Siap Dibangkitkan Lagi, Ini 7 Fakta Restoran Rindu Alam di Puncak yang Penuh Kenangan
Di masa kejayaannya selama kurang lebih 40 tahun itu, banyak pengunjung yang merasa terkesan dengan suguhan menu termasuk pemandangan di sana. Sayangnya di bulan Februari 2020 lalu, Restoran Rindu Alam terpaksa ditutup karena masa kontrak lahan telah habis.
Bagi masyarakat yang sering berkunjung ke kawasan Puncak Cisarua di Kabupaten Bogor Jawa Barat, pasti tak asing dengan keberadaan Restoran Rindu Alam.
Di masa kejayaannya selama kurang lebih 40 tahun itu, banyak pengunjung yang merasa terkesan dengan suguhan menu termasuk pemandangan di sana. Sayangnya di bulan Februari 2020 lalu, Restoran Rindu Alam terpaksa ditutup karena masa kontrak lahan telah habis.
-
Apa yang terjadi pada sapi Presiden Jokowi di Blora? Tampak sapi tersebut mengamuk saat akan disembelih Dalam video yang diunggah akun YouTube Liputan6, tampak saat akan disembelih, muka sapi itu ditutup dengan sebuah kain. Diketahui, sapi tersebut mengamuk saat warga berupaya menjatuhkannya untuk kemudian disembelih.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang memperkenalkan asinan Bogor? Mengutip Youtube Trans7 Official, kehadiran asinan di Bogor sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Ketika itu makanan ini dikenalkan oleh seorang Kapiten Tionghoa bernama Tan Goan Piaw.
-
Kenapa Bogor disebut Kota Hujan? Karena jumlah milimeter air yang tercurah berada di atas angka 2.000, maka bisa dipastikan jika intensitas air hujan bisa terus turun sepanjang tahun. Ini yang membuat Bogor masih diselingi kondisi hujan saat musim kemarau karena jumlah kandungan air di awan yang tinggi.
-
Apa yang keluar dari sumur di Bogor? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
Usai satu tahun lebih tak beroperasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat selaku pemilik lahan berencana akan mengoperasikan kembali dengan fungsi yang berbeda. Seperti apa kelanjutan nasib Restoran Rindu Alam yang melegenda itu? Berikut 7 faktanya:
Diproyeksikan Jadi Pemasukan Baru Pasca Pandemi Covid-19
liputan6.com
Menanggapi wacana tersebut, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan jika pihak pemprov berencana menghidupkan kembali wisata di kawasan Rindu Alam, Puncak Bogor.
Uu mengatakan, jika ke depannya restoran tersebut diproyeksi untuk menambah pendapatan asli daerah dalam rangka pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
“Pemda Provinsi Jabar berusaha memanfaatkan kembali daerah wisata Rindu Alam ini untuk meningkatkan PAD, apalagi setelah Covid-19 banyak kegiatan terpotong, siapa tahu dengan mengoperasionalkan Rindu Alam ini bisa mendapatkan PAD," terang Uu saat meninjau kawasan wisata di Jalan Raya Puncak Gadog KM 89, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Senin (11/10), melansir Antara.
Miliki 3 Konsep Baru
Sebagai kawasan yang sudah lebih dari 40 tahun menjadi ikon wisata Puncak Bogor, Uu menyatakan jika Restoran Rindu Alam memiliki tiga tahapan pemanfaatan, yakni sebagai restoran wisata, kafe, serta pusat jajan serba ada (pujasera).
Dalam pemanfaatannya, secara teori legalitas pengoperasian kembali area wisata Rindu Alam sangat memungkinkan. Terlebih brandingnya yang sudah melekat sebagai ikon wisata puncak selama 40 tahun terakhir. Namun, perlu dilakukan hati-hati agar tidak melanggar aturan.
“Ada tiga tahapan, yaitu restoran wisata, kafe, dan pujasera. Mau pakai yang mana, kita ambil yang lebih manfaat, lebih maslahat, tidak merugikan dan juga tidak melanggar aturan yang ada,” kata Uu.
Memiliki Nilai Sejarah
Foto Oleh: Hery Salatiga / Cep Budhi Darma
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor Deni Humaedi menyatakan jika keberadaan kawasan Rindu Alam bukan sekadar restoran keluarga biasa, melainkan sudah menjadi destinasi wisata yang legendaris.
Sisi kesejarahan yang dimaksud adalah eksistensi yang mampu bertahan sejauh ini, sejak pertama kali dibangun pada tahun 1979 silam oleh Letjen TNI Ibrahim Adjie. Selain itu, Restoran Rindu Alam juga tidak hanya terkenal di kawasan Puncak, Bogor, melainkan sudah ke seantero wilayah.
"Karena Rindu Alam itu, kan, memang, legend," terang Deni.
Miliki Pemandangan Bagus
Seperti telah diketahui sebelumnya, keberadaan Rindu Alam memang strategis dan mudah dijangkau. Letaknya yang berada di pinggir jalan dengan pemandangan perbukitan hijau membuat keberadaannya seakan menjadi favorit.
Hamparan kebun teh dan ketinggian restoran yang berada di 1.444 meter di atas permukaan air laut, membuat Rindu Alam kerap menjadi area pelepas penat sambil menikmati hidangan.
Deni menambahkan, sebagai pihak yang pernah bertugas sebagai Camat Cisarua, dirinya mengikuti ketetapan dan aturan dari Pemprov Jabar terkait rencana pengoperasian kembali Restoran Rindu Alam.
"Intinya mengikuti saja, nanti prosesnya sesuai ketentuan berlaku. Kami mengikuti saja," katanya.
Jadi Langganan SBY
Foto Oleh: Hery Salatiga / Cep Budhi Darma
Keberadaan Restoran Rindu Alam juga kerap menjadi langganan dari para tokoh terkemuka. Bahkan di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, restoran ini kerap menjadi destinasi andalan ketika SBY melakukan kunjungan kerja di Rumah Kepresidenan di Bogor.
Tidak hanya SBY, sederet artis Ibu Kota turut singgah di restoran Rindu Alam dan menjadikannya sebagai lokasi syuting sinetron oleh salah satu perusahaan televisi nasional.
Kemudian, keunikan lainnya yang bisa ditemui di Restoran Rindu Alam adalah keberadaan atap terbang. Di mana saat kondisi angin di daerah itu tiba-tiba bertiup kencang maka akan langsung menerpa atap bangunan di sana hingga berhamburan. Kondisi itu dikarenakan bangunan yang sudah tua, sehingga atap di gedung restoran dimungkinkan terbang.
Mempertahankan Karyawan Generasi Pertama
Selain itu, di restoran tersebut kita bisa menemukan sisi legendaris lainnya yakni karyawan dari generasi pertama.
Karyawan bernama Siswandi (58) tersebut sebelumnya menjadi supervisor di Restoran Rindu Alam selama 35 tahun. Siswandi berangkat dari Kebumen dan memutuskan mengabdi di Rindu Alam pada tahun 1983 hingga saat ini memiliki 3 orang cucu.
Namun di Februari 2020 lalu pengabdiannya harus terhenti karena keberadaan kontrak restoran yang sudah habis, dan terpaksa ditutup.
Hampir Dibongkar Satpol PP Tahun 2017
Restoran Rindu Alam Saat Dibongkar Petugas ©2020 Merdeka.com
Pada tahun 2017 lalu, restoran Rindu Alam hampir di bongkar oleh Satpol PP karena dianggap menyalahi aturan.
Namun berdasarkan peninjauan ulang, pembongkaran itu akhirnya dibatalkan karena adanya kesalahan tumpang tindih pada peraturan dari pemerintah terkait klaim hibah yang saat itu sudah dimiliki oleh Pemprov Jabar.