Undang Gelak Tawa, Tunil jadi Pementasan Komedi Paling Tua Khas Cianjur
Sisi komedi dari tunil atau wayang gejlig ini dimulai saat pemainnya menghentakkan kaki ke tanah.
Sisi komedi dari tunil atau wayang gejlig ini dimulai saat pemainnya menghentakkan kaki ke tanah.
Undang Gelak Tawa, Tunil jadi Pementasan Komedi Paling Tua Khas Cianjur
Tak banyak yang tahu bahwa Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memiliki kesenian unik bernama tunil. Ini jadi pentas komedi paling tua sejak zaman nenek moyang yang masih bertahan.
-
Mengapa Seni Pakemplung di Cianjur terancam punah? Namun sayangnya, kesenian ini belakangan terancam punah karena dianggap rumit dan terlalu sakral. Ini didasarkan hilangnya minat anak muda untuk melestarikannya dan menampilkannya dengan baik, sesuai pesan leluhur.
-
Apa yang menjadi salah satu ciri khas budaya di Kecamatan Gegesik, Cirebon? Masyarakat Cirebon mengenal Gegesik sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sisi barat kota tersebut. Selain identik dengan kuliner Gayamnya, ternyata wilayah ini juga dikenal sebagai pelestari budaya lokal, salah satu yang unik adalah berburu tikus.
-
Di mana wilayah yang menjadi pusat peredaran narkoba di Cianjur? Berdasarkan pemetaan oleh polisi, peredaran narkoba rawan terjadi di wilayah utara, selatan dan timur Kabupaten Cianjur.
-
Apa yang istimewa dari rumah Lesti Kejora di Cianjur? Kediamannya, meskipun berlokasi di pedesaan, bisa menjadi investasi tinggi karena memiliki pemandangan yang membuat warga Ibukota iri. Pemandangan rumah Lesti Kejora seolah seperti resort bintang 5
-
Kenapa Alun-alun Ciranjang menjadi daya tarik baru di Cianjur? Alun-alun Ciranjang menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi saat singgah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi tersebut kini tampak indah, dan rapi, setelah dibenahi oleh Pemprov Jabar dengan anggaran Rp10,3 miliar.
-
Siapa yang terkagum dengan keindahan Desa Tegallega, Cianjur? Desa Tegallega diakui Ganjar Pranowo merupakan tempat yang indah.
Setiap pementasannya selalu mengundang gelak tawa. Banyak warga yang tertarik untuk menyaksikan kesenian tunil walau digelar semalam suntuk.
Tunil pun kini butuh perhatian agar tidak punah. Berikut informasi selengkapnya tentang seni tunil.
Berbentuk wayang orang
Mengutip YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX, Rabu (15/11), kesenian tunil biasanya berkonsep wayang orang yang berasal dari Kampung Miduana, Desa Balegede, Kecamatan Naringgul.
Para pemainnya yang rata-rata sudah sepuh, memainkan peran dengan berdandan memakai aksesoris khas Sunda seperti totopong (blangkon), sayap-sayapan, sarung maupun pakaian jamang sangsang (tradisional).
Tak lupa, para pemainnya juga berdandan menor menggunakan lipstick, bedak atau pewarna wajah yang mencolok.
Tampilkan cerita rakyat Sunda
Untuk temanya sendiri, tunil banyak mengisahkan tentang cerita rakyat Sunda Cianjuran.
Beberapa tema yang sering dibawakan adalah “Banteng Wulung”, ”Ciung Wanara”, ”Jaka Sundang” dan “Budak Buncir”.
Dalam satu pementasan, tunil bisa dimainkan hingga 20 orang pemain dengan masing-masing memerankan alur cerita secara mendalam.
Konsep panggung meriah
Walaupun hanya menggunakan panggung sederhana, pementasan tunil biasanya menggunakan konsep yang meriah.
Bagian depan panggung akan menggunakan penutup kain berwanra merah. Lalu latar layar biasa memakai backdrop dengan suasana pedesaan dan kerajaan Sunda yang dilukis.
Selain percakapan yang kuat, pertunjukkan juga dimeriahkan dengan iringan gamelan Sunda serta sinden yang sesekali mengiringi cerita.
- Kesaksian Tetangga Dengar Teriakan 'Tolong' di Kamar Indekos Remaja Tamansari Berlumuran Darah
- Tak Disangka Tanaman Semak Ini Ternyata Bisa Cegah Kanker, Apa Itu?
- Kerangka Korban Tumbal Ditemukan Masih Pakai Cincin Giok, Ini Sosoknya
- Melancong ke AS, Eks Panglima TNI Andika Perkasa Dibuat Kaget oleh Temen SMAnya
Sisi komedi tunil
Selain tunil, warga juga biasa menyebutnya dengan wayang gejlig.
Kesenian ini menampilkan kelucuan spontan yang disisipkan dalam setiap naskah cerita. Kira-kira mirip ketoprak kalau di Jawa Tengah.
Salah satu tanda sisi komedi akan dimulai adalah para pemain akan menghentakkan kaki ke tanah. Ini yang kemudian disebut gejlig.
Kondisinya kian memprihatinkan
Di Kampung Miduana kondisi kesenian tunil ini agaknya cukup memprihatinkan.
Betapa tidak, sejumlah alat musik seperti kendang dan bonang didapati hilang serta beberapa lainnya rusak dimakan usia.
Para pemainnya juga kebanyakan sudah berusia di atas 60 tahun dengan sebagian lainnya sudah meninggal dunia.
Kondisi ini diperparah dengan sulitnya regenerasi pemain, serta rendahnya minat masyarakat untuk menampilkannya.
Sudah ada sejak 1940
Sebelumnya kesenian ini lahir di Kampung Miduana pada pertengahan tahun 1940. Ketika itu salah seorang sesepuh setempat bernama Aki Samayi.
Kesenian tunil atau wayang gejlig biasa pentas saat warga setempat mengadakan hajatan berupa pernikahan, hajat kampung sampai khitanan.
“Kejadian hilangnya gamelan ini di tahun 1990-an, setelah pentas. Ketika itu alatnya hilang, kami siap memajukannya lagi. Hanya saja segalanya serba kekurangan (terbatas di alat gamelan),” kata salah satu pelaku wayang gejlig, Aki Akih.