Fakta di Balik Mitos Lampor Opak, Diduga Terdengar saat Menjelang Gempa Jogja Tahun 2006
Penyebutan lampor itu mengacu pada sosok prajurit Kraton Laut Kidul dan prajurit Kraton Merapi yang biasa lalu-lalang melewati Sungai Opak.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Opak, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengenal sebuah mitos bernama Lampor Opak. Penyebutan lampor itu mengacu pada sosok prajurit Kraton Laut Kidul dan prajurit Kraton Merapi yang biasa lalu-lalang melewati Sungai Opak. Saat prajurit itu lewat, akan terdengar suara gemuruh dari Sungai Opak.
Terkadang suaranya seperti gemerincing gelang kaki prajurit, kadang seperti suara kereta kerajaan, kadang terdengar seperti suara derap kaki kuda. Suara-suara itu kadang terdengar sangat dekat, tapi tiba-tiba menjauh. Biasanya suara itu terdengar menjelang terbenam matahari atau saat suara azan magrib.
-
Kapan O ditangkap? Ia ditangkap saat tengah bekerja di pabrik tahu di Kampung Parit Timur, Desa Banjarsari Timur, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.
-
Kenapa Lontong Opor Pak Pangat terkenal? Banyak pecinta kuliner yang rela datang dari luar kota hanya untuk mencicipi kelezatan opor Pak Pangat.
-
Kapan Omar melamar Anggika? Omar Armandiego Soeharto dan Anggika Bolsterli membagikan momen yang sangat ditunggu-tunggu pada Minggu (03/12/2023) melalui akun Instagram pribadi mereka, @omararmandiego dan @anggikabolsterli.
-
Kapan Lom Plai dirayakan? Pesta adat ini dilaksanakan setiap tahun selama sepekan. Biasanya dilaksanakan di bulan Mei.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Apa yang Jokowi lakukan di Lampung? Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengunjungi Lampung. Salah satu tujuan kunjungan ini untuk mengecek jalan rusak di wilayah tersebut.
Hingga kini, masih banyak warga yang memercayai mitos ini.
Prajurit Kraton
Mengutip Buku Keistimewaan Yogyakarta Perspektif Mitologi, penulis sering mendengar suara-suara itu pada tahun 1970-an. Rumah penulis sekitar satu kilometer di sebelah timur Sungai Opak. Saat mendengar suara gemuruh itu, penulis langsung ditarik masuk ke dalam rumah oleh neneknya. Saat berada di dalam rumah, sang nenek berkata kalau ada lampor lewat.
Saat itu, ada mitos lain bahwa tidak boleh menyebut nama “lampor” saat masih berada di luar rumah. Sang nenek bercerita kalau prajurit Kraton itu suka mencari manusia untuk dijadikan prajurit tambahan. Biasanya mereka mengajak anak-anak nakal yang tidak patuh pada orang tuanya atau anak yang tidak rajin beribadah.
Terdengar Menjelang Gempa Yogyakarta 2006
Pada malam hari sebelum terjadinya gempa Yogyakarta 27 Mei 2006, seorang warga Grojogan, Tamanan, Banguntapan, Kabupaten Bantul, mengaku bertemu dengan lampor. Saat itu, pukul 23.30, ia pulang dengan mengendarai sepeda motor melintasi jembatan Sungai Opak di Jalan Imogiri Timur. Saat di atas jembatan, tiba-tiba mesin motornya macet.
Kemudian ia melihat kereta kencana memenuhi jembatan sehingga ia terpaksa menepi ke ujung jembatan. Kereta kencana itu terlihat mewah dan berjalan dari utara menuju selatan. Warga Tamanan itu tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah kereta kencana itu lewat, terdengar suara gemuruh di Sungai Opak yang mengalir di bawah jembatan. Hampir seperempat jam kemudian suara itu baru menghilang. Setelah itu ia mencoba menstarter motornya dan mesin motornya kembali hidup.
- Disebut Hanya Mitos Ciptaan Belanda, Ini Fakta di Balik Perang Bubat yang Memisahkan Jawa dengan Sunda
- Fakta-Fakta Kecelakaan Maut di KM 58 Tol Japek yang Tewaskan 12 Orang
- Tidak Boleh Mendaki saat Malam Hari, Ini Fakta & Mitos Gunung Sago di Sumbar
- Ada Cerita Pohon Bolong dan Sosok Naga Raksasa, Ini Mitos Gunung Kerinci di Provinsi Jambi
Pertanda Hajat Besar
Keesokan harinya setelah peristiwa itu, gempa bumi melanda Yogyakarta. Seminggu setelah gempa bumi, warga yang mengalami kejadian aneh itu baru bercerita pada orang-orang di sekitarnya. Beberapa orang yang mendengar cerita itu percaya bahwa kereta kencana itu datang dari Kraton Merapi, di mana mereka ingin menyerahkan hajat ke laut selatan.
Ia menduga, semula hajat itu akan dilaksanakan di Gunung Merapi. Saat kejadian itu, Gunung Merapi berstatus siaga dan siap untuk erupsi. Namun hajat itu kemudian diserahkan ke Keraton Laut Kidul di mana pusat gempa bumi itu terjadi.