3 Fakta Sejarah Fenomena Klitih di Jogja, Muncul di Tahun 1980-an
Dalam sejarahnya, predikat Jogja sebagai kota pelajar ternyata juga membawa konsekuensi negatif. Dari waktu ke waktu, bermunculan geng-geng pelajar yang wilayah kekuasaannya tersebar di seluruh kota. Di masa kini, masalah ini muncul dengan maraknya peristiwa klitih.
Peristiwa klitih yang terjadi pada Minggu dini hari (3/4) di Jogja menjadi tamparan keras slogan kota itu yang katanya “berhati nyaman”. Sebelum peristiwa itu, sebetulnya sudah banyak peristiwa klitih di Jogja yang memakan korban jiwa. Walaupun pemerintah mengklaim telah melakukan tindakan pencegahan, namun kasus itu nyatanya tetap terjadi.
Dalam sejarah, predikat Jogja sebagai kota pelajar ternyata juga membawa konsekuensi negatif. Dari waktu ke waktu, bermunculan geng-geng pelajar yang wilayah kekuasaannya tersebar di seluruh kota. Dalam perjalanannya mereka saling bermusuhan, berkonflik dan terlibat adu fisik dalam berbagai situasi dan kondisi.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Kini, kenakalan anak muda itu muncul dalam bentuk baru yaitu “klitih”. Istilah ini mengacu pada penyerangan secara acak dengan sasaran pengendara lain guna membuktikan kehebatan mereka di hadapan kelompoknya.
Lalu bagaimana sejarah aksi klitih di Jogja dari waktu ke waktu? Berikut selengkapnya:
Muncul di Tahun 1980-an
©2020 Merdeka.com
Menurut sosiolog dari Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Dr Mukhijab, embrio kasus kejahatan jalanan oleh geng pelajar sudah ada di Kota Jogja sejak era tahun 1980-an. Dari tahun ke tahun, pola kasusnya sama, yaitu melakukan kekerasan hingga menimbulkan korban luka hingga korban jiwa.
Seiring waktu geng pelajar itu terus melakukan regenerasi. Bahkan mulai era 1990-an, mulai ada dari kelompok itu yang menjalin kerja sama dengan sayap partai politik tertentu di DIY.
Menurut Mukhijab, pelajar tertarik bergabung dengan geng pelajar sebagai wahana eksistensi diri karena tidak mendapat ruang pengakuan di lingkungan keluarga dan sekolah. Bahkan Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombes Yulianto menyebut hampir seluruh sekolah setingkat SMA/SMK di DIY dapat dijumpai geng pelajar.
“Ada geng pelajar yang masih manis-manis dan ada pula yang brutal,” kata Yulianto dikutip dari ANTARA pada Selasa (12/4).
Terus Berkelanjutan
©2020 Merdeka.com
Suprapto, seorang Sosiolog kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada (UGM), pernah melakukan penelitian tentang fenomena klitih di Yogyakarta antara tahun 2004 hingga 2009. Dalam penelitiannya, dia menyebut kejahatan jalanan di kalangan remaja bisa terus berkelanjutan hingga kini karena terorganisasi sehingga memungkinkan proses regenerasi.
Selain terorganisasi, beberapa dari anggota geng jalanan meningkatkan kualitas diri dengan melatih penggunaan senjata tajam, mengatur pembagian tugas, mengeksekusi sasaran, hingga melakukan langkah antisipasi agar tidak terlacak polisi.
Dalam penelitian itu, Suprapto juga menyebut ada tiga unsur di dalam geng pelajar yang berpotensi melakukan kejahatan di jalanan yaitu pengurus inti mulai dari ketua, wakil, hingga anggota; lalu yang kedua unsur alumni; dan yang ketiga kelompok eksternal yang memungkinkan diisi kelompok lain seperti preman atau pemesan.
“Mereka punya peraturan, mereka hanya menyerang sebayanya yang berpotensi merespons pancingan mereka,” kata Suprapto.
Upaya Pencegahan
Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X - liputan6.com
Kasus klitih di Jogja ini mendapat perhatian serius dari Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dia meminta seluruh bupati/wali kota melakukan berbagai upaya pencegahan.
Dalam hal ini, Sultan menganjurkan sejumlah langkah. Pertama, melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, Ketua LPMK, kampung, RW, RT, PKK, hingga Karang Taruna untuk menyosialisasikan pada warga tentang pentingnya mereka mengetahui keberadaan anggota keluarganya.
Poin kedua adalah menginisiasi aktivitas positif dan bermanfaat bagi remaja. Poin ketiga adalah menggiatkan patroli lingkungan dengan melibatkan linmas dan gerakan jaga warga.
Poin keempat bekerja sama dengan TNI/Polri guna melakukan monitoring pergerakan massa yang masih beraktivitas hingga tengah malam. Terakhir, mengalokasikan anggaran belanja daerah untuk setiap aktivitas pencegahan dan penganan kejahatan jalanan.
(mdk/shr)