Diabadikan dalam Film, Begini Sejarah Lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro"
Raden Saleh (1811-1880) adalah salah satu pelukis legendaris yang pernah dimiliki Indonesia. Salah satu karyanya yang terkenal adalah lukisan dengan tema sejarah berjudul “Penangkapan Diponegoro”. Baru-baru ini, lukisan itu diabadikan dalam sebuah film berjudul “Mencuri Raden Saleh”
Raden Saleh (1811-1880) adalah salah satu pelukis legendaris yang pernah dimiliki Indonesia. Pria berdarah Arab-Jawa itu memiliki gaya lukisan perpaduan Romantisme dan menjadi pionir seni modern Indonesia.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah lukisan dengan tema sejarah berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro”. Baru-baru ini, lukisan itu diabadikan dalam sebuah film berjudul “Mencuri Raden Saleh” di mana dalam film itu sang tokoh utama ditugaskan untuk mencuri lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” itu.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu bagaimana sejarah lukisan legendaris itu yang sebenarnya? Berikut selengkapnya:
Telah Dilukis Orang Belanda
©2016 Merdeka.com
Sebelum Raden Saleh membuat lukisan tersebut, sebenarnya seorang pelukis Belanda bernama Nicolaas Pieneman telah membuat lukisan soal penangkapan Diponegoro dengan judul “Penyerahan Diri Diponegoro”. Diduga Raden Saleh pertama kali melihat lukisan itu saat ia sedang studi di Eropa.
Seakan tidak setuju dengan lukisan itu, Raden Saleh melukis ulang soal peristiwa sejarah itu dengan sudut pandang berbeda. Bila Pieneman melukisnya dari sisi kanan, Raden Saleh melukisnya dari sisi kiri.
Bila Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Raden Saleh melukis Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. Selain itu Raden Saleh menggambar tokoh Belanda dengan kepala yang sedikit dibesarkan agar terlihat lebih mengerikan.
Bentuk Nasionalisme
©wikipedia.org
Dilansir dari Wikipedia, perubahan-perubahan yang dilakukan Saleh pada lukisannya terhadap peristiwa sejarah itu merupakan bentuk rasa nasionalisme-nya akan tanah kelahirannya di Jawa. Kalau Pieneman menggambarkan pengikut Diponegoro seperti orang Arab, Saleh menambahkan pakaian batik serta blangkon pada beberapa figur tokoh yang ia lukis.
Selain itu Saleh juga tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro. Bahkan saat itu Diponegoro datang tidak dengan membawa keris. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Bulan Ramadan di mana Diponegoro dan pengikutnya datang dengan niat baik.
Hadiah untuk Indonesia
©wikipedia.org
Setelah selesai dilukis pada tahun 1857, Raden Saleh mempersembahkan lukisan itu pada Raja Williem III di Den Haag. Lukisan itu baru dikirim ke Indonesia pada tahun 1978.
Kepulangan lukisan itu merupakan wujud janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau.
Namun lukisan “Penangkapan Diponegoro” sebenarnya tidak termasuk pada ketiga kategori itu. Karena sejak awal Saleh memang memberikannya pada Raja Belanda. Sekarang, lukisan itu dipajang di Istana Negara, Jakarta.