Mengenal Gendang Pampat, Musik Tradisional Suku Dayak Iban Sebagai Simbol Rasa Syukur
Permainan alat musik tradisional itu dilakukan untuk mengisi waktu kebersamaan mereka di rumah panjang.
Permainan alat musik tradisional itu dilakukan untuk mengisi waktu kebersamaan mereka di rumah panjang.
Mengenal Gendang Pampat, Musik Tradisional Suku Dayak Iban Sebagai Simbol Rasa Syukur
Salah satu hal yang menjadi produk kebudayaan adalah alat musik. Beberapa kelompok suku di Indonesia punya alat musik yang khas.
Kelompok Suku Dayak Iban misalnya, mereka punya alat musik tradisional bernama Gendang Pampat. Alat musik ini biasanya dimainkan pada saat upacara adat.
Dikutip dari Instagram @penerbit.brin, permainan alat musik ini merupakan salah satu cara untuk menjaga ikatan kekeluargaan orang Iban.
-
Kapan Pekan Gawai Dayak digelar? Perempuan Suku Dayak berbalut busana adat itu salah satunya saat acara Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-37 Kalimantan Barat yang digelar di Rumah Radakng, Pontianak, Sabtu (20/5). Pekan Gawai Dayak akan digelar selama empat hari hingga Selasa, 23 Mei 2023.
-
Dimana letak rumah panjang Suku Dayak Iban di perbatasan? Kondisi itulah yang terlihat di perkampungan Suku Dayak Iban di Kalimantan Barat yang dekat dengan perbatasan Malaysia, tepatnya di Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu.
-
Apa itu umpasa dalam budaya Batak? Umpasa adalah seni lisan puisi lama berupa pantun dalam masyarakat Batak Toba.
-
Kenapa warga Suku Dayak Iban di Sungai Utik pergi ke ladang? Sesampainya di Rumah Panjang Suku Dayak Iban, pemilik kanal YouTube Pie’ie Mejink mendapati rumah panjang itu sangat sepi. Pada siang hari, warga penghuni rumah itu kebanyakan pergi ke ladang.
-
Siapa penghuni Rumah Panjang Suku Dayak Iban? Salah seorang penghuni rumah panjang mengatakan, ada 28 kepala keluarga yang menghuni rumah itu.
-
Kenapa Umbut Rotan dianggap sebagai warisan leluhur suku Dayak? Meski olahan makanan rotan ini tergolong unik, tetapi bagi masyarakat Dayak, Juhu Umbut Rotan sudah menjadi bagian dari warisan leluhur nenek moyang mereka.
Tak hanya saat upacara adat, permainan alat musik tradisional itu dilakukan untuk mengisi waktu-waktu kebersamaan mereka. Di Rumah Panjang Ngaung Keruh, Desa Labian, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat misalnya.
“Kekuatan dalam ikatan kekeluargaan itu masih terus diterapkan di rumah panjang ini,” ujar Kepala Dusun Ngaung Keruh, Robertus Tutong, dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Terkadang, permainan alat musik itu juga perlu dilakukan karena mendapat petunjuk alam. Begitu petunjuk itu datang, alat-alat musk dikeluarkan dari tempatnya untuk dibunyikan.
Tutong mengatakan, bila diibaratkan, bunyi gendang itu bertujuan untuk mengundang para anggota keluarga lain datang. Tak hanya oleh bapak-bapak, Gendang Pampat juga dimainkan oleh kelompok ibu-ibu.
Pada saat musik gendang dibunyikan, para warga yang mendiami rumah panjang keluar dari kamar-kamarnya untuk menari bersama. Bahkan para ibu-ibu berdandan dan mengenakan pakaian tradisional sambil menari.
“Bukannya dari belajar atau pelatihan. Tapi menyerap, mendengar, dan mempraktikkan. Maka permainan alat musik ini selalu diwariskan turun-temurun. Karena kalau putus, nilai budaya kitab isa punah,” begitu kata Robertus Tutong.
Ia mengatakan, bahan pembuatan Gendang Pampat diambil dari hutan. Bahan pembuatannya antara lain kayu, dan kulit Binatang hasil buruan.
- Mengenal Tari Tayub Khas Sragen, Tonjolkan Nilai Kebersamaan dalam Budaya Jawa
- Mengenal Tingkilan, Ketika Warga Kutai Berbalas Pantun Sambil Bermain Musik Gambus
- Mengenal Serdam, Instrumen Musik Tiup Asli Lampung yang Terbuat dari Bambu Khusus
- Menelusuri Asal-usul Alat Musik Gambus, Pengaruh Budaya Timur Tengah yang Kental Nuansa Islam
Kini, Tutong sibuk melatih anak-anak muda untuk pandai memainkan Gendang Pampat. Menurutnya, pelatihan itu harus dilakukan sejak dini agar mereka bisa mengembangkan kreativitas dari bermain alat musik tersebut.
“Ini akan menjadi kekuatan bagi masyarakat Iban yang tinggal di sini. Mudah-mudahan harapan ini kelak bisa terkabul,” ujarnya dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.