Cerita Detik-Detik Eksekusi Mati DN Aidit, Jenazahnya Diduga Dibuang di Tempat Ini
Sebagai Pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit jelas tak luput dari pembantaian pengikut PKI pasca peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Setelah sempat menghilang pada malam hari peristiwa G30S, Aidit berhasil ditangkap oleh satuan militer di Solo dan kemudian dibawa ke suatu tempat.
Sebagai Pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit jelas tak luput dari pembantaian pengikut PKI pasca peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Setelah sempat menghilang pada malam hari peristiwa G30S, Aidit ditemukan di Solo.
Alwi Shahab dalam harian Republika menulis, pada saat penangkapan, Aidit bersembunyi di dalam sebuah lemari. Pada saat itu, ia ditemukan oleh Kolonel Yasir Hadibroto, Komandan Brigade IV Infanteri, dan para anak buahnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,â ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (1/10), pada saat penangkapan, Aidit berkali-laki meminta pada Kolonel Yasir untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Namun, ia tidak mau menuruti begitu saja permintaan Aidit.
“Jika diserahkan kepada Bung Karno pasti akan memutarbalikkan fakta sehingga persoalannya akan jadi lain,” ungkap Yasir seperti dikutip dalam buku Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia karya Abdul Gafur. Lalu bagaimana nasib Aidit selanjutnya?
Eksekusi Mati Aidit
Pada pagi buta, Yasir pergi dengan membawa Aidit meninggalkan Solo. Memasuki Boyolali, Yasir membelokkan mobilnya menuju ke Markas Batalyon 444.
Di sana, ia menanyakan pada Mayor Trisno, komandan batalyon, apakah ada sumur di tempat itu. Sang komandan menunjuk sebuah sumur tua di belakang markas. Yasir kemudian membawa Aidit ke sana.
wordpress.com
Di depan sumur, Yasir mempersilahkan tahanannya untuk mengucapkan pesan terakhir. Namun, waktu itu justru Aidit mengumandangkan pidato dengan berapi-api.
Mendengar pidato itu, Kolonel Yasir dan para anak buahnya naik pitam. Dia langsung menembak Aidit dengan peluru hingga dadanya berlubang. Jenazahnya langsung tersungkur dan masuk ke dalam sumur.
Hilang Tanpa Jejak
Setelah bertahun-tahun berlalu, tak ada satupun penanda bekas sumur di pekarangan gedung tua bekas markas Batalyon 444 di Boyolali. Tanahnya sudah ditumbuhi berbagai tanaman seperti labu siam, ubi jalar, pohon mangga, serta jambu biji.
Namun, banyak orang meyakini bahwa di sana dulu ada sumur tua yang menjadi tempat pembuangan jenazah Aidit. Salah satunya yang meyakininya adalah, Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) Boyolali, Tamam Saemuri (71).
©life
Pada tahun 1965, Tamam muda adalah seorang aktivis Gerakan Pemuda Ansor. Dia sempat bertemu dengan Kolonel Yasir dalam sebuah rapat organisasi di pendopo kantor kabupaten. Dalam rapat itu Yasir mengumumkan kalau dia telah menembak mati Aidit beberapa hari sebelumnya.
Selain itu, Yasir juga menunjukkan arloji Aidit yang ia bawa dan menceritakan pada saat membunuhnya, Aidit diberondong senapan AK sampai habis satu magasin.
Reaksi Putra Aidit
Setelah puluhan tahun, cerita itu sampai juga ke telinga Ilham Aidit, yang tak lain merupakan putra pemimpin PKI itu. Dia terus mencari tahu keberadaan makam ayahnya yang memang sulit ditemukan itu.
©panoramio.com
Pencarian Ilham baru berbuah ketika sebuah lembaga swadaya masyarakat di Boyolali menghubunginya dan menceritakan tentang lokasi makam ayahnya. LSM itu mengaku mendapatkan informasi itu dari sumber-sumber kredibel yang terlibat langsung dalam pembunuhan anggota PKI saat itu.
Perasaan Ilham
Akhirnya baru pada tahun 2003, Ilham berkesempatan untuk datang ke pusara ayahnya. Tempat itu kini telah menjadi gedung tua yang digunakan sebagai mes pegawai Komando Distrik Militer (Kodim) Boyolali. Saat berkunjung, Ilham tak kuasa menahan perasaannya.
“Naluri saya mengatakan memang di sinilah tempatnya,” katanya dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (1/10).