Dihantui ISPA Imbas Kebakaran Pabrik di Kapuk Muara
Pihak pabrik hingga kini belum memberikan bantuan kepada warga akibat kebakaran tersebut.
Pihak pabrik hingga kini belum memberikan bantuan kepada warga akibat kebakaran tersebut.
Dihantui ISPA Imbas Kebakaran Pabrik di Kapuk Muara
Tiga hari sudah kebakaran melanda pabrik produsen sandal PT Porto Sejahtera Indonesia di Jalan Kapuk Muara, RT 005/RW 04, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/9) lalu. Namun, kebakaran itu menyisakan kekhawatiran bagi warga sekitar pabrik. Khususnya dampak dari sisa api yang melahap bahan produksi sandal. Salah satunya penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Wilayah terdampak kebakaran itu seperti RT 008 dan 10. Salah satu rumah kena imbas kebakaran pabrik sandal itu adalah kediaman Sudiono, selaku RT 10 RW 04.
- Anies Dorong BUMN Kolaborasi Tanpa Hambat Perkembangan Swasta
- TKN Prabowo-Gibran Ogah Lengah Hasil Survei Litbang Kompas: Kita Kerja Keras dan Cerdas sampai Pencoblosan
- KPK Jawab Gugatan Praperadilan Syahrul Yasin Limpo: Semua Dalil Pemohon Tidak Berdasar
- Ratapan Warga Korban Kebakaran Dekat RSUD Kebayoran Lama: Pikiran Sudah Kosong, Harus Diikhlasin
Sudiono menceritakan, hawa panas dari api yang melahap bahan sandal di pabrik tersebut menyebabkan jendela rumahnya pecah.
Bukan hanya hawa panas dari kobaran api, menurut Sudiono, asap pekat yang berasal dari kebakaran pabrik itu juga membuat banyak warga yang sesak napas.
Sudiono berharap pihak pabrik Porto mengerahkan tenaga medis untuk warga yang berpotensi terkena penyakit ISPA.
Adapun bahan baku pembuatan sandal yang sebagian besar terdiri dari spons, karet, dan plastik, membuat asap kebakaran yang dihasilkan tidak hanya hitam pekat, tetapi juga mengeluarkan bau yang tidak sedap.
"Ini spons, plastik, di sini kan bolong, asapnya ke sini semua," kata Sudiono ketika berbincang dengan merdeka.com, di RT 10/RW 04 Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (18/9).
Warga Belum Mendapat Kompensasi
Sudiono mengungkap, pihak pabrik hingga kini belum memberikan bantuan kepada warga akibat kebakaran tersebut.
Sudiyono dan warga tidak mengharapkan kompensasi dalam jumlah besar dari perusahaan sandal itu, meski kerugian warga yang terdampak terhitung banyak.
"Jangankan bantuan kompensasi saya bilang, dari segi mohon maaf yang terkecil saja, rasa empati dari pihak Porto dateng minta maaf atau ngasih sesuatu minimal masker 1 biji aja belum ada," ujar Sudiono.
Keterangan Sudiono terkait dampak kebakaran pabrik itu hingga Senin (18/9) memang masih dirasakan warga.
Asap hitam akibat bahan pembuatan sandal dilahap si jago merah masih membuntuti keseharian warga setempat.
Salah satu warga, Siti (48) membeberkan bahwa warga masih berjibaku menghilangkan asap akibat kebakaran tersebut. Siti membantah pernyataan terkait klaim asap kebakaran yang sudah tidak ada.
"Iya ada asap masih itu kan (masih ada), disiramin, masih. Katanya mau dibeko, mana itu enggak di-itu-ituin," kata Siti ditemui merdeka.com di kediamannya.
Sri lantas menunjukkan sumur yang biasa digunakan warga untuk mandi. Sumur itu terlihat hitam pekat sejak kebakaran kemarin.
"Tidak bisa dipakai ini, malah bisa bikin penyakit kan gatal-gatal," kata Siti.
Kronologi Kebakaran Versi Warga
Api mulai melahap pabrik menurut Sudiono sekira pukul 11.30 WIB atau sebelum salah Jumat. Kebakaran diduga akibat korsleting listrik dari pabrik.
Sudiono menepis pemberitaan salah satu televisi nasional terkait sumber kebakaran tersebut. Menurut Sudiono, pada siang itu api datang bukan dari aktivitas warga melainkan korsleting listrik pabrik. Adapun api baru berhasil dipadamkan sehari kemudian pada Sabtu (16/9).
"Sumber apinya itu dari Porto (pabrik), terus merembet ke warga," ujar Sudiono.