Adaptasi Novel Best Seller Cinta Tak Pernah Datang Tepat Waktu, Hanung Bramantyo Ingin Hadirkan “Ensiklopedi Laki-Laki” Melalui Film
Dengan adanya film ini, diharapkan kaum perempuan lebih memahami dunia laki-laki
Dengan adanya film ini, diharapkan kaum perempuan lebih memahami dunia laki-laki
Adaptasi Novel Best Seller Cinta Tak Pernah Datang Tepat Waktu, Hanung Bramantyo Ingin Hadirkan “Ensiklopedi Laki-Laki” Melalui Film
Hanung Bramantyo berkali-kali sukses menyutradarai film yang diadaptasi dari novel. Karyanya seperti “Bumi Manusia” dan “Ayat-Ayat Cinta” merupakan dua contoh film adaptasi novel yang berhasil menyedot banyak animo penonton.
Sumber Foto: Wikipedia
-
Kenapa Hari Film Sedunia diperingati? Hari Film Sedunia bertujuan untuk mempromosikan pemahaman lintas budaya dan kreativitas yang dihasilkan oleh industri film.
-
Apa tema utama dari naskah drama "Penampilan Tidak Bisa Membeli Cinta"? Tema: Remaja
-
Kapan film "Bangsal Isolasi" tayang? Pada tanggal 25 Juli 2024, film BANGSAL ISOLASI yang disutradarai oleh Adhe Dharmastriya akan tayang di bioskop.
-
Sejak kapan mantan bintang film itu tinggal di gubuk? Ia mengaku sudah tinggal sendirian di gubuk tersebut selama tiga tahun.
-
Dimana film "Tarian Lengger Maut" berlatar? Film berjudul "TARIAN LENGGER MAUT" memaparkan kisah yang mempertemukan sebuah desa baru, Pagar Alas, dengan seorang dokter yang menyembunyikan sisi gelapnya sebagai seorang pembunuh berdarah dingin dengan obsesi terhadap jantung manusia.
-
Dimana mantan bintang film itu tinggal? Pak Sunandar, tinggal pada sebuah gubuk kecil di tengah hutan perbukitan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kini Hanung sedang menggarap film yang diadaptasi dari novel best seller karya Puthut EA berjudul “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu”. Apa yang ingin dihadirkan Hanung dalam film ini?
Dalam sebuah sesi wawancara dengan Merdeka.com pada Jum’at, 1 Desember 2023 lalu, Hanung mengatakan ia ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda dalam film ini.
Dalam film ini ia ingin menghadirkan sebuah “Ensiklopedi Laki-Laki” khususnya bagi para perempuan agar mereka lebih memahami pasangannya.
“Sebagian besar penonton film Indonesia adalah kaum perempuan. Jadi yang menggerakkan orang untuk menonton ke bioskop adalah ibu, istri, pacar, dan semuanya adalah perempuan. Film ini jadi semacam ‘Ensiklopedi laki-laki’ agar perempuan lebih memahami betul laki-laki,”
kata Hanung terkait tujuannya memproduksi film "Cinta Tak Pernah Tepat Waktu".
Film “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Daku yang sedang mencari pasangan hidup. Dalam proses itu ia dihadapkan pada banyak pilihan.
Namun saat bibit cinta mulai muncul dalam dirinya pada wanita lain, ia langsung dihadapkan pada kenyataan bahwa wanita yang ia cintai bukanlah wanita yang bisa ia miliki.
Cobaan cinta yang bertubi-tubi membuat Daku mulai meragu, apakah cinta akan datang tepat waktu?
“Dalam film ini ‘laki-laki’ digambarkan sebagai makhluk yang selalu takut. Takut untuk apapun. Kalaupun dia berani, menunjukkan keberaniannya, perangainya yang kasar, pukul ini itu, sebenarnya dia sedang menutupi rasa takut itu. Ketakutan laki-laki untuk berbuat apapun,”
Kata Hanung tentang penggambaran sosok tokoh laki-laki dalam film ini.
- Pertemuan Terakhir Chintami Atmanagara dengan Mendiang Puput Novel
- Sosok Njoo Cheong Seng, Penulis Sastra Melayu dan Sutradara Legendaris Keturunan Tionghoa
- Kasus Kematian Vina Cirebon Kembali Viral Usai Diadaptasi jadi Film, Polisi Janji Tetap Usut & Kejar 3 DPO
- 31 Desember 1926: Pemutaran Perdana Loetoeng Kasaroeng, Film Pertama yang Diproduksi di Indonesia
Hanung begitu selektif dalam memilih aktor untuk film ini, terutama aktor laki-laki. Ia pada awalnya ingin mengajak Reza Rahardian untuk ikut bermain film ini. Tapi ternyata ia tidak bisa. Pada akhirnya pilihan jatuh pada Refal Hady.
“Baru ketemu Refal beberapa bulan, langsung saya tembak. Dia banyak ingin tahu apa filmnya. Lalu saya jelaskan tentang hakikat cinta tak pernah datang tepat waktu itu apa, tentang keinginan kita untuk hidup berpasangan dengan orang yang yang tepat. Padahal itu ‘bull***t’-nya luar biasa. Gara-gara film Hollywood atau film India, yang selalu menghadirkan cinta mati. Padahal cinta kayak gitu sebenarnya nggak ada,” kata Hanung.
Begitu mendengar kata-katanya, Refal langsung tertarik. “Wah itu saya banget, Mas,” kata Refal saat itu menanggapi penjelasan Hanung.
Hanung mengatakan, pada intinya, film yang tengah ia garap itu menceritakan sebuah realita hidup yang harus dijalani seorang laki-laki.
Dalam film ini, tokoh Daku mencari kesempurnaan dalam sebuah hubungan. Tapi karena selalu mencari kesempurnaan itulah hingga akhir ia tak akan pernah menemukan pasangan hidupnya.
“Jadi ketika mengiyakan novel ini untuk dijadikan sebuah film, Mas Puthut sarannya cuma satu, endingnya jangan diubah. Oh pasti tidak saya ubah, karena hidup memang seperti itu,” kata Hanung.
Saat ditanya mengenai harapannya pada film tersebut, penulis novel best seller Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Puthut EA, berharap film ini menarik hingga bisa mengundang minat penonton.
“Saya tidak mempermasalahkan apakah film ini mirip dengan novelnya atau tidak. Yang penting filmnya menarik, ditonton banyak orang, siapa tahu ada sekuel kedua,” ujar Puthut sambil tertawa.
Ia menceritakan, secara garis besar novel yang ia tulis berisi tentang pergulatan cinta yang memang tidak mudah. Tapi bukan berarti pergulatan seperti itu harus dihindari.
“Perenungan-perenungan seperti ini sebenarnya agak filosofis. Tapi semoga pesan moral dalam film ini bisa membuat teman-teman lebih berani menyelami kehidupan ini dan lebih berani lagi dalam menghadapi hidup ini,” kata Puthut.