Angin Puting Beliung Terjang Desa di Demak, Begini Kondisinya
Di Desa Karangsono, Demak, warga yang sedang membongkar batu bata yang selesai dibakar dipaksa lari tunggang langgang menerobos hujan badai guna menyelamatkan diri dari terjangan angin puting beliung. Karena kejadian itu, ratusan rumah rusak dan 668 orang harus mengungsi.
Bencana demi bencana tak henti melanda Tanah Air, khususnya di Provinsi Jawa Tengah. Setelah banjir melanda daerah-daerah pesisir pantura, kini bencana lainnya muncul di wilayah Desa Karangsono, Kecamatan Mranggen, Demak.
Pada Selasa sore (23/2), warga yang sedang membongkar batu bata yang selesai dibakar dipaksa lari tunggang langgang menerobos hujan badai dan lari ke rumah tetangga untuk menyelamatkan diri dari terjangan angin puting beliung.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Saat kejadian saya sedang di teras. Saya gendong cucu, saya lari lihat angin besar seperti mengamuk. Saya tidak lihat rumah. Yang saya tahu saya harus menyelamatkan diri,” kata Suparti (55), salah satu warga mengutip dari Liputan6.com pada Kamis (25/2).
Lalu bagaimana kondisi desa yang diterjang angin puting beliung itu? Berikut selengkapnya:
Rumah Mengalami Kerusakan
©2021 Liputan6.com
Saat lari ke rumah anaknya, Suparti mengaku sempat terjatuh ke lantai. Namun dia mengaku bersyukur karena dia dan cucu bisa selamat melarikan diri dari rumahnya yang hancur berantakan.
“Saat Selasa sore sekitar jam 15.00, angin seperti ngamuk memutar dan tidak hanya sekali. Tapi datang terus pergi terus datang lagi,” kata Suparti sambil terisak.
Pohon dan Kayu Beterbangan
©YouTube/Angin Puting Beliung Wonogiri
Ketakutan yang sama juga dialami Sumardi. Kakek berusia 65 tahun itu mengatakan, saat melihat angin puting beliung mendekat ke rumahnya, dia lebih memilih lari dan masuk ke dalam rumah.
Dia mengaku memilih masuk ke dalam rumah karena rumahnya terbuat dari batu sehingga lebih kuat jika menahan angin kencang dibanding rumah milik tetangganya. Namun untuk menghindari angin masuk dia harus menutup pintu rapat-rapat dan menahannya dengan badan.
“Saat itu saya di teras. Lihat angin menerbangkan batang pohon, asbes genteng dan kayu mendekat. Saya lari ke dalam rumah. Saya menutup pintu dan menahannya dengan badan saya. Suaranya keras karena kencangnya angin, pecahan genteng pun ada yang sampai menancap di dinding rumah saya,” kata Sumardi mengutip dari Liputan6.com.
186 Rumah Rusak
Kepala Desa Karangsono, Mustakim, mengatakan bahwa angin puting beliung itu menyebabkan 186 rumah di desanya rusak. Bencana itu juga menyebabkan 668 orang harus mengungsi. 40 orang di antaranya mengungsi ke balai desa dan sekolah TK.
Untungnya, tidak ada warga yang mengalami luka serius dari bencana yang berlangsung 10 menit itu. Namun ada seorang warga desa sebelah yang terluka karena saat bencana terjadi, dia sedang melintas di jalan.
“Ada warga desa sebelah yang mengalami luka robek di bagian kepala karena terkena galvalum yang diterbangkan angin. Saat ini dia sedang dirawat,” kata Mustakim mengutip dari Liputan6.com.