Mbalang Lintang, Siasat Eksha Team UAD Membabat Narasi Mitos Pulung Gantung Bunuh Diri di Gunungkidul
Di balik keindahan alamnya, Gunungkidul memiliki masalah sosial yang dari tahun ke tahun tidak kunjung selesai, yakni tingginya angka kasus bunuh diri.
Di balik keindahan alamnya, Gunungkidul memiliki masalah sosial yang dari tahun ke tahun tidak kunjung selesai, yakni tingginya angka kasus bunuh diri..
Mbalang Lintang, Siasat Eksha Team UAD Membabat Narasi Mitos Pulung Gantung Bunuh Diri di Gunungkidul
Gunungkidul menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di Indonesia.
Banyaknya pantai pasir putih dan pemandangan alam yang memesona, membuat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini selalu ramai dikunjungi wisatawan setiap hari libur.
Namun di balik keindahan alamnya, Gunungkidul memiliki masalah sosial yang dari tahun ke tahun tidak kunjung selesai, yakni tingginya angka kasus bunuh diri.
-
Apa saja mitos yang berkembang di Gunung Salak? Gunung Salak, di Bogor, Jawa Barat, bukan hanya destinasi mendaki yang memukau dengan keindahan alamnya, tapi juga menyimpan kisah mistis yang menghantui pengunjung. 1. Tempat Bersemayam Prabu Siliwangi Gunung Salak menjadi tempat dimana legenda Kerajaan Padjadjaran hidup secara gaib. Menurut legenda yang berkembang di masyarakat sekitar, arwah para penghuni dan sang raja, Prabu Siliwangi masih bersemayam di gunung tersebut. 2. Area Mencekam untuk Transportasi Udara Kecelakaan pesawat di sekitar gunung ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, termasuk kecelakaan pesawat Sukhoi SuperJet 100 pada tahun 2012, yang merenggut nyawa sekitar 45 penumpang dari berbagai negara. 3. Memiliki Harta Karun Tersembunyi Gunung Salak juga dikelilingi oleh legenda harta karun. Menurut cerita yang beredar, pada masa itu, Belanda disebut-sebut menyembunyikan kekayaan mereka di lereng Gunung Salak. 4. Suara Gamelan Sepanjang Perjalanan Pendaki Para pendaki yang menjelajahi rute menuju puncak Gunung Salak sering kali melaporkan pengalaman mendengar suara gamelan yang misterius.
-
Kapan Gunung Dempo meletus? Gunung Dempo Pagaralam, Sumatera Selatan, mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak, Selasa (25/7) pukul 21.15 WIB.
-
Kenapa manusia purba memilih menetap di Gunungkidul? Laman Wikipedia menyebut jika daratan Kabupaten Gunungkidul dahulu adalah wilayah yang aman untuk ditinggali manusia purba. Jadi Tempat Hidup Manusia Purba 700.000 Tahun Silam Ini karena wilayah tersebut berada di dataran tinggi, kaya akan flora dan fauna, termasuk letaknya berbatasan dengan Samudera Hindia.
-
Kapan Gunung Seulawah Agam meletus? Dari segi sejarah erupsinya, tidak diketahui pasti kapan terjadinya letusan tersebut.
-
Kenapa Mbok Yem enggan turun gunung? Enggan Turun GunungBeredar kabar Mbok Yem turun gunung akibat peristiwa ini. Namun, faktanya Mbok Yem enggan dievakuasi. Pemilik warung tertinggi di Indonesia ini dan 3 anggota keluarganya masih berada di puncak Lawu.
-
Di mana letak Gunung Karang? Lokasinya ada di Kabupaten Pandeglang, dengan ketinggian 1.778 meter di atas permukaan laut.
Menurut catatan Polres Gunungkidul, pada tahun 2021, setidaknya ada 38 orang yang bunuh diri. Sedangkan, tahun 2022 dan 2023, angka bunuh diri di Gunungkidul sebanyak 29 kasus.
Anehnya, peristiwa bunuh diri di Gunungkidul selalu dikaitkan dengan adanya mitos pulung gantung.
Maraknya kasus bunuh diri di Bumi Handayani ini selalu beririsan dengan mitos pulung gantung. Hal ini pun mengundang keprihatinan sekelompok mahasiswa Jogja yang tergabung dalam Eksha Team dari Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Efektif selama tiga bulan, mulai dari bulan April sampai Juli 2024, kelompok mahasiswa yang terdiri dari lima orang, yakni Nur Asfia, Mahia Nasywa, Raka Pramudita, Alvin Nuru Syah, dan Dimas Brian melakukan penelitian.
Selain itu, mereka juga menggelar berbagai macam kegiatan di salah satu kelurahan di Giripanggung, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Mitos Pulung Gantung di Gunungkidul
Saat ditemui Merdeka.com, salah seorang anggota kelompok Team Eksha, Nur Asfia (21) menuturkan bahwa mereka resah dengan peristiwa bunuh diri di Gunungkidul yang selalu dikaitkan dengan mitos pulung gantung.
Berangkat dari keresahan inilah yang mendorong Team Eksha untuk mencoba memberikan sudut pandang baru kepada warga dalam memaknai mitos mengerikan ini.
“Kami nggak memungkiri bahwa mitos pulung gantung mungkin sudah seperti menjadi bagian dari ‘kebudayaan’ di Gunungkidul.
Adanya mitos ini, barangkali akan membuat sebagian warga merasa lega karena ada alasan kenapa orang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini.
Tapi, mereka kadang lupa, di balik ini ada faktor-faktor kejiwaan, seperti masalah kesehatan mental, ekonomi, penyakit menahun, dan lainnya,” terang perempuan yang akrab disapa Fia memulai perbincangan, Rabu (3/7/2024)
Kasus bunuh diri di Gunungkidul memang selalu beririsan dengan mitos pulung gantung. Mitos yang menghantui masyarakat yang tinggal di Bumi Handayani ini sudah ada puluhan bahkan ratusan tahun lalu.
Cerita tentang mitos ini dilakukan secara getok tular atau turun-temurun.
Adanya mitos ini diakui Fia secara tidak langsung bisa memengaruhi pola pikir masyarakat. Pelaku bunuh diri seolah memiliki alasan ketika memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Oleh sebab itu, untuk membabat narasi mitos pulung gantung, Eksha Team mencoba melakukan pendekatan ke warga masyarakat dan menggelar beragam kegiatan.
Mulai dari training of trainer, psychological campaign, dan menciptakan permainan mbalang lintang.
“Saat tiba di lapangan, kami menemui fakta bahwa masyarakat mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi terkait upaya pencegahan bunuh diri di desanya.
Akhirnya kami memutuskan untuk membuat program sosialisasi penguatan mental dan mencipatkan sebuah permainan bernama mbalang lintang,” tutur Fia.
Mbalang Lintang, Siasat Membabat Narasi Mitos Pulung Gantung di Gunungkidul
Saat melakukan penelitian, Fia menemukan bahwa lansia menjadi kelompok rentan tindakan bunuh diri. Pasalnya, seumur hidup mayoritas bekerja menggunakan fisik.
Ketika sudah menginjak usia senja, sakit fisik mulai dirasakan para lansia dan mengakibatkan kelompok ini tidak bisa beraktifitas.
“Saat lansia tidak bisa beraktifitas, cenderung akan merasa kesepian. Tapi, kita tahu akses layanan kesehatan mental di sini masih sangat terbatas dan biayanya cukup mahal.
Jadi, nggak bisa terjangkau oleh mereka”
terang mahasiswi semester enam itu.
Selain itu, adanya narasi pulung gantung juga turut “mendukung” pola pikir masyarakat dalam memahami sebuah mitos.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Eksha Team untuk membentuk pola pikir baru dalam memaknai pulung gantung adalah menciptakan permainan Mbalang Lintang.
Sederhananya, permainan ini dirancang oleh Eksha Team sebagai pendekatan kreatif dan inovatif agar lansia dapat menemukan kebermaknaan hidupnya.
“Mbalang Lintang mengajak pemain bermain peran sebagai astronot yang sedang terjebak di luar angkasa dan mencoba kembali ke bumi dengan cara melempar bintang sebagai tanda meminta pertolongan,” jelas Fia.
“Secara filosofis, permainan ini menggambarkan pemain yang sedang berada di dalam tekanan hidup dan mencoba bertahan hidup dengan memahami kebermaknaan hidupnya.
Selain itu, juga mengajarkan pemain untuk meminta bantuan pada sekitar” imbuh Fia.
merdeka.com
merdeka.comWarga Mengaku Lebih Tentram dan Bahagia
Kegiatan yang dilakukan di balai warga ini diikuti oleh puluhan peserta, yang mayoritas lansia. Tampak mereka sangat antusias saat mengikuti sosialisasi dan permainan.
Adapun tujuan permainan ini agar warga masyarakat lebih terbuka dengan sanak-saudara dan tetangga. Selain itu, warga juga lebih peka ketika ada orang-orang terdekat yang punya potensi mengalami stres hingga depresi.
Dengan begitu, akan menciptakan masyarakat yang mampu memitigasi tindakan bunuh diri.
Salah seorang warga yang mengikuti permainan Mbalang Lintang, Wagiyah, mengaku senang dengan kegiatan ini.
Perempuan asal Giripanggung, Tepus, Gunungkidul itu juga sangat mengapresiasi program sosialisasi pencegahan bunuh diri.
“Saya sangat salut dengan program yang dilakukan kakak-kakak dari UAD ini.
Kegiatan ini memberi pengalaman baru untuk kami. Ada perasaan tentram dan lega setelah ikut permainan mbalang lintang. Terima kasih pokoknya sudah mau berbagi pengalaman”
Tutur Wagiyah, warga Giripanggung
Melihat antusiasme dari warga sekitar saat mengikuti permainan ini, Fia mengaku juga merasa senang.
Pasalnya, tidak sedikit warga yang akhirnya mau berkeluh kesah dan saling berbagi dengan sesama. Artinya, hubungan antara masing-masing individu menjadi semakin erat dan penuh kasih sayang.
“Ya, kami berharap program yang kami rancang sedemikian rupa nggak berhenti begitu saja.
Semoga langkah kecil ini bisa diterima oleh warga dan berdampak baik untuk masyarakat Gunungkidul,” Harap Fia mengakhiri percakapan.