Kasus Penganiayaan di STIP, Tersangka Panik sempat Menarik Lidah Korban dan Usir Junior dari TKP
Tersangka sempat panik saat korban tergeletak pingsan usai dianiaya di kamar mandi.
Kasus Penganiayaan di STIP, Tersangka Panik sempat Menarik Lidah Korban dan Usir Junior dari TKP
Polisi menetapkan mahasiswa tingkat dua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Tegar Rafi Sanjaya alias TRS (21) sebagai tersangka penganiayaan, hingga menyebabkan juniornya tingkat satu Putu Satria Ananta Rustika (19) meninggal dunia.
- Sidang Etik Kapolsek & Kanit Reskrim: Terungkap Duit Rp2 Juta dari Supriyani Dipakai Bangun Polsek Baito
- Dipicu Dendam, Seorang Santri di Palangka Raya Bunuh Ustazah
- Ini Peran 3 Tersangka Baru dalam Kasus Penganiayaan Junior STIP
- Sidang Penganiayaan Santri di Kediri, Ibu Korban Sebut Anaknya Dianiaya sejak Agustus 2023
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Saputra Siagian mengatakan, pelaku sempat panik saat korban tergeletak pingsan usai dianiaya di kamar mandi.
"Ya betul (panik). Karena panik lihat si korban tumbang, dia berusaha mencoba membantu, dia memerintahkan untuk (anak) tingkat satu yang ada di kamar mandi itu pergi, keluar dari kamar mandi," kata Hady, Minggu (5/4).
Setelahnya, terduga pelaku mencoba memberikan pertolongan terhadap korban dengan cara memasukkan tangannya itu ke mulut Putu. Kemudian, lidahnya pun ditarik keluar.
Selain itu, ia menjelaskan, penganiayaan itu terjadi saat terduga pelaku dan korban tengah ada kegiatan pelajaran. Saat itu, korban yang merupakan tingkat satu sedang mengikuti kegiatan olahraga.
"Nah si korban ini bersama teman-temannya ini, lima orang mereka itu menuju ke kamar untuk memanggil rekan-rekannya yang tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga. Begitu turun, ketemu sama tingkat dua, mungkin ada yang salah, dilihatnya menggunakan pakaian olahraga, dipanggil oleh senior-seniornya itu," jelasnya.
"(Makanya korban masih pakai baju olahraga) Iya, pada saat kita temukan di rumah sakit masih mengenakan baju olahraga," sambungnya.
Melihat juniornya itu masih mengenakan seragam olahraga, kemudian senior pun langsung mengajak korban untuk ke kamar mandi.
"Tidak ada penyampaian yang bersangkutan bahwa ke kamar mandi supaya tidak ada yang melihat pemukulan itu, tidak. Tapi ya hanya diajak, ayo ikut saya. Ketika bertemu antara taruna tingkat satu dengan taruna senior taruna tingkat dua, melihat ada yang salah, suruh ikut ke kamar mandi," ujarnya.
Hady menegaskan, penganiayaan ini bukan karena adanya masalah pribadi antara terduga pelaku dengan korban.
"Enggak ada (masalah pribadi) hanya hubungan senior dan junior saja," pungkasnya.