Gejala Sifilis Beserta Penyebab dan Faktor Risikonya, Waspadai Sejak Dini
Dengan memahami gejala sifilis pada setiap tahapnya, dapat memudahkan Anda untuk mendeteksi lebih dini ketika mengalami beberapa tanda yang merujuk pada penyakit sifilis. Selanjutnya, bisa segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat sesuai kondisi.
Gejala sifilis perlu diwaspadai, sifilis merupakan salah satu penyakit kelamin. Gangguan penyakit ini biasanya ditularkan melalui kontak seksual. Dari kontak kulit atau selaput lendir, sifilis akan mulai menyebar dan berkembang pada orang yang ditularkan. Orang yang tertular penyakit sifilis biasanya mengembangkan gejala secara bertahap.
Gejala sifilis ini pun dibagi menjadi beberapa bagian, mulai dari sifilis primer, sekunder, laten, hingga tersier. Pada tahap tersier, sebagian penderita yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat dapat mengembangkan berbagai komplikasi.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana kekeringan di Jateng? Namun Pak Suharyanto mengingatkan masyarakat bahwa meski tidak ada dampak El Niño, namun bencana kekeringan di Jawa Tengah masih mungkin terjadi, sehingga tetap perlu waspada.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Bagaimana warga Jateng merayakan kemenangan Timnas Indonesia? Setelah pertandingan selesai, mereka larut dalam euforia. Beberapa warga menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangan bersejarah itu.
Penyakit sifilis yang berkembang semakin parah, dapat menyebabkan berbagai gangguan lainnya. Mulai dari gangguan saraf, otak, mata, persendian, pembuluh darah, hingga jantung. Dengan begitu enting untuk mengetahui berbagai gejala sifilis yang sering muncul.
Dengan memahami tahap gejala sifilis dapat memudahkan Anda untuk mendeteksi lebih dini ketika mengalami beberapa tanda yang merujuk pada penyakit sifilis. Selanjutnya, bisa segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat sesuai kondisi.
Selain gejala sifilis, Anda juga perlu mengetahui penyebab, faktor risiko, dan cara pencegahan yang tepat untuk menurunkan risiko penyakit sifilis. Dilansir dari Mayoclinic, berikut kami merangkum beberapa gejala sifilis beserta penyebab hingga cara pencegahannya, perlu Anda ketahui.
Gejala Sifilis
©2020 Merdeka.com/pixabay
Sifilis adalah infeksi bakteri yang biasanya menyebar melalui kontak seksual. Penyakit ini dimulai dari luka yang tidak nyeri, biasanya pada alat kelamin, rektum atau mulut. Penyakit ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui kontak kulit atau selaput lendir dengan luka.
Setelah infeksi awal, bakteri sifilis dapat dalam kondisi tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade, sebelum akhirnya aktif kembali. Dalam hal ini, gejala sifilis dapat berkembang secara bertahap. Mulai dari tahap primer, sekunder, laten, dan tersier. Berikut penjelasan lengkapnya.
Sifilis primer
Gejala sifilis primer, ditandai dengan luka kecil yang disebut dengan chancre. Sebagian orang bisa terinfeksi hanya dengan satu luka saja, namun beberapa orang bisa mengembangkan lebih dari satu luka. Chancre biasanya berkembang sekitar tiga minggu setelah terpapar.
Banyak orang yang menderita sifilis tidak memperhatikan chancre karena biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, dan mungkin tersembunyi di dalam vagina atau rektum. Chancre ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu tiga sampai enam minggu.
Sifilis sekunder
Dalam beberapa minggu setelah penyembuhan chancre asli, orang yang tertular sifilis mungkin mengalami mengalami ruam yang dimulai pada batang tubuh hingga akhirnya menutupi seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
Ruam ini biasanya tidak gatal dan bisa disertai dengan luka seperti kutil di mulut atau area genital. Beberapa orang juga mengalami kerontokan rambut, nyeri otot, demam, sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar getah bening. Tanda dan gejala ini dapat hilang dalam beberapa minggu atau berulang kali datang dan pergi selama setahun.
Sifilis laten
Gejala sifilis selanjutnya adalah sifilis laten. Pada kondisi sifilis yang tidak mendapatkan perawatan, penyakit ini berpindah dari tahap sekunder ke tahap tersembunyi (laten), di mana penderita tidak mengalami berbagai gejala.
Tahap laten dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Gejala sifilis mungkin tidak pernah kembali, namun terdapat kemungkinan gejala berkembang ke tahap lebih lanjut yaitu tersier.
Sifilis tersier
Gejala sifilis terakhir adalah gejala tersier. Jika Anda tidak mendapatkan perawatan yang baik setelah terinfeksi sifilis, 15% hingga 30% kemungkinan akan mengembangkan kondisi yang lebih parah disertai dengan komplikasi.
Pada stadium lanjut, penyakit ini dapat merusak otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian. Masalah-masalah ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah terinfeksi dan tidak segera diobati.
Penyebab Sifilis dan Faktor Risikonya
Penyebab Sifilis
Setelah mengetahui gejala sifilis berdasarkan tahapannya, Anda juga perlu memahami berbagai penyebab sifilis dan faktor risikonya. Secara umum, penyebab penyakit sifilis adalah bakteri yang disebut Treponema pallidum.
Bakteri ini menyebar melalui kontak dengan luka orang yang terinfeksi selama aktivitas seksual. Bakteri kemudian masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil atau lecet pada kulit atau selaput lendir. Sifilis menular selama tahap primer dan sekunder, dan kadang-kadang pada awal periode laten.
Penyebaran sifilis melalui kontak langsung dengan lesi aktif, seperti berciuman jarang terjadi. Namun ibu hamil yang mempunyai penyakit sifilis dapat menularkan bayinya selama kehamilan atau persalinan.
Sementara itu, sifilis tidak dapat menyebar dengan menggunakan toilet, bak mandi, pakaian atau peralatan makan yang sama, atau dari gagang pintu, kolam renang, atau bak air panas. Setelah sembuh, sifilis tidak kembali dengan sendirinya. Namun, Anda dapat terinfeksi kembali jika Anda memiliki kontak dengan luka sifilis seseorang.
Faktor Risiko
Sebagian orang mungkin mempunyai risiko yang lebih besar untuk tertular penyakit sifilis. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan kebiasaan aktivitas seksual. Berikut beberapa faktor risiko sifilis yang perlu diwaspadai:
- Terlibat dalam hubungan seks tanpa kondom
- Berhubungan seks dengan banyak pasangan
- Pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis
- Terinfeksi virus HIV, atau virus penyebab AIDS
Cara Pencegahan Sifilis
www.idiva.com
Setelah mengetahui gejala sifilis, penyebab, dan faktor risikonya, terakhir terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah tertularnya penyakit sifilis. Perlu diketahui, bahwa tidak ada vaksin khusus untuk penyakit sifilis. Dengan begitu, cara pencegahan perlu dilakukan untuk menurunkan risiko penularan, berikut rekomendasinya:
- Abstain atau monogami. Satu-satunya cara pasti untuk menghindari sifilis adalah dengan menghindari (tidak) berhubungan seks. Pilihan terbaik berikutnya adalah melakukan hubungan seks monogami di mana kedua pasangan hanya berhubungan seks satu sama lain dan tidak ada pasangan yang terinfeksi.
- Gunakan kondom lateks. Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko tertular sifilis, tetapi hanya jika kondom menutupi luka sifilis.
- Hindari narkoba. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain dapat mendorong Anda pada praktik seksual yang tidak aman.
- Jika tes menunjukkan Anda terinfeksi sifilis, beri tahu pasangan Anda. Termasuk pasangan yang saat ini bersama Anda, atau pasangan yang sebelumnya Anda miliki selama tiga bulan hingga satu tahun terakhir. Dengan begitu, pasangan dapat melakukan tes untuk mendeteksi penularan sehingga bisa mendapatkan pengobatan lebih awal.