Tembok Pembatas Laut dan Daratan Jakarta Bocor, Begini Penampakannya
Proyek NCICD itu akan dibangun panjang total tanggul pantai yang dibangun ada 46 km yang membentang dari Marunda hingga Tanjung Priok.
Terdapat beberapa lubang di bagian tembok tersebut
Tembok Pembatas Laut dan Daratan Jakarta Bocor, Begini Penampakannya
Beberapa waktu lalu warganet sempat dihebohkan dengan video yang memperllihatkan tanggul laut raksasa Jakarta atau Giant Sea Wall mengalami kebocoran yang cukup parah.
Dilansir dari akun tiktok @jerhemynemoo video tersebut memperlihatkan tanggul rakasasa tersebut mengalami kebocoran disejumlah titik tepatnya pada bagian bawah tanggul.
- Fakta Kebakaran di Penjaringan Jakarta Utara, Damkar Sempat Mengalami Kendala
- Blak-blakan TNI Keberatan KPK Tetapkan Tersangka Kabasarnas: Militer Punya Ketentuan Sendiri
- Soal OTT Militer, TNI Pesan ke KPK: Cukup Kasih Tahu Saja, Jam Sekian Mau Tangkap TNI
- TNI Sebut Penetapan Tersangka Kabasarnas Bukan Ranah KPK, Begini Aturannya
Dalam narasi dijelaskan tanggul laut tersebut merupayakan upaya pemerintah dalam menghindari tenggelamnya Jakarta. Namun, ia meragukan apakah tanggul tersebut dapat menahan air laut agar tidak menggelamkan Jakarta.
"Ini (tanggul laut) adalah salah satu cara pemerintah buat menghindari masalah tenggelamnya Jakarta. Tapi emangnya bisa Jakarta nggak akan tenggelam lagi cuman dengan tembok kayak gini? Lihat tuh ini bukan air bocor biasa, tapi ini air laut yang bocor ke daratan Jakarta,"
tulis akun tersebut seperti dikutip merdeka.com, Senin (2/10).
Pantauan merdeka.com lokasi kebocoran tanggul itu berada di Jalan Muara Baru, Jakarta Utara. Tepatnya di kawasan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) cabang Pelabuhan Sunda Kelapa.
Lokasi itu terbilang dekat dengan transportasi umum, seperti dekat dengan Gapura Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.
Saat akan memasuki PT Pelabuhan Indonesia cabang Sunda Kelapa, itu, terdapat sebuah gerbang serta terlihat juga plang bertuliskan Objek Vital Nasional dari perusahaan itu.
Dari kawasan tersebut juga terdapat permukiman warga dengan bangunan jenis permanen. Hanya berjarak sekitar 120 meter tanggul bocor yang viral media sosial juga telah terlihat.
Melihat lebih dekat, memang betul ada kebocoran pada bagian tanggul yang mengalir ke daratan hingga membuat kubangan air lalu ditumbuhi rumput kering.
Retakan itu pun bervariasi ada yang kecil hingga besar di setiap beberapa meter.
Tidak banyak tumbuhan di sana yang subur, hanya ada rerumputan gersang serta bebatuan.
Terdapat pula hewan peliharaan seperti kambing dan ayam yang terlihat tidak terurus.
Sementara di sisi lain tanggul terdapat masjid Al Wadhuna yang sudah terendam air laut sejak tahun 2000 lalu. Masjid tersebut sudah tak beratap dan hanya menyisakan tembok-tembok yang tidak lagi kokoh.
Diantara retakan-retakan tersebut terdapat satu yang paling besar, sehingga mengeluarkan air laut yang cukup deras layaknya air selang yang mengalir ke kubangan besar lalu ditumbuhi rumput kering.
Tidak banyak tumbuhan di sana yang subur, hanya ada rerumputan gersang serta bebatuan.
Terdapat pula hewan peliharaan seperti kambing dan ayam yang terlihat tidak terurus.
Bahkan sekitar jarak 120 meter terdapat pemukiman warga dengan dengan bentuk bangunan semi permanen.
Sementara di sisi lain tanggul terdapat masjid yang sudah terendam air laut sejak tahun 2000 lalu. Masjid tersebut sudah tak beratap dan hanya menyisakan tembok-tembok yang tidak lagi kokoh.
Awalnya Permukiman Padat Sering Kebanjiran
Menurut keterangan Ketua RT 15 RW 17 Kampung Muara Baru atau biasa disebut Muara Bengek, Dewi mengaku adanya tembok tanggul yang retak bocor hingga rembes sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kebocoran itu diketahuinya jauh semenjak tanggul itu telah dibangun.
"Jauh sesudah pembangunan, terkahir 3 tahun kesini deh," kata Dewi saat ditemui merdeka.com, Senin (2/10).
Ketua RT 15 RW 17 Dewi menceritakan, jauh sebelum ada tembok besar yang memisahkan kampung bengek dengan laut bagian Utara Jakarta merupakan sebuah permukiman padat penduduk. Sekiranya, ada 125 lebih kepala keluarga tinggal di sana.
Saat itu, kondisinya terbilang memprihatikan karena hampir setiap hari warga sekitar harus mengahadapi banjir. Belum lagi saat air laut sedang pasang ditambah cuaca hujan.
"Kalau sebelum ada itu (tembok tanggul) banjir terus bang, tiap hari, jalanan raya itu sampe enggak bis lewat, licin lumut. Terus sepanjang laut sampai situ (jalanan sekitar) enggak bisa lewat,"
cerita Dewi.
merdeka.com
"Kalau lagi pasang lebih gede kalau tiap hari ya airnya dikit genang, kalau pasang gede se-lutut sampe air muncrat-muncrat dijalanan sampai kadang ke warga," lanjut dia.
Singkat cerita, dibuat lah tanggul besar yang memisahkan laut dengan Kampung Bengek. Keadaan Kampung Bengek pun cukup membaik.
Hanya saja pembangunan itu harus mengorbankan pemukiman warga di sekitar yang saat ini layaknya lahan tandus. Hanya terlihat lahan lapangan yang biasa dipakai warga sekitar untuk bermain juga rumput-rumput liar.
Terkait dengan kebocoran tanggul tersebut yang saat ini tengah viral dan jadi perbincangan di media sosial, ia berharap agar pihak terkait dapat segera ditangani. Sebab warga yang ada di Kampung Bengek terbilang sangat dekat air laut.
"Kalo yang bocor-bocor harapannya cepet ditangnin, supaya tidak ada kejadian yang tidak diinginkan jalanan yang rembes itukan pengen cepet ditanganin," imbuh dia.
Proyek Giant Sea Wall
Diketahui, proyek Giant Sea Wall atau disebut National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta dengan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2010 lalu.
Proyek NCICD itu akan dibangun panjang total tanggul pantai yang dibangun ada 46 km yang membentang dari Marunda hingga Tanjung Priok.
Sejauh ini, pihak pemerintah telah membangun proyek Giant Sea Wall sepanjang 13 Km. Sementara sisanya akan dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, PT Pelindo II atau KSOP Sunda Kelapa juga Kementerian PUPR.
Dikutip dari utara.jakarta.go.id, pembangunan tanggul raksasa di pesisir Jakarta akan dilakukan dengan tiga tahap dengan biaya sebesar Rp400 hingga Rp500 triliun.