Segera Dibangun Jalan Tol, Begini Waktu Tempuh Jogja-Semarang Tahun 1800-an
Pada waktu itu, perjalanan ke luar kota masih dilakukan dengan berjalan kaki.
Pada waktu itu, perjalanan ke luar kota masih dilakukan dengan berjalan kaki.
Segera Dibangun Jalan Tol, Begini Waktu Tempuh Jogja-Semarang Tahun 1800-an
Saat ini, waktu tempuh perjalanan Jogja-Semarang lewat jalur darat adalah 2,5 sampai 3 jam. Namun waktu tempuh itu bisa lebih cepat apabila nanti kedua kota besar tersebut sudah terhubung jalan tol.
-
Apa yang dibangun di Samarinda Seberang pada tahun 1891? Pada tahun 1891, atau tepatnya tanggal 27 Rajab 1311 Hijriah, Sultan Kutai Adji Mohammad Sulaiman menjadi imam masjid pertama di Masjid Shiratal Mustaqiem.
-
Mengapa arus lalu lintas di Jalan Raya Jogja-Solo tersendat? Kuatnya angin menyebabkan sebuah baliho berukuran 8x4 meter roboh dan menimpa satu buah sepeda motor yang sedang terparkir. Akibatnya arus lalu lintas di Jalan Raya Jogja-Solo tersendat.
-
Siapa yang memimpin rombongan yang datang ke Mojowarno pada tahun 1844? Awal Mula Kampung yang menjadi pusat penyebaran agama kristen ini tak lepas dari sosok Karolus Wiryoguno yang datang bersama rombongan pada 20 April 1844.
-
Kenapa Tol Jogja-Solo dibuat melayang di Ring Road Utara? Lokasi tol itu nantinya akan melewati kawasan permukiman penduduk yang sangat padat.
-
Apa yang digambarkan dalam lukisan Mataram tahun 1860-an? Dalam postingan akun Instagram @sejarahjogya, tampak beberapa lukisan yang menggambarkan suasana Mataram era Hindia Belanda. Dijelaskan bahwa lukisan itu dibuat pada tahun 1860-an atau sekitar abad ke-19.
-
Kapan Jalan Tol Jogja-Solo dibuka untuk umum? Mulai 22 Desember 2023, tol fungsional Jogja-Solo mulai dibuka untuk umum.
Dari masa ke masa, dengan perkembangan teknologi modern, waktu tempuh sebuah perjalanan semakin cepat. Pada era 1800-an, jarak Jogja-Semarang harus ditempuh setelah melalui perjalanan selama lima hari.
Kok bisa?
Waktu itu, belum ada kendaraan bernama mobil. Masyarakat bepergian masih dengan berjalan kaki atau bagi yang mampu bisa menunggangi kuda.
Pada saat itu, para petinggi Belanda yang berada di Semarang harus menuju Surakarta dulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta.
Pada waktu itu, Kota Yogyakarta baru saja berdiri. Jalur dari Semarang melewati Kota Salatiga, Boyolali, lalu menuju Kartasura.
Dari Kartasura, ada sebuah jalan tradisional menuju Kotagede (pusat Kerajaan Mataram pertama), Plered (pusat Kerajaan Mataram ketiga), dan berakhir di Makam Raja-Raja Imogiri.
Mengutip Instagram @sejarahjogya, jalur tradisional itu tidaklah sebesar jalur dari Semarang menuju Kartasura.
Sebagai contoh, pada saat Sultan HB II hendak menjalani hukuman pengasingan karena menentang Inggris pada peristiwa Geger Sepoy, ia diperintahkan untuk dibawa ke Semarang yang saat itu menjadi pusat militer kolonial wilayah Jawa.
Maka pada 3 Juli 1812, Sultan HB X dibawa meninggalkan Keraton Yogyakarta menggunakan tandu kajang beratap nipah, yang merupakan sumbangan Tan Jin Sing kepada Residen Crawfurd.
Iring-iringan itu membawa sebanyak 43 orang. Ditambah satu kompi pasukan Sepoy di bawah pimpinan Letnan Kolonel Watson.
Catatan perjalanan itu, rombongan tersebut berjalan dari Benteng Vredeburg menuju arah timur dan bermalam di Klaten. Keesokan harinya setelah Subuh, rombongan melanjutkan perjalanan menuju utara ke arah Boyolali.
Di Boyolali rombongan menginap satu malam. Keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke Salatiga dan menginap dua malam di sana.
Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan menuju Ungaran dan bermalam satu malam. Lalu kemudian berjalan dan sampai di Semarang keesokan harinya.
Rincian waktu tempuh Jogja-Semarang waktu itu sebagai berikut: Jogja-Klaten (hari ke-1), Klaten-Boyolali (hari ke-2), Boyolali-Salatiga (hari ke-3), Salatiga-Ungaran (hari ke-4), dan Ungaran-Semarang (hari ke-5).
Dengan demikian total waktu tempuhnya adalah lima hari. Bila perjalanan itu dilakukan dengan kuda, diperkirakan waktu tempuh merupakan setengah lebih cepat dari total waktu yang diperlukan kalau berjalan kaki.