Mengenal Tari Montro, Kesenian dari Bantul Sebagai Sarana Dakwah
Ribuan pelajar menarikan Tari Montro di Pantai Parangkusumo, Bantul memecahkan rekor MURI.
Ribuan pelajar menarikan Tari Montro di Pantai Parangkusumo, Bantul memecahkan rekor MURI.
Mengenal Tari Montro, Kesenian dari Bantul Sebagai Sarana Dakwah
Pada Sabtu (26/8), ribuan pelajar menarikan Tari Montro di Pantai Parangkusumo, Bantul. Dengan jumlah mencapai 10.000 penari, acara itu memecah rekor MURI Tari Montro dengan jumlah penari terbanyak.
-
Apa itu Tari Penguton? Tari Penguton adalah tari tradisional yang berasal dari Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatra Selatan.
-
Apa yang digambarkan oleh Tari Miyang? Mengutip Instagram @tuban_bercerita, tari ini merupakan representasi perilaku istri nelayan ketika suaminya sedang melaut. Kata ‘Miyang’ dalam bahasa Tuban berarti “pergi melaut untuk mencari ikan”. Para nelayan melakukan kegiatan ini pada malam hari, dan pulang pada pagi atau siang hari membawa ikan hasil tangkapan.
-
Apa itu Tari Ratoh Jaroe? Tarian khas Nanggroe Aceh Darussalam ini banyak yang mengira masih menjadi satu kesatuan dengan Tari Saman. Secara gerakan, kedua tarian ini memiliki unsur kemiripan namun pada praktiknya unsur-unsur tersebut jelas berbeda.
-
Di mana Tari Ratoh Jaroe biasa dipertunjukkan? Provinsi Aceh selain terkenal dengan kultur agama Islam yang cukup kental, daerah yang dijuluki sebagai Tanah Rencong ini memiliki kesenian tradisional berupa tarian, salah satunya Tari Ratoh Jaroe.
-
Apa yang ditampilkan oleh Tari Landok Sampot? Sesuai dengan namanya "Landok Sampot" tarian ini menampilkan gerakan perkelahian antar 2 pemuda dengan senjata berupa sebilah bambu. "Landok" yang berarti Tari, sedang "Sampot" berarti libas atau pecut.
-
Bagaimana Tari Ratoh Jaroe diiringi? Dalam pelaksanaannya, Tari Ratoh diiringi dengan musik Rapai yang menjadi alat musik tradisional asli Aceh. Kemudian para penari harus menyesuaikan dengan irama Rapai dan melantunkan syair serta membalas syair dari syahi. Setiap gerakan tarian dilakukan dengan tempo pelan hingga tempo cepat.
Tari Montro sendiri merupakan kesenian yang berasal dari Dusun Kauman, Pleret, Bantul. Kesenian itu awalnya digunakan sebagai sarana dakwah dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tarian itu muncul pada 11 April 1939. Saat itu, Kanjeng Pangeran Yudanegara, menantu HB VII memberikan sentuhan-sentuhan lagu pada sholawatan.
Pada lagu iringan tampak pengaruh dari wayang orang Kraton Yogyakarta.
Semenjak itulah seni Montro banyak diminati dan dilakukan oleh masyarakat Kauman, Pleret, Bantul.
Dilansir dari Wikipedia, kesenian ini pada mulanya hanya berkembang di lingkungan Kraton untuk memperingati maulid nabi.
Namun seiring waktu, kesenian ini berkembang menjadi kesenian rakyat.
Kata “montro” sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang artinya bunga mentimun. Perbedaan antara sholawatan maulid dan sholawatan montro terletak pada gerak tarinya.
Sholawatan maulid hanya duduk bersila, sedangkan sholawatan montro ada gerak tarinya.
Dilansir dari Kemdikbud.go.id, perlengkapan instrumen pengiringnya antara lain: 4 buah rebana, 1 kendang batangan, 1 kendang ketipung, kempul, gong, dan 6 orang pelantun lagu dan seorang maca kandha. Dan kelompok penari yang juga ikut melantunkan syair lagu.
- Jelang Pemilu, Kantor Desa di Sragen 'Diteror' Kembang Kantil
- Hilang Hampir Sepekan Usai Pamit Pergi dengan Teman, Pelajar Ditemukan Tewas Mengenaskan
- Terungkap, Menantu Dibunuh Mertua di Pasuruan Ternyata Mahasiswi UT Unair
- Kesaksian Tetangga Dengar Teriakan 'Tolong' di Kamar Indekos Remaja Tamansari Berlumuran Darah
Sampai saat ini, kesenian montro masih berkembang di daerah Kauman, Pleret, Bantul. Ada dua generasi penari, yaitu generasi tua dan generasi muda. Kesenian inipun sering ditampilkan pada acara kebudayaan Yogyakarta sebagai ikon Kabupaten Bantul. Salah seorang maestro kesenian ini adalah H. Suratijan.