Perjuangan Dakwah Kiai di Cilacap Sulap Lokasi Prostitusi jadi Pondok Pesantren
Di daerah Puncak, Kabupaten Cilacap, terdapat kawasan prostitusi yang legendaris. Keberadaan lokasi prostitusi itu menjadi keprihatinan para ulama di Majenang. Salah satunya adalah KH Hizbullah Huda. karena itulah, pria yang akrab disapa Gus Huda itu berniat untuk berdakwah pada para PSK dan mucikari di tempat itu.
Bagi seorang kiai atau pemuka agama, perjuangan dakwah tidaklah mudah. Selain harus ditunjang dengan ilmu agama yang tinggi, perlu kekuatan dan kesabaran yang disertai dengan rasa ikhlas dalam meniti jalan dakwah itu. Selain itu, masing-masing kiai punya cara dakwah dan sasaran umatnya masing-masing.
Di daerah Puncak, sekitar tiga kilometer arah timur laut dari Kota Majenang, Kabupaten Cilacap, terdapat kawasan prostitusi yang legendaris. Di sana, hampir 85 persen rumah jadi tempat prostitusi. Keberadaan lokasi prostitusi itu menjadi keprihatinan para ulama di Majenang. Salah satunya adalah KH Hizbullah Huda.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Karena menjadi tempat maksiat, pria yang akrab disapa Gus Huda itu berniat untuk berdakwah di tempat itu. Jalan dakwahnya menjadi buah bibir masyarakat karena dilakukan di tempat yang seharusnya. Namun ia tetap kukuh pada jalan dakwah yang dipilih.
Lalu bagaimana perjuangan dakwah Gus Huda di kawasan prostitusi itu? Berikut selengkapnya:
Bukan Warga Asli Puncak
©2021 Liputan6.com
Meski melakukan perjuangan dakwah di kawasan Puncak, namun Gus Huda sesungguhnya bukan warga asli sana. Terlahir sebagai anak kiai, yaitu Kiai Imam Mahdy bin KH Maqsudy, Gus Huda kecil dikirim sang ayah untuk menuntut ilmu di pondok pesantren yaitu Ponpes Matlabul Anwar Salebu, Majenang, Ponpes An-Nur Cigulingharjo, Ponpes Cijantung, dan terakhir Ponpes At-Taujieh Al-Islamy, Leher.
Saat menuntut ilmu di Ponpes At-Taujieh, dia juga sekalian menempuh pendidikan tinggi di Universitas Wijayakusuma dan lulus sebagai sarjana hukum. Setelah mendapat banyak ilmu dan pengalaman, Gus Huda pulang kampung.
Ia meneruskan apa yang telah dilakukan ayahnya yaitu mengasuh pesantren dan mengembangkan dunia pendidikan. Saat itulah dia prihatin dengan kondisi kampung Puncak yang jadi tempat prostitusi. Diapun memutuskan untuk berdakwah di kalangan PSK.
Metode Dakwah ala Gus Huda
©2021 Liputan6.com
Selama berdakwah, Gus Huda mengedepankan amar ma’ruf serta komunikasi persuasif dengan melakukan pendekatan personal dan mengadakan kegiatan mujahadah yang diadakan secara rutin. Secara perlahan-lahan, kawasan Puncak yang sebelumnya menjadi tempat prostitusi kemudian berubah menjadi tempat ngaji.
Bahkan Gus Hud mendapat julukan sebagai “Kiai Puncak” yang menjadi simbol kiai-nya PSK dan mucikari. Mendapat julukan seperti itu, Gus Huda tidak mempersoalkannya.
“Kiprahnya yang gigih dan berani, menjadi bukti bahwa dakwahnya meneladani dan menginspirasi kami untuk meniti jalan kebaikan menuju ridho ilahi,” kata Kustiwa (55), warga Puncak yang telah hijrah dari seorang mucikari berkat dakwah Gus Huda.
Keberhasilan Dakwah Gus Huda
©2021 Liputan6.com
Secara perlahan-lahan, wajah kampung Puncak berubah sejak adanya dakwah yang dilakukan Gus Huda kepada para mucikari. Kini, di sana telah berdiri sebuah Madrasah Diniyah Awaliyah dan Wathoniyah, serta lembaga pendidikan formal Madrasah Ibtida’iyyah Al-Mahdi.
Kisah perjuangan dakwah Gus Huda ini terdengar oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, H. Imam Tobroni. Lewat akun sosmednya, dia memberi apresiasi perjuangan dakwah ulama Majenang itu.
“Saya mengenal Gus Huda sejak muda bersama. Tatkala saya tinggal 9 tahun di Majenang, saya sempat sowan ke abahnya, KH. Imam Mahdi untuk ngangsu kaweruh banyak hal, kini beliau telah mengubah wajah dunia kumuh, dunia hitam dengan pesona kebaikan dan pendidikan Islam. Selamat Gus. Terima kasih dan turut bangga. Dan sangat inspiratif bagi semuanya,” kata Imam dikutip dari Liputan6.com pada Minggu (31/1).