Fakta Menarik Prasasti Rukam, Berisi tentang Peristiwa Meletusnya Gunung Api di Era Mataram Kuno
Prasasti ini sering dikaitkan dengan penemuan situs kampung kuno di Liyangan
Prasasti ini sering dikaitkan dengan penemuan situs kampung kuno di Liyangan
Dikutip dari Budaya-Indonesia.org, prasasti ini terdiri atas dua lempeng tembaga yang berbentuk persegi panjang. Lempeng pertama berisi 28 baris dan lempeng kedua berisi 23 baris. Aksara dan Bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuno.
Menurut Arkeolog dari BRIN Indonesia, Sugeng Riyanto, prasasti ini ditemukan bersama temuan-temuan arkeologis lain berupa alat-alat upacara dari perunggu, bokor, cepuk, gentong, gantungan lampu, mangkok-mangkok yang terbuat dari perunggu maupun keramik asing, dan beberapa benda kecil.
Saat ditemukan, prasasti tersebut masih dalam keadaan baik. Aksaranya juga masih terlihat jelas. Hanya saja pada lempeng pertama, tembaganya agak rusak sehingga dua huruf tidak terbaca.
Foto: Budaya-Indonesia.org
Dilansir dari Budaya-Indonesia.org, Prasasti Rukam berisi tentang penganugerahan sebuah desa yang dibebaskan pajaknya atas Wanua I Rukam oleh Sri Maharaja Rake Wakutura Dyah Balitung Sri Dharmmodya Mahasambhu.
Alasan pemberian sima merujuk pada kata-kata “ilang dening Guntur” yang berarti sebuah desa yang hilang atau hancur karena terkena letusan gunung.
Ada yang berpendapat bahwa desa yang hilang akibat meletusnya gunung berapi itu adalah Desa Rukam.
Bukti itu diperkuat dengan penemuan candi dan bekas perkampungan kuno di lereng Gunung Sindoro, Dusun Liyangan, Kelurahan Purbasari, Ngadireja, tahun 2008.
Pendapat lain mengatakan bahwa desa yang disebutkan dalam prasasti tersebut bukanlah Desa Rukam, melainkan sebuah desa yang belum diketahui namanya.
Pendapat yang kedua lebih bisa diterima karena membangun kembali pusat kerajaan di lokasi yang pernah diterjang bencana bisa dikatakan sebagai ketidakniscayaan.
Pada tahun 2008, sejumlah penambang pasir menemukan pemukiman Mataram Kuno yang terkubur material gunung api dengan kedalaman hingga 8 meter. Para peneliti menduga Liyangan adalah desa yang hilang akibat letusan gunung berapi seperti yang tertulis pada Prasasti Rukam.
Bukti itu diperkuat dengan hasil penanggalan karbon dari bambu yang menjadi arang di Liyangan yang menunjukkan angka 971 Masehi dengan standar penyimpangan 112 tahun. Sementara Prasasti Rukam yang berasal dari tahun 907 Masehi masih berada di antara angka 971 +/- 112.
Walau begitu, arkeolog Sugeng Riyanto mengaku masih perlu kajian mendetail tentang Prasasti Rukam untuk memastikan kaitannya dengan Situs Liyangan.
Letusan pertama gunung api ini terjadi pada tahun 1640
Baca SelengkapnyaSalah satu gunung api aktif yang berada di Selupu Rejang ini memiliki keindahan yang luar biasa, namun dibalik itu semua terdapat sebuah misteri.
Baca SelengkapnyaTak jarang di Gunungkidul terdapat bukit yang tersusun dari batu karang seperti yang berada di lautan.
Baca SelengkapnyaKota kuno ini dikenal sebagai Kota Batu Houchengzui, ditemukan pada 2005 silam dan menyimpan banyak rahasia yang berusaha diungkap para arkeolog.
Baca SelengkapnyaDi bagian barat Pulau Sumatra, tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, terdapat danau yang tak kalah indahnya untuk dikunjungi, yaitu Danau Maninjau
Baca SelengkapnyaKonon warga di sini merupakan keturunan Kerajan Galuh
Baca SelengkapnyaGunung yang berada di Kabupaten Tanah Datar ini dulunya jadi salah satu gunung aktif dan memiliki kaldera yang begitu besar.
Baca SelengkapnyaMenurut para arkeolog, pria ini bukan orang sembarangan, tapi memiliki status sosial tinggi.
Baca SelengkapnyaGunung Talamau menjadi salah gunung tertinggi di Sumatra Barat yang termasuk dalam kategori tipe gunung api tidak aktif.
Baca Selengkapnya