Sejarah 11 Juli 1405, Awal Perjalanan Laksamana Cheng Ho Mengarungi Samudra Hindia
Cheng Ho atau Zheng He merupakan seorang laksamana paling agung yang pernah dimiliki Tiongkok. Ia hidup pada zaman Dinasti Ming. Laksamana Cheng Ho dengan armada besarnya, melakukan tujuh kali pelayaran besar ke Asia Tenggara dan Samudra Hindia sampai ke Afrika timur, dalam kurun 1405-1433 M.
Cheng Ho atau Zheng He merupakan seorang laksamana paling agung yang pernah dimiliki Tiongkok. Ia hidup pada zaman Dinasti Ming. Laksamana Cheng Hodengan armada besarnya, melakukan tujuh kali pelayaran besar ke Asia Tenggara dan Samudra Hindia sampai ke Afrika timur, dalam kurun 1405-1433 M.
Merupakan suatu hal yang menarik bahwa Cheng Ho dapat menjadi laksamana yang begitu hebat di Tiongkok, padahal ia berasal dari Suku Hui yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Selain itu ia juga hidup jauh di Asia Tengah tepatnya di Mongolia, yang ketika itu diperlukan waktu berminggu-minggu perjalanan darat dari kampungnya untuk bisa mencapai daerah pesisir laut.
-
Di mana Jumhari tinggal? Selama ini kakek berusia 84 tahun tersebut tinggal seorang diri di rumahnya di Dusun Sawahan, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng.
-
Kapan Hari Jamu Nasional diperingati? Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei, merupakan momen penting untuk merayakan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Indonesia dalam bentuk jamu.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
-
Apa yang terjadi pada Waduk Jatiluhur saat ini? Terdampak Kemarau, Begini Potret Waduk Jatiluhur yang Kini Surut Waduk Jatiluhur bahkan surut hingga 10 meter. Sebagai sumber penampungan sungai yang dibendung, waduk seharusnya menampung banyak air.Namun di musim kemarau ini kondisi berbeda justru ditemui di Waduk Jatiluhur yang mengalami kondisi surut.
-
Apa yang terjadi di jalan Tol Jakarta - Cikampek pada Senin siang? Banyak pemudik yang melanggar batas jalur contraflow saat melintas di jalan Tol Jakarta - Cikampek (Japek) atau selepas Exit Tol Cikampek Utama mengarah ke Jakarta di KM 70 sampai KM 65, pada Senin (15/4) siang.
-
Kenapa kata-kata lucu hari ini penting? Ya, kata-kata hari ini lucu tidak bisa dianggap sepele. Sebab, kata-kata ini justru sering kali membantu Anda dalam mengatasi kebosanan dengan cara menyenangkan dan menghibur.
Cheng Ho dilahirkan dari marga Ma (Muhammad), di Provinsi Yunan. Ayahnya dan kakeknya adalah muslim yang telah menunaikan ibadah haji ke Makkah. Ketika kecil, Cheng Ho menggunakan nama Ma He.
Cheng Ho memulai sejarah pelayarannya mengarungi Samudra Hindia pada tanggal 11 Juli 1405. Berikut informasinya telah dirangkum merdeka.com melalui oseanografi.lipi.go.id pada Senin, (11/7/2022).
Biografi Singkat Laksamana Cheng Ho
Cheng Ho lahir dengan nama Ma He pada tahun 1371 M. Ia merupakan putra kedua dari sebuah keluarga muslim yang dari Kunyang (sekarang Jinning). Wilayah ini berada di Selatan Kunming atau barat daya Danau Dian di Provinsi Yunnan.
Selain memiliki seorang saudara laki-laki bernama Ma Wenming, Cheng Ho juga memiliki empat orang saudara perempuan. Ayah Cheng Ho bernama Ma Haji, ibunya bernama marga Wen.
Adapun mengenai ayah Cheng Ho, ia berperawakan tegap dan gagah, memiliki sifat jujur dan pemurah. Ia sering menolong orang miskin, karena itu ia disegani oleh penduduk sekampungnya.
Sejak kecil Cheng Ho sudah sering mendengar cerita perjalanan kakek dan ayahnya di Makkah. Cerita itu benar-benar menginspirasi Cheng Ho untuk dapat melakukan perjalanan seperti mereka. Menurut catatan sejarah, Cheng Ho adalah muslim yang taat. Ia giat memajukan penyebaran agama Islam baik di Tiongkok maupun di negara-negara asing.
Awal Perjalanan Mengarungi Samudra Hindia
Ketika terjadi peperangan dan pasukan Ming menyerbu ke daerahnya, banyak yang menjadi tawanan, termasuk anak-anak seperti Cheng Ho, yang kemudian dibawa ke Nanjing, ibukota kekaisaran Tiongkok saat itu. Dengan cara yang kejam dan keji, anak-anak ini dikebiri, termasuk Cheng Ho yang ketika itu masih berusia 12 tahun, hingga ia akhirnya hidup sebagai kasim (eunuch) yang tak dapat lagi berketurunan.
Cheng Ho kemudian diserahkan oleh Zhu Yuanchang, kaisar pertama Dinasti Ming, untuk dijadikan pelayan pada putranya yang bernama Zhu De. Dalam perkembangannya kemudian Cheng Ho senantiasa mendampingi Zhu De dalam berbagai peperangan dan selama itu Cheng Ho yang berpostur tinggi besar itu, selalu menunjukkan prestasi yang luar biasa.
Ketika Zhu De kemudian menjadi kaisar, ia menugasi orang kepercayaannya itu (Cheng Ho) untuk menjadi laksamana yang akan membawa armada besar Tiongkok dalam ekspedisi- ekspedisi pelayaran jarak jauh ke Samudra Hindia (Samudra Barat, menurut versi Tiongkok).
Adapun tujuan pelayaran besar itu adalah untuk diplomasi muhibah, menggalang persahabatan dengan negeri-negeri yang dikunjungi, dan untuk mengembangkan perdagangan. Ada pula disebutkan bahwa misi ekspedisi ini adalah untuk memperkenalkan dan mengangkat prestise Dinasti Ming ke seluruh dunia. Maksudnya agar negara-negara lain mengakui kebesaran Kaisar Tiongkok sebagai Putra Dewata (the Sun of Heaven).
Pelayaran besar mengarungi Samudra Hindia itu dimulai pada tanggal 11 Juli 1405. Pelayaran tersebut membuat Cheng Ho sempat singgah di wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Semarang. Alasan mengapa Cheng Ho singgah di Kota Semarang adalah karena salah seorang awak kapal yakni Wang Jinghong mengalami sakit keras. Salah satu bukti peninggalannya adalah Kelenteng Sam Po Kong yang masih berdiri hingga saat ini.
Wafatnya Laksamana Cheng Ho
Laksamana Cheng Ho wafat di tahun ke-10 bertahtanya Kaisar Xuan De (tahun 1433). Mengenai tempat makam Cheng Ho, terdapat dua pendapat pokok di kalangan sejarawan. Yang pertama berpendapat bahwa makam itu terletak di Semarang, Indonesia. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa Cheng Ho wafat dalam perjalanan pelayaran dan jenazahnya dikuburkan di Nanjing (Nanking), Tiongkok.
Pendapat pertama yang mengatakan bahwa makam Cheng Ho terdapat di Semarang di kemukakan oleh Zheng Yijun, seorang sarjana dari Cina. Ia berpendapat bahwa Cheng Ho wafat di Calicut, India. Dalam perjalanan pulang, armadanya singgah di Jawa.'
Berhubung panasnya hawa di kawasan tropis, adalah mustahil untuk memelihara jenazah Cheng Ho dalam waktu lama agar dapat dikuburkan di Cina. Maka jenazah Cheng Ho dimakamkan di Semarang, Jawa Tengah.
Pendapat kedua yang mengatakan bahwa makam Cheng Ho terletak di Nanjing di yakini oleh dua sarjana Dinasti Ming, Mo Xiangzhi dan Wang Shidou dalam karya mereka Catatan Kabupaten Shang Yuan dan Kabupaten Jiang Ning menunjukkan bahwa: “Makam Cheng Ho terletak di bukit Niushou (kepala sapi) Nanjing. Selaras dengan kedua sarjana ini, sarjana Perancis Paul Pelliot dan Usman Effendy pun membenarkan bahwa makam Cheng Ho terletak di kompleks pemakaman di Nanjing.