Hampir Berusia 1 Abad, Ini Sejarah Pasar Gede Solo
Pasar Gede merupakan pasar termegah di Kota Solo. Lokasinya berada di tengah kawasan Pecinan.
Pasar Gede merupakan pasar termegah di Kota Solo. Lokasinya berada di tengah kawasan Pecinan.
Hampir Berusia 1 Abad, Ini Sejarah Pasar Gede Solo
Pasar Gede merupakan salah satu pasar terbesar di Kota Solo. Tak hanya sebagai tempat jual beli, pasar ini juga menjadi tujuan wisata. Di dalam pasar terdapat beragam kuliner khas yang tak banyak dijumpai di tempat lain.
Pasar Gede dibangun pada era Susuhunan Pakubuwono X.
Pembangunannya dimulai pada tahun 1927 dan rampung pada tahun 1930. Kini di tahun 2024 pusat perekonomian di Kota Solo itu hampir berusia satu abad. Lantas seperti apa sejarah Pasar Gede?
-
Kapan Pasar Tradisional Selo buka? Walaupun setingkat kecamatan, namun pasar itu tidak memiliki bangunan megah. Di pasar itu banyak ditemui para pedagang yang menjual buah-buahan. Biasanya pasar itu buka pada setiap hari pasaran Wage dan Legi.Walaupun hanya buka dua kali dalam lima hari, namun saat buka suasana pasar tidaklah terlalu ramai.
-
Di mana Pasar Tradisional Selo berada? Pasar Selo merupakan pasar setingkat kecamatan. Lokasinya pun cukup strategis karena berada di antara jalan penghubung Magelang-Boyolali hingga ke Solo.
-
Kapan Pasar Weleri diresmikan? Sejatinya gedung itu telah diresmikan pada Desember 2023.
-
Apa yang terjadi di Pasar Setan? Konon, pasar ini terletak di salah satu sabana luas yang menjadi jalur pendakian, dimana beberapa pendaki telah mengalami pengalaman yang tak terlupakan. Beberapa di antaranya melaporkan mendengar suara berisik dan keramaian yang mirip dengan suasana pasar, meskipun di jalur tersebut seharusnya sepi dengan hanya sabana luas dan tanah lapang.
-
Mengapa Pasar Ploso sering sepi pengunjung? Walaupun sepi pengunjung, para pedagang pasar memilih bertahan tetap berjualan
-
Di mana letak Pasar Grosir Setono? Pasar Grosir Setono merupakan sentra jual beli batik di Kota Pekalongan.
Pembangunan Pasar Gede Solo menghabiskan biaya 300 ribu Gulden, jumlah yang tidak sedikit waktu itu. Pusat belanja masyarakat Solo dan sekitarnya itu dibangun di tanah seluas 10.421 hektare.
Gaya arsitektur Pasar Gede Solo adalah Belanda-Jawa. Arsiteknya sendiri adalah Sir Eyer Herman Thomas. Arsitektur asal Belanda itu turut terlibat dalam berbagai proyek bangunan ikonik di Solo.
Dikutip dari Goodnewsfromindonesia, gaya arsitektur Belanda terlihat pada bentuk bangunannya yang menyerupai benteng.
Hal ini terlihat dari pintu masuknya yang seperti pintu masuk istana yang luas, gagah, mewah, dan megah. Sedangkan arsitektur Jawa tampak pada bagian atapnya yang menyerupai atap-atap rumah joglo.
Selama berdiri, Pasar Gede telah beberapa kali mengalami peristiwa perusakan. Kerusakan pertama terjadi pada masa Agresi Militer II Belanda.
Lalu kerusakan kembali terjadi pada masa kerusuhan Mei 1998 di mana pasar itu menjadi sasaran amuk masa oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pada tahun 1999, Pasar Gede sempat beralih fungsi sebagai tempat hiburan, diskotik, dan biliar. Pada saat itu, terjadi kebakaran akibat korsleting sehingga pasar itu harus direnovasi.
Bentuknya yang saat ini hanya 80 persen dari bentuk awal berdiri. Demi menjaga keunikan pasar, bangunan itu ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
Pasar Gede berada di kawasan Pecinan Solo. Banyak orang keturunan Tionghoa yang berdagang di sana. Terdapat sebuah kelenteng persis pada seberang jalan di selatan pasar. Kelenteng itu bernama Vihara Avalokitesvara Tien Kok Sie.
- Pasar Tradisional di Kota Solo Ini Disebut Mirip Mal, Begini Penampakannya
- Melihat Jembatan Gantung Tua Tersembunyi Berusia 1 Abad Lebih di Kendal, Bekas Rel Kereta
- Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
- Berusia 332 Tahun, Begini Kisah Beduk di Masjid Jami Sabilul Huda Indramayu yang Suaranya Konon Terdengar Sampai Cirebon
Dikutip dari Wikipedia, Pasar Gede merupakan pasar termegah se-Kota Solo. Pasar ini memiliki dua bangunan yang terpisahkan jalan raya. Masing-masing dari kedua bangunan tersebut terdiri dari dua lantai.
Pintu gerbang pada bangunan utama terlihat seperti atap singgasana. Hal inilah kemudian bangunan itu diberi nama Pasar Gede dalam Bahasa Jawa.