Faktor Genetik Penyebab Depresi, Ketahui Cara Mengatasinya
Gangguan depresi bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Dikatakan, bahwa faktor lingkungan memberikan pengaruh cukup besar sebagai penyebab depresi. Di samping itu, faktor genetik juga turut memberikan kontribusi dalam hal ini.
Seperti diketahui, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan tubuh. Bukan tanpa sebab, baik kesehatan mental maupun kesehatan fisik saling memengaruhi satu dengan yang lain. Sehingga ketika kondisi mental sedang bermasalah bisa menyebabkan gangguan kesehatan fisik, begitu juga sebaliknya.
Dengan begitu, bukan hanya kesehatan fisik saja yang perlu mendapatkan fokus, melainkan kondisi mental harus dikelola dengan baik. Dalam hal ini, segala gangguan mental yang bisa terjadi perlu diwaspadai. Salah satunya adalah gangguan depresi.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Mengapa Waduk Jatigede sering surut? Adapun saat ini kondisi Waduk Jatigede memang tengah surut. Kondisi ini sudah terjadi hampir tiap tahun saat musim kemarau panjang.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Kenapa Senandung Jolo penting? Tradisi tutur sastra ini juga menjadi media pengetahuan budaya bagi masyarakat lokal hingga luar daerah.
Depresi adalah salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Orang yang memiliki gangguan depresi biasanya mengalami suasana hati yang buruk, seperti menyebabkan perasaan sedih hingga kehilangan minat secara berkepanjangan. Dalam istilah medis, gangguan depresi disebut juga dengan gangguan depresi mayor atau depresi klinis.
Gangguan depresi bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Dikatakan, bahwa faktor lingkungan memberikan pengaruh cukup besar sebagai penyebab depresi. Di samping itu, faktor genetik juga turut memberikan kontribusi dalam hal ini.
Orang yang mempunyai garis keturunan penderita depresi, memiliki risiko yang lebih besar terhadap gangguan mental ini. Dalam hal ini, cara penanganan dan perawatan yang tepat harus dilakukan untuk membantu mengelola gejala dan mencegah risiko yang semakin parah.
Melansir dari Healthline, berikut kami merangkum penjelasan faktor genetik penyebab depresi serta berbagai alasannya, perlu Anda ketahui.
Faktor Genetik Penyebab Depresi
©2015 Merdeka.com/shutterstock
Faktor genetik penyebab depresi memberikan pengaruh yang cukup besar pada orang yang mempunyai garis keturunan gangguan mental ini. Bagi orang yang mempunyai anggota keluarga, baik orang tua, saudara kandung, atau paman, dan yang lainnya, dikatakan memiliki risiko yang lebih rentan terkena gangguan depresi.
Menyaksikan anggota keluarga yang mengalami depresi juga semakin mempersulit keadaan. Berdasarkan penelitian, sebesar 10 persen orang yang mengalami depresi klinis cenderung memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental yang sama. Selain itu, orang yang memiliki kerabat dengan depresi lebih dari lima kali, mungkin mengembangkan risiko yang lebih besar.
Penelitian lain juga menemukan bahwa anggota keluarga yang mengalami gangguan depresi dengan kromosom 3p25-26, mempunyai risiko depresi berulang. Dalam hal ini, ilmuwan mengatakan bahwa faktor genetik penyebab depresi mempunyai persentase sebanyak 40 persen, sedangkan 60 persen mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Faktor Pengaruh Lain
Selain faktor genetik penyebab depresi, terdapat faktor lain yang memberikan pengaruh. Dikatakan, orang yang tumbuh dengan keluarga atau berada di lingkungan dengan penderita depresi, mungkin mempunyai kondisi yang lebih rentan.
Seorang anak yang melihat orang tua atau saudaranya yang depresi dapat belajar untuk meniru perilaku orang itu dalam kondisi tertentu. Misalnya, seorang anak yang melihat orang tuanya menghabiskan waktu berhari-hari di tempat tidur mungkin tidak menganggapnya suatu hal yang aneh.
Di samping itu, jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor pengaruh. Berdasarkan studi, wanita memiliki peluang sebesar 42 persen terhadap depresi turun temurun, sedangkan pria hanya memiliki persentase sebesar 29 persen.
Bukan hanya jenis kelamin, tingkat serotonin juga dikaitkan dengan risiko depresi. Serotonin adalah bahan kimia otak yang membuat Anda merasa baik. Dalam hal ini, ketidakseimbangan serotonin dalam otak dapat menyebabkan gangguan mood dan masalah lain, seperti gangguan obsesif-kompulsif dan serangan panik. Ada banyak teori tentang hubungan serotonin-depresi. Para peneliti pun terus mempelajari serotonin sebagai kunci faktor genetik penyebab depresi.
Cara Mengatasi Depresi
©©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Daniel Schweinert
Setelah mengetahui penjelasan faktor genetik penyebab depresi dan pengaruh lainnya, terakhir perlu dipahami bahwa gangguan depresi perlu ditangani dan dirawat dengan baik. Dengan perawatan yang baik dapat membantu mengelola gejala dan mencegah kondisi yang semakin parah.
Jika Anda bertanya-tanya, apakah kondisi depresi yang sedang dialami dapat disembuhkan. Tidak ada jawaban yang jelas untuk pertanyaan ini. Perlu diketahui bahwa depresi adalah gangguan mental yang cukup kompleks baik gejala maupun pola kondisinya. Beberapa orang mungkin mengalami depresi klinis dan sembuh dengan perawatan obat selama 12 bulan. Namun sebagian orang lain, mungkin lebih dari ini.
Bagi orang yang harus hidup berdampingan dengan gangguan depresi, perlu memahami bahwa kondisi gejala dapat memuncak dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan dengan terapi perilaku kognitif jangka panjang yang dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Bentuk terapi lain, seperti terapi psikodinamik dan terapi penerimaan dan komitmen, juga dapat digunakan untuk membantu mengobati depresi. Meskipun tidak pasti dapat disembuhkan atau tidak, namun depresi dapat diobati.
Kuncinya adalah menyadari gejala dan memberi tahu dokter, jika menurut Anda perawatan yang sedang dijalani tidak begitu berhasil. Dengan begitu, dokter bisa memberikan perawatan lain sesuai kondisi untuk mempermudah penanganan. Selain itu, penting juga untuk mewaspadai gejala apa pun yang kembali muncul setelah Anda mengalami segala perawatan.