Sejarah 22 Februari 1978: Peresmian Istiqlal, Masjid Terbesar di Asia Tenggara
Masjid Istiqlal merupakan bentuk rasa syukur dari bangsa Indonesia atas anugerah dari Allah SWT yang berupa nikmat kemerdekaan. Karena itulah masjid ini dinamakan Istiqlal, yang berarti merdeka.
Pada 22 Februari 1978, rakyat Indonesia menyambut peresmian bangunan megah di ibu kota. Bangunan tersebut tidak lain ialah Masjid Istiqlal, yang menjadi masjid terbesar se-Asia Tenggara.
Masjid ini bukan hanya sebagai simbol yang dibanggakan oleh umat muslim di Indonesia, tapi juga menjadi simbol toleransi dalam kehidupan beragama. Keindahan toleransi ini terlihat dari lokasi masjid yang berseberangan dengan Gereja Katedral.
-
Kapan Hari Jamu Nasional diperingati? Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei, merupakan momen penting untuk merayakan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Indonesia dalam bentuk jamu.
-
Di mana Jumhari tinggal? Selama ini kakek berusia 84 tahun tersebut tinggal seorang diri di rumahnya di Dusun Sawahan, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng.
-
Apa yang disiarkan oleh Radio Rimba Raya? RRR bukan hanya keperluan untuk menyiarkan semangat perjuangan kemerdekaan saja, melainkan juga digunakan untuk kepentingan umum, menyiarkan pengumuman, serta instruksi bagi angkatan bersenjata.
-
Apa yang terjadi pada Waduk Jatiluhur saat ini? Terdampak Kemarau, Begini Potret Waduk Jatiluhur yang Kini Surut Waduk Jatiluhur bahkan surut hingga 10 meter. Sebagai sumber penampungan sungai yang dibendung, waduk seharusnya menampung banyak air.Namun di musim kemarau ini kondisi berbeda justru ditemui di Waduk Jatiluhur yang mengalami kondisi surut.
-
Kapan kata bijak katolik hari ini bisa dibaca? Kata-kata bijak Katolik hari ini juga dapat membantu kita menjaga fokus pada nilai-nilai Kristiani di tengah kesibukan dunia modern. Mereka mengingatkan kita untuk bersabar, bersyukur, dan berserah kepada kehendak Tuhan.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
Selain itu, dikutip dari laman duniamasjid.islamic-center.or.id, dibangunnya Masjid Istiqlal juga menjadi bentuk rasa syukur dari bangsa dan rakyat Indonesia, yang mayoritas beragama Islam, atas berkah dan rahmat dari Allah SWT yang memberikan anugerah nikmat kemerdekaan. Karena itulah masjid ini dinamakan Istiqlal, yang berarti merdeka.
Ide membangun Masjid Istiqlal sendiri sebenarnya sudah muncul sejak 1950, tidak lama setelah pengakuan kedaulatan secara penuh dari Belanda kepada Indonesia pada Desember 1949. Namun, usul ini baru diajukan kepada Presiden Sukarno pada tahun 1953.
Ide Pendirian Masjid
Pada tahun 1950, Menteri Agama RI saat itu, KH. Wahid Hasyim, dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam, melangsungkan pertemuan bersama dengan beberapa tokoh Islam di Deca Park, gedung pertemuan yang berlokasi di jalan Merdeka Utara. Pertemuan yang dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman tersebut bertujuan untuk membahas rencana pembangunan masjid.
Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal, yang secara harfiah, berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan. Nama ini tentu sesuai dengan gambaran kondisi Indonesia yang baru saja lepas dari cengkeraman penjajahan, sekaligus sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.
Penentuan Lokasi Masjid
Pada 1953, Presiden Soekarno menerima laporan rencana pembangunan masjid dari panitia pembangunan Masjid Istiqlal. Sang Presiden kala itu pun menyambut baik rencana tersebut dan mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal.
Namun, sempat terjadi perbedaan pendapat mengenai pemilihan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal ini. Wakil Presiden Indonesia, Ir.H. Mohammad Hatta, menyarankan agar pembangunan masjid dilakukan di Jl. Moh. Husni Thamrin, yang kini menjadi lokasi dari Hotel Indonesia. Beliau berpendapat dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut di lingkungan masyarakat muslim dan memang belum ada bangunan di atasnya pada waktu itu.
Bung Hatta juga khawatir dengan biaya yang lebih mahal jika masjid di bangun di Taman Wilhelmina. Hal ini karena sebelum mulai pembangunan, perlu dilakukan pembongkaran terhadap bangunan-bangunan yang ada di atas dan sekitar lokasi, yang pastinya membutuhkan biaya besar.
Sementara itu, Sang Presiden RI mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal berada di Taman Wilhelmina, yang di bawahnya sudah ada reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan Kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia lainnya, bahwa masjid selalu berdekatan dengan Kraton.
Setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan bahwa lokasi pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan sesuai saran dari Presiden, yaitu di Taman Wilhelmina bekas benteng Belanda.
Tiang Pancang Pertama
Tanggal 24 Agustus 1961, yang waktu itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Presiden Ir. Soekarno melakukan pemancangan tiang pertama, dengan disaksikan oleh ribuan umat muslim.
Setelahnya, pembangunan Masjid Istiqlal tidak berjalan dengan baik. Sejak awal direncanakan sampai pada tahun 1965, pembangunan tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek pembangunan ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif.
Setelah situasi politik mereda,pada 1966, KH. M. Dahlan, yang menjabat sebagai Menteri Agama saat itu, mempelopori kembali pembangunan Masjid Istiqlal ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Peresmian Masjid Istiqlal
Setelah menunggu selama tujuh belas tahun, Masjid Istiqlal akhirnya selesai dibangun. Tercatat, pembangunan masjid ini dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978. Peresmian Masjid Istiqlal ini ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.