Jadi Ikon Kuliner Khas Semarang, Ini Fakta Sejarah Makanan Wingko Babat
Pada awalnya kuliner ini tidak berasal dari Semarang, melainkan dari daerah Babat, Lamongan, Jawa Timur.
Wingko babat merupakan salah satu makanan yang sangat terkenal di Kota Semarang. Jalan-jalan ke Semarang tak lengkap rasanya kalau tidak membeli wingko babat.
Mengutip situs Rri.co.id, Wingko Babat merupakan makanan yang terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan parutan kelapa, santan kelapa, air, gula, garam, vanili, dan daun pandan.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Bagaimana bentuk Batu Wongwongan Lebak? Batu Wongwongan diketahui memiliki ciri unik, yakni berbentuk Yoni tanpa cerat, serta terdiri dari masing-masing muka di setiap sisi yang memiliki kepala arca dan berhias rambut anting-anting dengan kondisi yang telah usang.
-
Apa itu Batu Wongwongan Lebak? Di desa Lebak Situ, Kabupaten Lebak, terdapat sebuah artefak kuno bernama Batu Wongwongan. Oleh warga sekitar, situs ini dikenal dengan nama batu lingga karena diklaim menyerupai Lingga Yoni yang ada di Candi Prambanan.
-
Apa itu babat gongso? Resep babat gongso mrupakan salah satu hidangan makanan yang diolah berasal dari bahan dasar jeroan sapi.
-
Apa profesi dari Wibowo Wirjodiprodjo? Veteran Wibowo Wirjodiprodjo adalah seorang pejuang kemerdekaan RI, dihormati sebagai veteran dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
-
Apa itu Babako? Selain melestarikan tradisi, Babako ini juga menjadi bagian dari cerminan hidup gotong royong.
Walaupun kini menjadi ikon Kota Semarang, namun sebenarnya makanan ini tidak benar-benar asli Semarang, melainkan dari Lamongan, Jawa Timur.
Lalu bagaimana bisa makanan itu kemudian lebih terkenal di Semarang dan tidak terlalu terkenal di daerah asalnya? Berikut selengkapnya:
Sejarah Kemunculan Wingko Babat
Dikutip dari Rri.co.id, Wingko Babat aslinya dari Lamongan. Kuliner ini pertama kali dibuat oleh Loe Soe Siang pada tahun 1898. Loe Soe Siang punya dua orang anak yaitu Loe Lang Ing dan Loe Lan Hwa. Mereka membantu orang tuanya untuk menjajakan wingko di daerah Babat, Kabupaten Lamongan.
Kedua anak itu kemudian melanjutkan tradisi berjualan wingko dari ayahnya. Loe Lan Ing lebih memilih menetap di Lamongan untuk mengembangkan kuliner itu. sementara Loe Lang Hwa dan suaminya, D. Mulyono memutuskan pindah ke Semarang. Mereka pindah karena pada tahun 1944 daerah Babat dilanda huru-hara setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.
Pada tahun 1946, Loe Lan Hwa berjualan wingko untuk tambahan penghasilan. Ia membuat wingko dari resep yang diwariskan sang ayah. Loe Lan Hwa menjual wingko dari rumah ke rumah dan menitipkannya pada kios-kios di sekitar Stasiun Kereta Api Semarang Tawang.
- Mencicipi Bothok Mercon Kuliner Legendaris di Sragen, Kental Nuansa Jawa
- Cerita Nasi Bakar Sumsum yang Legendaris di Serang, Bermula dari Menu Makan Tukang Daging Tahun 1940
- Mencicipi Kuliner Legendaris Lontong Balap Cak Sul Lamongan, Menu Sarapan Favorit Warga Lokal
- Mencicipi Lontong Tuyuhan, Kuliner Khas Rembang Simpan Makna Filosofis
Jadi Kuliner Terkenal di Semarang
Seiring waktu bisnis wingko yang dirintis Loe Lan Hwa makin terkenal. Saat itu D. Mulyono bekerja di perusahaan kereta api. Karena makin banyak orang yang membuat wingko, Loe Lan Hwa memberi merek wingko miliknya dengan nama Wingko Babat Cap Kereta Api D. Mulyono.
Kini usaha itu dipegang oleh Ibu Sinata yang merupakan penerus dari D. Mulyono. Untuk memperkuat kualitas produknya, Wingko Babat Cap Kereta Api dikembangkan menjadi lima rasa yaitu rasa original, rasa pisang raja, rasa cokelat, dan rasa nangka.
Untuk menjaga kualitas, Ibu Sinata sengaja membuat wingko babat produksinya tidak menggunakan bahan pengawet, zat pewarna, gula buatan, maupun penyedap rasa.
Makin Banyak Kompetitor
Karena proses pembuatannya yang cukup mudah, di Semarang makin banyak warga masyarakat yang menjual wingko babat. Bahkan beberapa dari mereka menggunakan merek “Cap Kereta Api”, sama dengan wingko babat yang pertama kali dibuat Loe Lan Ing.
Namun kondisi itu tidak disikapi secara berlebihan oleh pemilik Wingko Babat Cap Kereta Api yang pertama kali. Mereka yakin jika para pelanggan sudah tahu keaslian sebuah produk, maka mereka pasti akan fanatik dengan produk tersebut dan tidak berpaling ke produk lain.
Justru karena persaingan inilah, Wingko Babat Kereta Api aktif memasarkan produk melalui berbagai media. Meskipun toko mereka cukup tua, namun mereka tidak mau lenyap oleh perkembangan zaman.