Mengenal Batik Hokokai, Lahir dari Percampuran Budaya Indonesia-Jepang
Batik ini kemudian dinamakan Batik Hokokai. Dulunya, batik ini digunakan untuk masyarakat kurang mampu. Namun kini keberadaannya menjadi sangat eksklusif dan harganya terbilang mahal.
Berdasarkan sejarah, Indonesia pernah mengalami masa penjajahan oleh Jepang selama 3,5 tahun. Dalam rentan waktu itu, Jepang memberi banyak pengaruh pada masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang.
Berbagai organisasi dibentuk pemerintah Jepang waktu itu. Salah satunya adalah Jawa Hokokai, sebuah organisasi pengabdian yang beranggotakan masyarakat Jawa.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dari para anggota Jawa Hokokai inilah lahir sebuah model batik baru bercorak unik. Batik ini kemudian dinamakan Batik Hokokai. Dulunya, batik ini digunakan untuk masyarakat kurang mampu. Namun kini keberadaannya menjadi sangat eksklusif dan harganya terbilang mahal.
Lantas seperti apa ciri khas yang dimiliki Batik Hokokai? Apa yang membedakannya dari batik-batik lainnya? Berikut selengkapnya:
Sejarah Batik Hokokai
©2022 liputan6.com
Dikutip dari Liputan6.com, kondisi para pembatik di zaman penjajahan Jepang serba susah. Mereka kesulitan memperoleh kain mori sebagai bahan baku kain batik. Kondisi itu membuat mereka tidak boleh menghambur-hamburkan kain mori.
Hal ini membuat mereka berpikir keras bagaimana tetap bisa memproduksi batik di tengah keterbatasan. Dari sinilah kemudian muncul kain pagi sore, kain yang menampilkan dua sisi motif dalam satu lembarnya.
Motif kain pagi sore itulah yang banyak dijumpai pada corak batik hokokai. Sampai saat ini, model batik tersebut banyak dijumpai di Pekalongan, Jawa Tengah, terutama di daerah Kedungwuni.
Motif batik Jawa Hokokai
Pada umumnya, motif batik Jawa Hokokai berwarna cerah. Namun motif yang tergambar di atas batik itu tergolong rumit.
Ciri-ciri pengaruh Jepang pada batik itu terlihat dengan adanya motif bunga sakura, bunga peony, dan kupu-kupu yang bersayap warna-warni. Situs batik.or.id mencatat ada lima hingga enam warna yang tercampur dalam batik ini.
Motif-motif batik itu kemudian diatur pada dua pinggir kain. Karena harus berhemat kain mori inlah motif batik Hokokai cenderung lebih kecil dibandingkan dengan batik-batik pada umumnya.
Batik Masyarakat Kurang Mampu
Dikutip dari Unpad.ac.id, dulunya Batik Hokokai digunakan untuk masyarakat kurang mampu. Hal ini dikarenakan pemakainya bisa menghemat biaya. Dengan menggunakan batik ini, tak perlu membeli pakaian lain untuk menciptakan kesan ganti baju. Cukup dengan menggunakan motif lain pada kain yang sama saja.
Namun sekarang kondisinya berbeda. Sekarang, Batik Hokokai menjadi salah satu batik dengan kualitas premium karena pembuatannya sangat eksklusif.
Satu potong kain batik hokokai dihargai Rp2-5 juta tergantung tingkat kompleksitas. Harga batik ini akan semakin mahal jika seluruh pembuatannya dilakukan oleh tangan-tangan ahli para pembatik andal.