Fakta Unik Tuk Sikopyah, Mata Air Keramat di Lereng Gunung Slamet
Tuk Sikopyah merupakan mata air keramat di lereng Gunung Slamet. Keberadaannya begitu penting karena menjadi sumber kehidupan warga.
Di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga ada sebuah mata air yang dikeramatkan warga sekitar. Namanya Mata Air Sikopyah. Mata air ini menjadi keramat karena dihubungkan dengan sosok Kiai Mustafa, tokoh ulama yang dianggap berperan menyebarkan ajaran Islam di lereng Gunung Slamet.
Tokoh masyarakat Desa Serang, Kiai Syamsuri, mengatakan bahwa dahulu Kiai Mustafa sempat bertapa di dekat sumber mata air itu.
-
Siapakah Nong Poy? Nong Poy, salah satu perempuan transgender tercantik di dunia, berasal dari Thailand. Treechada Petcharat, nama asli Nong Poy, menarik perhatian setelah menjalin hubungan dengan seorang anak konglomerat.
-
Siapa Teuku Nyak Makam? Teuku Nyak Makam merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang meninggal dalam kondisi yang tragis pada masa penjajahan Belanda.
-
Siapa Teuku Chik Mohammad Thayeb? Teuku Chik Mohammad Thayeb adalah salah satu tokoh Uleebalang dari Peureulak atau Perlak menggantikan sang ayah pada tahun 1915. Ia dikenal sebagai salah satu pemimpin yang kritis, dan salah satu pahlawan di zaman revolusi.
-
Siapa Teuku Iskandar? Iskandar adalah seorang guru besar, kritikus sastra, dan juga leksikografer yang menempuh pendidikan di Universitas Leiden.
-
Apa itu Tahu Siksa? Mengutip kanal YouTube Sektor Jajan, tahu siksa merupakan kuliner khas Betawi yang sudah ada sejak tahun 1970-an.
-
Siapa Teuku Nyak Arif? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara. Hingga pada titik dikumandangkannya kemerdekaan, tubuh pemerintahan tiap daerah di Indonesia masih dalam keadaan pincang.Salah satu putra Aceh yang jasanya patut dikenang dan diingat oleh masyarakat sampai saat ini adalah Teuku Nyak Arif.
Lalu apa saja fakta menarik dari sumber mata air tersebut? Berikut selengkapnya:
Asal Mula Nama “Sikopyah”
Kiai Samsuri bercerita, suatu hari saat bertapa di mata air itu, Kiai Mustafa hendak salat. Ia kemudian mengambil air wudu dengan sumber air yang mengalir dari mata air itu. Saat itu ia melepas kopiah yang ia gunakan agar bisa mengusap kepala. Selesai wudu, Kiai Mustafa lupa mengambil kopiah yang ia taruh saat berwudu.
Sesaat kemudian, ia kembali ke sumber mata air untuk mengambil kopiah yang tertinggal. Namun kopiah itu sudah tidak ada.
“Karena itulah mata air ini dinamakan Sikopyah. Karena ada cerita kopiah Kiai Mustafa yang hilang di situ,” kata Kiai Samsuri dikutip dari Indonesia.go.id.
Ritual Pengambilan Air
Setiap tahunnya, warga sekitar menggelar sebuah tradisi pengambilan air dari Tuk Sikopyah. Prosesi pengambilan air itu dimulai dengan pembacaan doa dan pelepasan peserta dari Dusun Kaliurip, Desa Serang. Selanjutnya, rombongan peserta yang terdiri dari 70 orang pria dan 70 orang wanita membawa lodong menuju Tuk Sikopyah yang berjarak sekitar 1 kilometer. Sesampainya di Tuk Sikopyah, sesepuh masyarakat memimpin doa sebelum air dimasukkan ke dalam lodong.
- Fakta Olahraga Renang yang Jarang Diketahui, Air Kolam Dijaga dengan Suhu Tertentu
- Menguak Fakta "Tuk Budoyo", Mata Air Keramat di Lereng Gunung Sumbing
- Fakta Unik Gunung Kaba di Bengkulu, Meletus Tahun 1600 hingga Misteri Makhluk Tak Kasat Mata
- Fakta Unik Bentang Alam Kabupaten Gunungkidul, Dulunya Hamparan Lautan yang Kini Jadi Deretan Pegunungan
Mereka kemudian mengarak lodong yang berisi air itu menuju obyek wisata D’Las Serang. Mereka juga mengarak gunungan berupa hasil bumi warga desa setempat. Sesampainya di D’Las, mereka disambut ribuan pengunjung yang siap merebutkan hasil bumi serta air yang diambil dari mata air Tuk Sikopyah.
Sumber Kehidupan Warga
Kepala Desa Serang, Sugito, mengatakan bahwa Tuk Sikopyah merupakan mata air terbesar di lereng timur Gunung Slamet. Keberadaannya menjadi penting karena merupakan sumber kehidupan warga sekitar. Pemerintah desa bersama masyarakat pun berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan di lereng Gunung Slamet dengan mereboisasi serta menerapkan aturan ketat terhadap perusakan tanaman di sekitar mata air.
“Apabila ada warga masyarakat yang merusak pohon ataupun tanaman di sekitar mata air, maka kita akan memberi sanksi berupa denda uang sampai Rp5 juta. Ini sudah menjadi kesepakatan dan komitmen warga masyarakat Desa Serang,” kata Sugito dikutip dari Indonesia.go.id.