Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang
Arifin merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.
Dia merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.
Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang
Di Kota Solo, ada sebuah jalan bernama Jalan Arifin. Jalan ini memiliki ruas yang cukup panjang, membentang dari Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan hingga ke utara mengarah ke Jalan Margoyudan.
-
Apa yang terjadi pada rombongan pesepeda di Jalan Jenderal Sudirman? Rombongan pesepeda ditabrak oleh pengendara motor trail merek Kawasaki KLX 150 dengan pelat nomor B 3700 PCY di jalur sepeda kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat pada Sabtu (22/7) kemarin.
-
Kapan puasa Arafah jatuh? Puasa Arafah dilaksanakan pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha.
-
Apa sebenarnya petilasan yang berada di tengah jalan di Kampung Karamat? Sebuah gundukan besar menyerupai bukit berada di tengah jalan Kampung Karamat, Desa Cigintung, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Seperti terlihat di kanal YouTube Cahya to Chanel, Kamis (21/9), gundukan dengan pohon yang tinggi menjulang itu merupakan situs peninggalan dari seorang prajurit wanita di zaman Kerajaan Tembong Agung pada abad ke-8 silam.
-
Kapan Jalan Tol Semarang-Batang diresmikan? Pada 20 Desember 2018, Jalan Tol Semarang-Batang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Jembatan Kalikuto bersama dengan ruas tol Pemalang-Batang dan Salatiga-Kartasura.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan puasa Arafah dijalankan? Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”
Jalan Arifin juga punya ruas yang unik. Semakin ke utara jalannya semakin menyempit. Ya, nama Arifin terdengar begitu umum di telinga orang Indonesia. Tak banyak yang tahu nama Arifin yang satu ini merupakan sosok yang rela berkorban jiwa raga demi kemerdekaan Indonesia. Siapa sosok Arifin di balik nama jalan di Kota Solo ini?
Cerita ini dimulai di Kota Solo pada 12 Oktober 1945. Saat itu Jepang baru saja kalah perang dari Amerika dan sekutunya. Kondisi Jepang yang sedang lemah ini dimanfaatkan beberapa organisasi pejuang Indonesia saat itu, Pimpinan Barisan Rakyat, Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Komite Nasional Indonesia, menemui Komandan Kempetai Surakarta, Kapten Sato untuk melakukan perundingan.
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia meminta pada Jepang untuk segera menyerahkan kekuasaannya. Dalam perundingan itu, Kempetai setuju untuk menyerah dengan syarat penyerahan dilakukan di Tampir, Boyolali. Saat itu Tampir menjadi lokasi pertahanan Jepang.
Di sisi lain, Pimpinan Barisan Rakyat dan Barisan Keamanan Rakyat ingin agar penyerahan senjata tetap dilakukan di Surakarta. Mereka memiliki sikap yang keras pada pendiriannya.
Sikap Kempeitai yang tetap ingin penyerahan dilakukan di Tampir membuat para pejuang Indonesia marah. Mereka menyerbu markas Kempeitai pada malam hari. Penyerbuan itu membuat pihak Jepang kalang kabut. Pertempuran yang berlangsung semalam itu membuat pihak Jepang menyerah pada pagi harinya. Dalam pertempuran sengit itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur dan beberapa lainnya luka-luka.
- Jebolan Solo dengan Empat Bintang di Pundak, Puncaki Karier Jadi Jenderal di Era Jokowi
- Segera Dibangun Jalan Tol, Begini Waktu Tempuh Jogja-Semarang Tahun 1800-an
- Respons Gibran soal Jokowi Pulang Kampung ke Solo Usai Pilpres 2024: Mau Ngapain Terserah Beliau
- Hujan Sejak Kemarin Sebabkan Aceh Selatan Banjir, Lalu Lintas Jalan Nasional Aceh-Sumut Terganggu
Pengorbanan Arifin yang gigih bertempur di depan markas Kempeitai membuahkan hasil. Kelompok pejuang tanah air berhasil melucuti senjata para tentara Jepang.
Tak hanya itu, para tentara Jepang juga digiring masuk ke Penjara Surakarta. Tak lama berselang pasukan Jepang yang kalah dibawa ke Tampir, Boyolali untuk menghindari balas dendam rakyat Solo. Penyerahan pasukan Jepang pada 13 Oktober 1945 itu menandai berakhirnya kekuasaan Jepang di kawasan Solo.