Dikenal Sebagai Obat Tradisional, Ini Sejarah Peracikan Jamu di Tanah Jawa
Dalam kebudayaan masyarakat Jawa, penggunaan jamu sebagai ramuan tradisional telah dikenal sejak lama. Bahkan, adanya tradisi meracik jamu ini telah terungkap sejak abad ke-8 Masehi yang tergambar pada panel 19 relief Karmawibhangga di Candi Borobudur.
Di masa kini, jamu dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Memasuki masa pandemi ini, banyak masyarakat yang memanfaatkan jamu sebagai obat untuk memperkuat daya tahan tubuh agar tidak terserang virus.
Dalam kebudayaan masyarakat Jawa, penggunaan jamu sebagai ramuan tradisional telah dikenal sejak lama. Bahkan, adanya tradisi meracik jamu ini telah terungkap sejak abad ke-8 Masehi yang tergambar pada panel 19 relief Karmawibhangga di Candi Borobudur.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Penggunaan jamu sebagai obat tradisional juga terungkap pada Serat Centhini, sebuah kitab sastra Jawa yang ditulis pada tahun 1814 Masehi. Selain itu, ada pula bukti dari adanya profesi peracik jamu yang ditemukan di era Kerajaan Majapahit, tepatnya pada abad ke-14 Masehi.
Berikut ini adalah sejarah peracikan jamu di tanah Jawa:
Berkembang Sejak Zaman Hindu-Buddha
©YouTube/LIPI
Dilansir dari ullensentalu.com, tradisi meracik dan mengonsumsi jamu sebagai obat telah jauh berkembang di masa kerajaan Hindu-Buddha. Dalam artefak Karmawibhangga di Candi Borobudur, digambarkan ada adegan seorang laki-laki sakit yang diberi pertolongan pengobatan oleh beberapa orang. Pengobatan itu dilakukan dengan memijat kepala, menggosok perut dan dada, serta ada seseorang yang membawa semangkuk obat.
Sementara itu di relief lainnya, digambarkan ada seorang wanita yang tidur diduga karena sakit, lalu di bagian kanannya ada ramuan obat untuknya. Adegan pengobatan bagi orang-orang sakit ini tergambar pula pada relief-relief yang ada di candi lain seperti Prambanan, Penataran, Tegawangi, dan Sukuh.
Resep Jamu di Kitab Jawa Kuno
©2020 Tantri Setyorini
Sementara itu dalam Kitab Serat Centhini, terdapat beberapa ramuan jamu untuk pengobatan seperti pengobatan batuk, panas dingin, cacingan, cacar, pusing, dan masih banyak lagi. Menurut penelitian dari Kurniasih Sukenti, kitab Serat Centhini memuat sekitar total 104 jenis tumbuhan yang diramu menjadi 85 obat untuk mengobati sekitar 30 macam penyakit.
Selain Serat Centhini, beberapa naskah kesusasteraan kuno lain juga mengungkap resep pembuatan jamu lain seperti Serat Kawruh bab Jampi-Jampi Jawi yang ditulis pada tahun 1831 M, dan Serat Primbon Jampi Jawi yang ditulis pada akhir abad ke-18.
Di Serat kawruh Jampi-Jampi Jawi, tercatat ada 1.166 resep yang terdiri dari 922 resep ramuan berbahan alam serta 244 resep catatan rajah, jimat, dan mantra. Sementara itu kitab Serat Primbon Jampi Jawi memuat 42 bab yang berisi 290 nama penyakit beserta resep jamunya dari bahan alam.
Para Peracik Jamu
©2020 Merdeka.com/www.pixabay.com
Pada zamannya, khususnya pada abad ke-14, peracikan ramuan jamu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Dilansir dari ullensentalu.com, ada beberapa profesi khusus sejenis ahli medis yang tercatat lewat beberapa prasasti. Dalam Prasasti Balawi (1305 M), disebutkan ada profesi seperti tukang obat, dukun wanita, dan tabib. Profesi ini juga disebutkan dalam Prasasti Sidoteka (1323 M) dan Prasasti Bendosari (1360 M).
Di era pemerintahan Hayam Wuruk, praktik pengobatan diatur dalam undang-undang dengan sangat ketat. Bila ada orang yang berusaha menyembuhkan orang padahal dia tidak punya pengetahuan tentang obat-obatan, maka dia akan diperlakukan seperti layaknya pencuri. Bahkan raja saat itu berhak memberi hukuman mati bagi orang yang tak berhasil menyembuhkan seorang Brahmana, dan justru memberikan kematian.