Tangguhnya Warga Baduy saat Jualan Madu, Siap Jalan Kaki Ratusan Kilometer sampai Jakarta
Warga Baduy punya alasan mengapa rela jalan ratusan kilometer tanpa alas kaki untuk jualan madu.
Warga Baduy punya alasan mengapa rela jalan ratusan kilometer tanpa alas kaki untuk jualan madu.
Tangguhnya Warga Baduy saat Jualan Madu, Siap Jalan Kaki Ratusan Kilometer sampai Jakarta
Warga adat Baduy di wilayah Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki tradisi menjual madu hutan ke luar daerah dengan berjalan kaki. Tak tanggung-tanggung, mereka bisa menempuh jarak puluhan sampai ratusan kilometer untuk menjajakan hasil hutan mereka.
-
Apa itu Wajik Baduy? Kue wajik merupakan kudapan ringan khas masyarakat adat Baduy dengan cita rasa manis dan sedikit gurih. Kue ini memiliki tekstur yang lengket namun lembut saat disantap.
-
Kenapa aturan di Baduy Dalam sangat ketat? Tujuannya agar manusia tidak terjerumus keserakahan duniawi dan melupakan tatanan hidup nenek moyang.
-
Mengapa kain tenun Baduy dianggap sakral? Kain tenun Baduy dianggap sakral dan memiliki nilai yang kuat.
-
Apa nama tempat mandi warga Baduy? Masyarakat adat Baduy sendiri menyebut tempat mandi ini dengan nama Tampian.
-
Dimana biasanya lokasi pemakaman Suku Baduy? Proses pemakaman akan diawali dengan jenazah yang dimandikan dan dibersihkan, setelahnya orang yang meninggal itu akan dibalut kain kafan, dan diberi kapas di beberapa bagian tubuhnya. Jenazah juga akan didoakan menurut kebiasaan dan kepercayaan setempat, lalu dimakamkan dengan menghadap ke selatan. “Kepalanya mengarah ke barat, kakinya ke timur, dan menghadap ke selatan. Pemakamannya sendiri biasanya ada di sebelah barat kampung,” terang ayah Mursid.
-
Kapan Wajik Baduy dibuat? “Wajik ini biasanya dibuat pas ada acara selamatan warga Baduy,” kata warga Ciboleger Baduy, Asep di kanal Youtubenya Asep Lembur Baduy, dikutip Merdeka.com, Kamis (29/8).
Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan mengenalkan potensi kebudayaan Baduy. Uniknya, selama berjualan itu mereka tetap teguh terhadap aturan adat dengan tidak menggunakan kendaraan bermesin.
Seperti diketahui, warga adat Baduy memang merawat aturan nenek moyang mereka dalam praktik kehidupan sehari-hari. Selama ini, warga adat Baduy memang dikenal tidak ingin bersinggungan dengan teknologi, terutama untuk Baduy Dalam. Berikut selengkapnya
Tradisi berjualan madu jalan kaki
Mengutip ANTARA, Jumat (1/12), tradisi berjualan madu dengan berjalan kaki sering mereka lakukan dalam beberapa bulan.
Untuk jarak dekat seperti wilayah Tangerang, biasanya warga Baduy menjualnya tiap tiga hari sekali dengan tempo perjalanan pulang pergi dan jarak tempuh sekitar 60 kilometer.
“Kami terbiasa membawa madu hutan sebanyak 10 botol dalam kemasan," kata salah satu warga Baduy yang berjualan di wilayah Balaraja, Tangerang, Santa (55)
Membawa hingga 10 botol
Dalam sekali perjalanan, mereka akan membawa madu hutan asli hingga 10 botol dalam kemasan kaca. Madu yang dibawa biasanya berjenis madu kuning dan madu hitam dengan rasa yang lebih pahit.
Mereka membawa botol-botol itu di tas rajut besar yang dibawa di punggung sembari digendong. Madu tersebut tak jarang sudah habis sebelum sampai tujuan, karena permintaan warga sekitar cukup tinggi.
Madu-madu Baduy sendiri dipercaya berkhasiat untuk sejumlah penyakit seperti diabetes, asam urat, kolesterol, rematik, kurang darah, dan batu ginjal.
Turun temurun
Tradisi berjualan madu hingga ke luar daerah ini biasanya dilakukan secara turun temurun. Dari orang tua kemudian diturunkan ke anak laki-laki mereka.
Walau turun temurun warga adat Baduy tak sembaranan melatih anak laki-lakinya untuk berjalan kaki jarak jauh untuk menjajakan madu.
Biasanya anak laki-laki itu akan diajak sebagai sebuah latihan saat usia mereka sudah cukup alias remaja dewasa.
- Saking Bahagia Jalan Kampungnya Diaspal, Warga di Gunungkidul Tunaikan Nazar Merangkak 1 Kilometer
- Horor! Buntut Warga Blokir Jalanan di Jambi, Macet Mengular Hingga 30 Kilometer
- Tempuh 2.001 Kilometer, Begini Perjalanan Tim Kirab Pataka Jer Basuki Mawa Beya Keliling Jawa Timur
- Kisah Pabrik Belerang Tua Wanaraja, Terbesar di Garut dan Pernah Terbentang Pipa Belasan Kilometer
Bagi mereka, berjalan kaki dengan jarak hingga Jakarta atau ratusan kilo meter sudah terbiasa.
Mereka pun mampu beradaptasi dengan kondisi jalanan mulai dari tanah berlumpur, beton hingga aspal yang panas saat siang hari.
Dan salah satu larangan adat Baduy adalah tidak membolehkan menggunakan alas kaki apapun saat berjualan ke luar kampung.
Alhasil banyak dari para warga Baduy yang berjualan madu hingga Jakarta mengalami pengerasan di telapak kaki mereka. Namun kondisi ini tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Perintah leluhur jadi yang utama
Tak diketahui secara pasti alasan warga Baduy tidak menggunakan alas kaki saat berjualan madu hingga ke luar daerah.
Mereka hanya mengatakan bahwa tak ingin melanggar pantangan adat yang sudah ada sejak mereka belum lahir.
Mengutip YouTube Esoxse TV, mereka bisa berjalan kaki sampai Jakarta hingga Depok, Jawa Barat tanpa menggunakan alas kaki.
Harga madu Baduy
Saat berjualan dengan waktu berhari-hari itu, mereka juga membawa perbekalan seperti nasi, ikan asin ataupun gula merah asli Baduy sebagai penambah tenaga.
Untuk satu botolnya, warga Baduy biasa menjual madu asli mulai dari Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per botolnya.
"Kami berjualan keliling di Jakarta dengan jalan kaki bisa menghasilkan pendapatan Rp5 juta per pekan dengan harga Rp100 ribu per botol," kata penjual madu lainnya yang juga asli Baduy, Pulung (55)