Kisah Nenek Meriyem Hidup Sebatang Kara, Digendong untuk Ambil BLT
Sulitnya hidup akibat kenaikan harga BBM dirasakan Nenek Meriyem (77) yang hidup yang sebatang kara. Bahkan untuk menerima BLT dari pemerintah, ia harus digendong karena tak lagi mampu berjalan dan melihat dengan baik.
Kondisi perekonomian masyarakat berangsur membaik seiring dengan menurunnya penyebaran COVID-19. Walau begitu, hidup masyarakat kembali dilanda kesulitan seiring dengan naiknya harga BBM. Kenaikan harga BBM ini diikuti dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok.
Kesulitan hidup juga dirasakan Nenek Meriyem (77). Dengan hidup yang sebatang kara, dia juga mengalami kesulitan hidup di masa-masa kenaikan harga BBM ini. Bahkan untuk menerima BLT dari pemerintah, ia harus digendong karena tak lagi mampu berjalan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Berikut kisah selengkapnya:
Hidup Sebatang Kara
©YouTube/Liputan6
Nenek Meriyem tinggal di Desa Banyuurip, Purworejo. Demi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nenek Meriyem ikut dalam pengambilan dana BLT dari pemerintah. Namun karena sudah tak mampu lagi berjalan, ia harus digendong untuk menerima BLT yang dipusatkan di balai desa.
Selain tak mampu berjalan dengan baik, penglihatan Nenek Meriyem tak lagi bagus. Hal ini membuat ia harus dituntun dalam berjalan. Ia pun diantar oleh pihak kepolisian dari rumahnya menuju balai desa sejauh tiga kilometer.
“Saya dapat Rp500 ribu. Untuk keperluan sehari-hari,” kata Nenek Meriyem dengan terbata-bata.
Penerimaan BLT di Purworejo
©YouTube/Liputan6
Bantuan sebesar Rp500 ribu sangat berarti bagi Nenek Meriyem, terutama dalam mencukupi hidup sehari-hari. Pembagian BLT dan sembako di seluruh Kabupaten Purworejo diberikan pada 67.714 penerima bantuan yang tersebar di 16 kecamatan. BLT kali ini rinciannya adalah Rp300 ribu berupa uang tunai dan Rp200 ribu berupa bantuan sembako.
“Kami selaku Polsek Banyuurip senantiasa membantu bagi warga yang tidak bisa atau beralangan karena sesuatu,” kata Bripka Prastyono, Banbinkhamtibmas Polres Purworejo, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Kamis (22/9).