Anak Gangguan Mental Emosial saat Ini Lebih Banyak Dibanding Dulu, Ini Penjelasan BKKBN
Peran keluarga sangat vital dalam menjaga kestabilan kondisi mental anak-anak.
Peran keluarga sangat vital dalam menjaga kestabilan kondisi mental anak-anak.
Anak Gangguan Mental Emosial saat Ini Lebih Banyak Dibanding Dulu, Ini Penjelasan BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan pentingnya peran keluarga dalam mencegah kasus anak yang mengalami gangguan mental emosional yang belakangan ini marak dijumpai. Ia mengakui, jumlah anak-anak zaman sekarang yang mengalami gangguan mental emosional jauh lebih banyak dibandingkan zaman dulu, sehingga peran keluarga menjadi sangat penting untuk membantu pencegahannya.
-
Kenapa banyak anak muda yang mengalami gangguan kesehatan mental? Kondisi kesehatan mental punya dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak muda. Beragam faktor bisa menjadi pemicunya. Mulai dari pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, persoalan sosial, ekonomi, hingga budaya.
-
Apa yang terjadi pada anak jika kesehatan mentalnya terganggu? Jika kesehatan mental anak terganggu, emosinya menjadi tidak stabil, sering merasa lelah, jenuh, pusing, dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik.
-
Bagaimana cara mencegah keterbelakangan mental pada anak? Penyebab tertentu dari keterbelakangan mental dapat dicegah. Penyebab yang paling umum adalah fetal alcohol syndrom. Oleh karena itu, wanita hamil tidak boleh minum alkohol. Mendapatkan perawatan prenatal yang tepat, vitamin prenatal, dan vaksinasi terhadap penyakit menular tertentu juga dapat menurunkan risiko anak lahir dengan keterbelakangan mental.
-
Siapa yang merasa khawatir akan kesejahteraan mental anak-anaknya? Sarwendah menjelaskan bahwa tindakan tegas yang diambil adalah karena kekhawatiran akan kesejahteraan mental anak-anaknya yang sudah mampu membaca, dan ia tidak ingin mereka terganggu dengan berita-berita negatif yang tersebar.
-
Kapan keterbelakangan mental bisa terjadi pada anak? Penyakit ini dapat memengaruhi individu sejak usia dini dan memberikan dampak signifikan pada perkembangan kognitif, sosial, dan emosional mereka.
-
Apa saja jenis gangguan kesehatan mental yang bisa dialami oleh ibu hamil? Beberapa jenis gangguan mental memang bisa dialami siapapun termasuk ibu hamil. Beberapa di antaranya bersifat umum namun ada pula yang perlu diwaspadai.Bila dibiarkan maka akan berpengaruh pada janin dan kondisi kehamilannya. Menurut Kids Health, ada beberapa jenis gangguan mental yang bisa dialami ibu hamil. Simak beberapa gangguan kesehatan mental saat hamil beserta cara mengatasinya.
“Hati-hati, mental emosional disorder. Kami titip perhatian pada anak-anak. Mereka yang sulit diajak komunikasi itu gejala,”
terang Kepala BKKBN, Dr. dr. Hasto Wardoyo, mengutip ANTARA pada Jumat (4/8).
Hasto mengatakan, gejala lain yang mengganggu mental emosional antara lain anak-anak yang merasa hebat sendiri, depresiasi seksual atau memiliki orientasi seksual yang aneh. “Anak muda mengatakan ‘toxic people’, orang yang betul-betul meracuni. Ketemu jadi ‘toxic friendship’, nikah jadi ‘toxic relationship’, akhirnya ‘broken home’,” kata Hasto.
Terkait hal tersebut, Hasto meminta keluarga benar-benar menjalankan perannya dalam mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya. Sebab mereka memang sedang butuh perhatian besar. “Nasihat ulama, didiklah anak cucumu sesuai dengan zamannya karena mereka tidak dilahirkan di zamanmu. Ajak mereka berdiskusi. Orang tua tidak perlu merasa hebat,” kata Hasto.
Ia mengatakan bahwa membangun keluarga memang tidak mudah, tetapi benar-benar harus dilakukan karena keluarga merupakan pondasi bagi anak untuk menapakkan langkahnya ke depan. "Anak-anak betul-betul butuh perhatian. Sebagaimana pesan Pak Jokowi bahwa keluarga menjadi pondasi. Marilah kembali pada keluarga, menciptakan keluarga yang sebaik-baiknya," katanya.
Hasto juga menyoroti angka perceraian di Indonesia yang masih tinggi, seperti pada 2021 dengan jumlah perceraian 581 ribu kasus, sedangkan angka pernikahan di tahun yang sama adalah 1,9 juta. "Mayoritas, 75 persen alasannya karena konflik kecil-kecil berkepanjangan, boten purun ngalah (tidak ada yang mau mengalah). 70 persen lebih yang nyuwun (minta) cerai dari pihak istri," katanya. Itulah sebabnya, Hasto mengingatkan bahwa pasangan yang ingin menikah harus mendapatkan bimbingan pernikahan yang baik, termasuk suami yang menjadi khalifah dalam rumah tangga.