Mengenal Tota Timui, Tradisi Pembersihan Diri Buat Bayi yang Baru Lahir Ala Masyarakat Dayak Benuaq
Tradisi ini dilakukan agar bayi yang baru lahir mendapat perlindungan para sahabat yang berasal dari kalangan roh halus
Tradisi ini dilakukan agar bayi yang baru lahir mendapat perlindungan para sahabat yang berasal dari kalangan roh halus
Mengenal Tota Timui, Tradisi Pembersihan Diri Buat Bayi yang Baru Lahir Ala Masyarakat Dayak Benuaq
Setiap kelompok masyarakat adat memiliki beragam cara ritual penyucian diri. Begitu pula dengan masyarakat adat Dayak Benuaq di Kalimantan. Penyucian diri pada tradisi mereka dilakukan pada bayi yang baru lahir. Upacara penyucian diri itu bernama Tota Timui.
-
Apa yang dimaksud dengan Tari Topeng Kemindu? Tari topeng kemindu juga biasa disebut dengan nama tari Topeng Kutai untuk membedakannya dengan berbagai jenis tari tradisional di Indonesia.
-
Di mana buah matoa tumbuh? Matoa adalah buah yang tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia.
-
Apa yang diwakili oleh Tari Topeng Kaliwungu? Dengan karakter yang tegas, tarian ini merupakan representasi dari Prabu Baladewa.
-
Apa itu Tari Tabut? Tari Tabut merupakan sebuah tari kreasi yang sudah lama eksis di Bengkulu. Kesenian ini diadaptasi dari sebuah upacara ritual agama yang disebut Ritual Tabut.
-
Mengapa hiu tutul itu mati? Diduga hiu bernasib malang itu terbawa air pasang. Namun ia tak bisa kembali ke laut karena terkena batu karang.
-
Apa itu Turuk Langgai? Turuk Langgai merupakan tarian yang gerakannya menyerupai hewan di hutan atau di lingkungan yang mereka tempati.
Dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia, masyarakat Dayak Benuaq percaya bahwa manusia akan selalu hidup dalam lindungan Siabat atau sahabat. Sahabat mereka berasal dari kalangan roh-roh baik yang mengiringi kehidupan manusia sejak manusia lahir ke alam semesta.
Untuk mendapat perlindungan Siabat, setiap bayi yang baru lahir dalam kurun waktu tujuh hari atau dua bulan harus menjalani ritual penyucian diri Tota Timui.
“Pelaksanaan Tota Timui itu hanya sekali saja dilakukan untuk orang melahirkan. Jadi tidak pernah dua kali,” ujar R. Rondestin, salah seorang tokoh Dayak Benuaq asal Dusun Pondok Labu, Tenggarong, Kalimantan Timur, dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Setiap ritual yang dilakukan masyarakat Dayak Benuaq biasanya dilakukan dengan bergotong royong. Setiap ada warga yang baru melahirkan, anggota warga yang lain ikut membantu dalam mempersiapkan ritual Tota Timui.
Untuk persiapan ritual tersebut, mereka harus mempersiapkan ramuan yang biasanya berisikan kayu-kayuan dan dedaunan yang akan diletakkan pada masing-masing balai.
Selain itu mereka juga mendirikan balai banci, sebuah tatanan kayu yang dibentuk sedemikian rupa yang dibangun di depan rumah, lalu di atasnya diletakkan makanan, persembahan, serta ramuan yang diperuntukkan bagi roh sahabat.
“Siabat itu mendampingi kita tapi tidak kelihatan. Dia yang mendampingi dan menjaga kita. Kalau ada apa-apa yang membahayakan, mereka itu yang menangkalnya. Itulah yang disebut siabat,” kata Rapinus Rayuun, salah satu tokoh masyarakat Dayak Benuaq di Dusun Pondok Labu.
Ritual Tota Timui dimulai ketika pawang atau pemimpin ritual adat meniupkan Belalu yang biasanya terbuat dari taring hewan. Biasanya belalu itu hanya memiliki satu suara namun intonasinya cukup tinggi.
- Mengenal Ulap Sarut, Tradisi Berpakaian Masyarakat Dayak Benuaq yang Kaya Nilai Filosofis
- Mengenal Upacara Kukhuk Limau, Prosesi Pengharapan Kehamilan Seorang Perempuan Khas Masyarakat Lampung
- Mengenal Tradisi Nengget, Upacara Berikan Kejutan agar Memperoleh Anak Ala Masyarakat Karo
- Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Prosesi dilanjutkan dengan tabur Boyas, atau menabur beras. Dalam prosesi ini, pawang akan menaburkan beras kuning ke area pelaksanaan ritual sebagai ajakan pada para Siabat untuk bergabung dalam acara tersebut.
Pada prosesi ini, pemimpin jalannya prosesi merapalkan mantra dan doa untuk memohon kelancaran saat acara berlangsung.
Setelah itu, ritual dilanjutkan di belakang rumah. Prosesi ini merupakan inti dari ritual yang biasanya disebut Tota Timui. Prosesi ini melibatkan air dan ramu-ramuan, atau berbagai jenis bunga yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Dalam ritual ini, pawang akan menyirami orang tua sang bayi atau bayi itu sendiri serta kerabat dekat lainnya. Prosesi ini diiringi dengan tabuhan Tu’uq Beneq, atau alunan musik khas Suku Dayak Benuaq.
“Bayinya, anaknya, bapaknya, semua disiram. Karena pada waktu melahirkan itu melahirkan darah, kotoran, dan sebagainya. Berarti badan kita kotor. Setelah bersih itu lalu roh halus memberikan berkat,” kata Rapinus dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Setelah anggota keluarga yang dimandikan mengganti pakaian, ritual prosesi dilanjutkan dengan pawang yang menempelkan beras dan bedak pada seluruh masyarakat yang hadir. Selanjutnya mereka diberikan tepukan yang lembut pada leher dan punggung menggunakan daun pinang.
Prosesi ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat yang hadir agar terhindar dari bala atau keburukan di dunia.
Tradisi Tota Tinui ini masih dijaga pada masyarakat Dayak Benuaq hingga kini. Mereka percaya, kalau tradisi itu tidak dilaksanakan, mereka akan mendapat bala. Tradisi inipun terus diwariskan pada generasi muda agar terus lestari walaupun menghadapi tantangan yang makin berat seiring perkembangan zaman.
“Semoga anak muda zaman sekarang ini lebih mementingkan budaya daerah masing-masing dari pada gadget. Apalagi sekarang ini orang lebih suka belajar main mobile legend dari pada adat,” pungkas Rondestin dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.