Pabrik Arang Batok Kelapa di Jaktim yang Disegel Bisnis Turun Temurun, Sudah Eksis Lebih dari 40 Tahun
Pabrik yang berada di sisi Sungai Ciliwung itu saat ini masih disegel dengan garis kuning milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Pabrik yang berada di sisi Sungai Ciliwung itu saat ini masih disegel dengan garis kuning milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
- Kejagung Bongkar Tren Pelanggaran Pilkada, Kepala Desa Kerap Untungkan Petahana
- Kronologi Tiga ASN Ternate Ditangkap di Warkop Cempaka Putih Jakpus Terkait Narkoba
- Sederet Para Pesohor dari Dapil Jabar I Lolos ke Senayan, Ada Melly Goeslaw hingga Istri Ridwan Kamil
- Mampukah Gibran Pimpin Dewan Aglomerasi Kawasan Jakarta Usai Jadi Wapres?
Pabrik Arang Batok Kelapa di Jaktim yang Disegel Bisnis Turun Temurun, Sudah Eksis Lebih dari 40 Tahun
Bisnis arang batok kelapa yang dikabarkan disegel oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) pada hari Rabu (24/4) lalu diketahui merupakan bisnis antar-generasi yang dipupuk subur selama 49 tahun.
Hal ini disampaikan Eri, Ketua RT 07 di Jalan Jembatan RW 05, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Eri mengaku menyaksikan langsung bagaimana bisnis tersebut berkembang dari tahun ke tahun.
"Bapaknya beliau (pemilik pabrik) itu dulu tinggal di tempat kakek saya. Dia usaha itu sebelumnya di Kemayoran terus karena ada yang beli batok kelapa untuk bakar sate dan lain-lain dan batok kan banyak dulu, sekitar sini masih kebun, belum ada banyak rumah, jadi itulah mulanya tahun 75-an," kata Eri kepada merdeka.com, Senin (29/4).
Bisnis tersebut diungkap Eri semakin berkembang setelah permintaan dari konsumen semakin banyak.
Namun seiring Waktu berjalan, berkembang pula pemukiman di sekitar pabrik yang membuat kebutuhan dan dinamika warga sekitar ikut berubah.
Kondisi Wilayah Berubah
Kini, area Jalan Jembatan 1 merupakan wilayah padat penduduk yang menjadi jalur mobilisasi utama bagi warga yang ingin menuju ke daerah-daerah di belakang Stasiun Pasar Minggu. Jalannya pun padat dirayapi oleh pengendara yang melintas. Sedangkan jalanan di kawasan tersebut hanya cukup untuk dilalui satu mobil.
Eri menuturkan sudah berusaha untuk berbicara pada pemilik pabrik bahwa limbah udara yang dihasilkan dari proses pengubahan batok kelapa menjadi arang itu dapat berdampak buruk ke kesehatan warga sekitar.
"Semakin banyak perubahan lingkungannya, karena pastinya kalau lingkungannya berubah penduduknya juga berubah (jadi) banyak. Sudah sering diklaim oleh warga sekitar, saya sebagai pengurus RT hanya memberitahu saja jangan sampai mengganggu warga apalagi nanti menimbulkan salah satu permasalah mengenai penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas),” ujar Eri.
Eri juga menambahkan bahwa pabrik tersebut tidak hanya berpotensi menyebarkan dampak buruk pada kesehatan warga, namun juga mengganggu aktivitas sehari-hari. Misalnya banyak warga menemukan bajunya memiliki noda kuning ketika dijemur akibat terkontaminasi polusi udara dari pembuatan arang.
"Pakaian juga jadi kuning, yang dijemur itu. Pada saat dibakar kan dia (pabrik arang) mengeluarkan abu-abu gitu, nah abu-abu itu pada hitam kena rumah kalau yang deket-deket, itu yang menimbulkan polusi udara," kata Eri.
Pabrik yang berada di sisi Sungai Ciliwung itu saat ini masih disegel dengan garis kuning milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang menandakan bahwa tidak boleh ada aktivitas apapun di sana.
Penyegelan tersebut membuat bangunan dari kayu dan seng itu terlihat tidak bernyawa, bahkan beberapa sisa batok kelapa tergeletak begitu saja ditemani abu-abu hitam milik arang yang ditemukan di sekitarnya.