Sebaiknya Berapa Jam Sekali Bayi Ganti Popok? Telat Ganti Bisa Picu Infeksi Saluran Kencing
Telatnya orangtua mengganti popok bayi bisa memicu terjadinya infeksi saluran kencing yang perlu ditanggapi.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada bayi merupakan masalah kesehatan yang sering kali disebabkan oleh keterlambatan dalam mengganti popok. Dokter spesialis anak, Ina Zarlina, dalam temu media bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa penundaan dalam mengganti popok bisa meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada bayi.
“Sekarang, popok itu banyak sekali jenisnya, mulai dari yang superdry (kering), super menyerap, tentu dengan keadaan yang superdry gitu memang orangtua malas mengganti karena terasa masih kering,” jelas Ina Zarlina.
-
Kapan popok sebaiknya diganti? Meskipun angka itu cukup mengesankan, membeli popok dalam jumlah besar secara bersamaan tidaklah disarankan. Bayi tumbuh dengan cepat, dan ukuran popok perlu disesuaikan setiap beberapa bulan.
-
Kapan sebaiknya ganti pembalut? Cara mengatasi iritasi kulit akibat pembalut yang pertama adalah dengan mengganti pembalut setiap 4 jam sekali.
-
Kapan sebaiknya mengganti pembalut? Penting untuk diingat bahwa jarang mengganti pembalut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Area labia dapat menjadi gatal dan iritasi akibat infeksi jamur dan bakteri.
-
Mengapa penting untuk segera mengobati infeksi saluran kemih pada anak? Penting untuk segera mengobati ISK pada anak karena jika dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan ginjal atau penyebaran infeksi ke bagian lain dari tubuh.
-
Bagaimana cara mengatasi infeksi saluran kemih pada anak? Cara mengatasi infeksi saluran kemih pada anak dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut: 1. Konsumsi cairan yang cukup: Pastikan anak Anda minum banyak air agar dapat membantu membersihkan bakteri dari saluran kemih dan mempercepat pemulihan. 2. Perhatikan kebersihan pribadi: Ajari anak Anda untuk membersihkan area genital dengan benar dan mengganti pakaian dalam secara teratur untuk mencegah bakteri masuk ke saluran kemih. 3. Segera konsultasi ke dokter: Jika anak Anda menunjukkan gejala infeksi saluran kemih, segera konsultasikan ke dokter untuk diagnosis yang tepat dan penanganan segera. 4. Konsumsi antibiotik: Jika dokter mendiagnosis infeksi saluran kemih, anak Anda mungkin akan diberikan antibiotik untuk membantu mengatasi infeksi. 5. Pantau kondisi anak secara berkala: Pastikan untuk memantau kondisi anak setelah diberikan pengobatan dan kembali ke dokter jika gejala tidak membaik atau muncul kembali.
-
Kapan anak biasanya menunjukkan gejala infeksi saluran kemih? Gejala ISK pada anak dapat bervariasi, termasuk nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil, demam, sering buang air kecil tapi dalam jumlah sedikit, perubahan warna atau bau urine, sakit perut, atau kelelahan serta kewalahan bisa juga bersifat asimtomatik.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin jarang orangtua mengganti popok, semakin tinggi risiko infeksi pada anak. Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa frekuensi penggantian popok yang rendah berkorelasi dengan meningkatnya risiko infeksi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk rajin mengganti popok bayi setiap empat jam sekali, meskipun popok terlihat masih kering.
“Disarankan kalau memang anak masih full pakai popok itu tiap empat jam sekali diganti walaupun sepertinya masih kering. Karena bisa saja ada kontaminasi pada anak-anak perempuan terutama karena saluran kemihnya pendek dibanding anak laki-laki,” tambah Ina.
Mengenal Infeksi Saluran Kemih
ISK adalah kondisi di mana bakteri berkembang biak di saluran kemih, menyebabkan invasi ke jaringan dan mengakibatkan inflamasi atau peradangan. Infeksi ini bisa dibedakan menjadi dua jenis: infeksi saluran kemih atas (pyelonefritis) dan infeksi saluran kemih bawah (sistitis). Pyelonefritis melibatkan parenkim ginjal dan menyebabkan gejala sistemik serta lokal, sementara sistitis terbatas pada saluran kemih bagian bawah, yaitu kandung kemih. Gejala sistitis meliputi sering buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, dan perasaan tidak tuntas setelah buang air kecil.
Meskipun ISK sering dijumpai pada bayi dan anak-anak, terutama usia di bawah tiga tahun, penyakit ini tidak mudah dikenali dan diagnosisnya bisa cukup sulit. “Memang kesulitannya itu, gejalanya mirip-mirip. Kadang-kadang bisa saja penyakit lain menyebabkan gejala yang mirip infeksi saluran kemih,” ujar Ina.
Pentingnya Pemeriksaan Urine yang Benar
Untuk memastikan diagnosis ISK, pemeriksaan urine yang benar sangat diperlukan. “Kalau pengambilan sampel urinenya salah, dokter bisa saja mengobati yang tidak tepat. Jadi, pemeriksaan diagnostiknya adalah pemeriksaan kultur urine. Dengan kultur urine yang benar kita bisa mendiagnosis infeksi saluran kemih jika ditemukan kuman tertentu,” jelas Ina.
Pemeriksaan kultur urine untuk mendiagnosis ISK hanya bisa dilakukan di laboratorium. “Apakah hanya lewat lab? Betul, hanya lewat laboratorium. Karena pemeriksaan ini adalah pemeriksaan mikroskopik yang perlu dilakukan di laboratorium,” kata Ina.
Pada anak yang lebih besar, pemeriksaan klinis mungkin dilakukan karena mereka sudah bisa berkomunikasi dan menyampaikan keluhan. “Anak besar sudah bisa verbal, sudah bisa komunikasi, misalnya nyeri berkemih, anyang-anyangan, pinggang sakit, bolak-balik ke WC. Nah itu bisa suspek dia mengalami ISK, walau untuk pastinya memang tetap harus pemeriksaan urine dan kultur urine,” tambah Ina.
Kemungkinan terjadinya ISK pada anak di bawah dua tahun adalah 3 sampai 5 persen. ISK terkadang menjadi petunjuk adanya suatu kelainan struktur atau fungsi dari sistem saluran kemih. Prevalensi ISK pada anak perempuan di bawah satu tahun adalah 7 persen, sementara pada anak laki-laki adalah 3 persen.