (27) itu tampil necis mengenakan kemeja merah saat memasak adonan kue khas Sunda itu. Tak jarang, ia juga mengenakan dasi saat melayani pembeli.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
“Ia ini (lapaknya) milik sendiri, kebetulan jualan serabi sudah sejak bulan Desember tahun 2020,” terang pemuda yang karib disapa Kang Oye itu, Minggu (21/2).
Mengajak Pemuda Agar Percaya Diri
Kang Oye, mengenakan seragam saat berjualan serabi ©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Kang Oye mengatakan, alasannya mengenakan pakaian khas kantoran saat berdagang memiliki kelebihan tersendiri. Ia ingin mengajak anak muda di desanya agar lebih percaya diri walau hanya berjualan serabi.
Kang Oye juga memiliki harapan agar ada penerus penjual serabi dari kalangan pemuda. Mengingat saat ini penjual kue gurih berbahan tepung beras dan santan itu mayoritas dari kalangan paruh baya.
“Karena mayoritas penjual serabi kebanyakan ibu-ibu sampai yang sudah lanjut usia, saya sebagai pemuda ingin menampilkan yang berbeda dari yang lain, sekaligus menginspirasi pemuda pemudi lainnya untuk lebih percaya diri, bahwa jualan serabi itu keren,” terang pria lulusan SMK PUI Majalengka itu.
Memulai Usaha dari Nol
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Ia juga menceritakan awal membuka usaha tersebut. Kang Oye membuka usaha bernama Serabi Balap Kang Oye tersebut dari nol. Menurutnya nama serabi balap terinspirasi dari banyaknya kendaraan mini bus yang melintas di lapaknya dan kecepatan mereka yang gesit.
“Nama serabi balap sendiri ini inspirasinya dari mini bus yang melaju kencang di sini,” cetusnya
Saat melayani pembeli, Kang Oye mengaku tak ada rasa minder sedikitpun dan menganggap usahanya keren, karena bisa mengalahkan pegawai kantor yang sesungguhnya.
“Iya harus (keren), dan ini murni usaha sendiri dari nol,” ungkapnya.
Berhasil Membuktikan Jualan Serabi Tak kalah dari Kerja Kantoran
Lapak serabi balap Kang Oye di depan Bank BRI unit Panyingkiran ©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Kang Oye mengaku hasil penjualan dari serabi, ia mampu mengalahkan gaji pegawai kantoran. Bahkan omzetnya bisa mencapai Rp500 ribu dalam sehari.
“Alhamdulillah untuk omset bisa melebihi pegawai kantoran perharinya sekitar Rp300 ribu-500 ribu per hari,” terangnya.
Walau begitu, ia tak menampik sempat terjadi penurunan pembeli selama masa pandemi Covid-19. Omzetnya sempat turun di angka sekitar 30 persen.
“Sangat berpengaruh sekali sampai turunnya omzet sekitar 30 persen,” bebernya.
Harga Terjangkau dengan Varian Khas Lokal
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Varian yang dijual Kang Oye masih mempertahankan rasa asli serabi khas Majalengka yakni original, oncom dan telur. Kekhasan serabinya juga berani diadu, dengan sambal dage (tempe fermentasi) kian membuat rasa dagangannya tak kalah dengan yang lain.
Untuk harga, Kang Oye menjualnya dengan relatif terjangkau yakni Rp2.000 sampai Rp5.000 tergantung varian yang dipesan. Sehari-hari Kang Oye juga berjualan dari jam 16.00 WIB sore sampai dengan habis.
“Untuk varian kita masih stay dengan sorabi tradisional yaitu, serabi polos, serabi oncom, serabi telur. Untuk harga mulai dari Rp2.000-Rp5.000,” katanya.
Memotivasi Anak Muda
Kang Oye memberikan pesan inspirasi kepada anak muda, agar tidak malu dengan pekerjaan apapun asal halal. Menurutnya besar atau kecilnya penghasilan, harus disyukuri agar menjadi berkah.
“Untuk anak-anak muda, jangan pernah malu sama apa pekerjaan kalian saat ini, khusus untuk anak laki-laki ingat. Harga diri laki-laki adalah bekerja, Kecil dan besarnya penghasilan harus tetap di syukuri dan dinikmati,” katanya.
(mdk/nrd)