Berada di Tengah Permukiman Padat Penduduk, Ini Fakta Unik Kompleks Makam Raja Mataram di Tegal yang Sudah ada sejak Abad ke-17
Makam itu merupakan persemayaman Raja Amangkurat I yang merupakan anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo
Di Dusun Pekuncen, Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, terdapat sebuah makam tua. Lokasi makam itu berada di tengah-tengah permukiman penduduk yang sangat padat.
Kompleks makam itu bernama Tegal Arum. Di sekeliling kompleks makam, terdapat beberapa bangunan fasilitas umum seperti sekolah dasar dan kantor kelurahan. Sementara di dalam kompleks makam terdapat masjid, pondok pesantren, bangunan madrasah, gudang, dan rumah penduduk.
-
Dimana lokasi Makam Kuno ditemukan? Belasan makam ini ditemukan para arkeolog dari Institut Arkeologi Margulan saat melakukan penggalian di daerah Tautekeli di distrik Katon-Karagay.
-
Dimana Makam Kuno di Zaman Perunggu Awal ditemukan? Penggalian terbaru yang dilakukan di Bukit Çayönü di distrik Ergani, Diyarbakır, menemukan lima makam tambahan yang dapat ditelusuri kembali hingga Zaman Perunggu Awal, memperkaya warisan arkeologi wilayah ini.
-
Di mana makam abad pertengahan ditemukan? Makam ini ditemukan selama penggalian yang dilakukan untuk skema perbaikan jalan A4426 (File Mile Lane) di luar Kota Barry di Wales salah satu negara bagian konstituen Britania Raya.
-
Di mana makam kuno itu ditemukan? Pemakaman ini berasal dari zaman Kerajaan Pertengahan (1938 SM-1630 SM), ditemukan di nekropolis Asasif Selatan, dekat Kuil Hatshepsut di Tepi Barat Sungai Nil di Luxor.
Kompleks makam itu juga berbatasan langsung dengan jalan kampung di mana setiap harinya jalan itu dilalui oleh kendaraan maupun penduduk setempat.
Lalu apa fakta menarik terkait kompleks itu? berikut selengkapnya:
Kompleks Makam Raja Mataram
Di dalam Kompleks Makam Tegal Arum, terdapat makam seorang Raja Kerajaan Mataram Islam. Dia adalah Sri Susuhunan Amangkurat Agung atau biasa dikenal dengan nama Amangkurat I. Ia memerintah Kasultanan Mataram pada tahun 1646 hingga 1677.
Amangkurat I sendiri merupakan anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo. Selama hidupnya ia memiliki dua orang permaisuri. Permaisuri pertama merupakan putri Pangeran Pekik dari Surabaya bernama Ratu Kulon. Kelak dari pernikahan itu lahirlah Raden Mas Rahmat yang kemudian menjadi penerus Raja Mataram bergelar Amangkurat II.
Sementara permaisuri kedua merupakan putri keluarga Kajoran bernama Ratu Kulon. Kelak dari hasil perkawinan itu lahirlah Raden Mas Drajat yang kelak menjadi Raja Mataram bergelar Pakubuwono I.
Melarikan Diri ke Tegal
Saat Istana Kerajaan Mataram Islam di Plered diserang oleh Raden Trunajaya dari Madura pada 2 Juli 1677, Amangkurat I dan Raden Mas Rahmat melarikan diri ke Batavia untuk mencari perlindungan VOC. Namun dalam masa pelariannya, Amangkurat I jatuh sakit.
Ia akhirnya meninggal dunia pada 13 Juli 1677 di Desa Wanayasa, Banyumas. Sebelum meninggal dunia, ia sempat berwasiat agar dimakamkan di dekat makam gurunya di Tegal Arum. Ia juga berwasiat pada Raden Mas Rahmat untuk meminta bantuan VOC dalam merebut kembali tahta dari tangan Trunajaya.
Ramai Peziarah
Seperti makam-makam para tokoh zaman dulu, Makam Tegal Arum ramai dikunjungi peziarah, terutama bagi mereka yang ingin mengunjungi makam Amangkurat I. Selain melakukan ziarah, mereka datang ke makam itu untuk melakukan ritual ngalap berkah.
Dikutip dari Walisongo.ac.id, peziarah tidak dikenai tarif masuk. Pengelola hanya menerima uang seikhlasnya dari berbagai peziarah yang datang.
Namun saat sepi peziarah, suasana makam begitu sepi dan tenang. Aroma harum tercium di makam itu karena bunga kantil dan kamboja merah tumbuh subur di sekitarnya. Karena aroma wangi inilah makam itu diberi nama Tegal Arum atau Tegal Wangi.