Mengulik Sejarah Hotel Bersejarah di Semarang yang Kini Kondisinya Terbengkalai, Dulu Jadi Tempat Singgah Para Tamu Negara
Tokoh-tokoh Nasional seperti Ir. Soekarno hingga RA Kartini pernah menginap di sana.
Tokoh-tokoh Nasional seperti Ir. Soekarno hingga RA Kartini pernah menginap di sana.
Mengulik Sejarah Hotel Bersejarah di Semarang yang Kini Kondisinya Terbengkalai, Dulu Jadi Tempat Singgah Para Tamu Negara
Ada beberapa bangunan megah di Semarang yang kini kondisinya terbengkalai. Salah satunya adalah bekas sebuah hotel megah.
Dulunya hotel itu sering menjadi tempat diadakannya acara-acara besar dan tempat menginap tamu-tamu penting. Bahkan tokoh-tokoh Nasional seperti Ir. Soekarno hingga RA Kartini pernah menginap di sana.
-
Kapan Siantar Hotel diresmikan? Mengutip dari beberapa sumber, Siantar Hotel dulunya diresmikan pada 1 Februari 1915.
-
Kapan Hotel Cheribon didirikan? Tidak banyak sumber yang menjelaskan tentang hotel ini. Namun dari sejumlah catatan sejarah, bangunan ini didirikan pada awal 1900-an, di mana tata kota di sana sudah beranjak modern dari yang sebelumnya hanya memiliki arsitektur bergaya keraton.
-
Apa yang menjadi keunikan sarapan di Hotel Ammi Cepu? “Menu Tradisional Blora masuk Hotel Bintang 5. Terima kasih Hotel Ammi Cepu atas inovasinya untuk mengenalkan kuliner Blora. Pagi tadi kita coba langsung sekaligus minta testimoni pengunjung,”
-
Di manakah hotel pertama di Jawa Barat, Hotel Savoy Homann, berada? Hotel Savoy Homann di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat, sudah berdiri sejak tahun 1880.
-
Siapa yang biasanya menginap di 'Hotel Kapsul'? Jenis penginapan ini awalnya dikembangkan di Jepang dengan menyediakan ruangan kamar berukuran kecil dan memiliki jumlah banyak sehingga disebut sebagai hotel kapsul. Hotel ini cocok dijadikan tempat menginap bagi meraka yang ingin mendapatkan harga murah dan pelayanan standar.
-
Kenapa Hotel Kalitaman dibangun? Dilansir dari Nitroburner.nl, saat Pangeran Frederik menetap di Semarang selama perjalanannya ke Jawa, ia juga ingin melakukan perjalanan ke Salatiga. Namun kesulitannya adalah mencari akomodasi yang cocok untuk tamu kerajaan dan rombongan. Maka di Salatiga dibangunlah gedung hotel tersebut secara tergesa-gesa.
Hotel Inna Dibya Puri kini lebih tampak seperti sarang lelembut dibandingkan bangunan bersejarah. Kondisinya begitu memprihatinkan. Kayu penopang bagian atap sudah mulai roboh.
Lumut serta semak belukar tumbuh di sela-sela tembok yang catnya sudah mengelupas. Namun ada rencana bahwa ke depan bangunan tua bersejarah itu akan direvitalisasi lagi.
Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Hotel Inna Dibya Puri dulunya bernama Du Paviillon. Dengan mengusung gaya Indische Empire, Hotel Du Pavillon merupakan salah satu hotel termewah di Semarang pada zamannya.
Hotel itu dibangun oleh seorang Tionghoa yang tidak diketahui namanya pada tahun 1847. Pada awal berdirinya, hotel itu menjadi tempat singgah para tamu negara dan para pelancong Eropa yang singgah di Kota Semarang.
Pada tahun 1899, hotel itu direnovasi oleh perkumpulan masonik di Semarang. Sebelum direnovasi pada tahun 1899, halaman belakang hotel itu sering digunakan sebagai tempat pertemuan para anggota masonik dari Semarang.
Perkumpulan itu terdiri dari para pejabat Eropa, para priyayi, dan kaum intelektual saat itu. mereka membahas rencana-rencana keanggotaan dan berbagai masalah sosial.
Pemilik hotel mengizinkan perkumpulan masonik itu melakukan seluruh kegiatannya di gedung tersebut, sebelum mereka punya gedung sendiri yang bernama “La Constante et Fidel” di Jalan Imam Bonjol.
- Sudah Berdiri Sebelum Indonesia Merdeka, Penginapan di Semarang Ini Hanya Bertarif Rp4 Ribu Per Hari
- Melihat Jejak Kejayaan Hotel Selabintana di Sukabumi, Jadi Penginapan Megah Era Kolonial hingga Basis Markas PKI
- Menguak Sejarah Hotel Pertama di Salatiga, Dibangun untuk Menyambut Putra Mahkota Raja Belanda
- Sejarah Pesanggrahan Menumbing, Saksi Bisu Pengasingan Tokoh Nasional dan Perjanjian Roem-Royen
Peresmian hotel baru Du Pavillon itu diwarnai dengan pertunjukkan sebuah grup opera dari Italia dan dihadiri para pejabat tinggi pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, setiap hari hotel itu selalu ramai pengunjung. Seluruh ruangannya diterangi lampu gas dalam jumlah banyak. Segala fasilitas itu membuat Hotel Du Pavillon menjadi salah satu hotel terbaik di Semarang.
Renovasi besar-besaran kembali dilakukan pada tahun 1913. Renovasi dilakukan untuk menyambut para tamu penting yang bakal hadir dalam acara “Colonial Exhibition” pada tahun 1914.
Dalam renovasi tersebut, gedung hotel mulai dialiri listrik dari ANIEM. Sanitasi juga dibenahi. Total renovasi itu menelan biaya 250.000 gulden.
Pada tahun 1945, tepatnya menjelang Pertemupran Lima Hari di Kota Semarang, hotel itu menjadi markas pemuda pejuang kemerdekaan. Hotel itu juga menjadi tempat perundingan dalam mengakhiri perang pada tanggal 21 Oktober 1945.
Hotel itu berubah nama menjadi Inna Dibya Puri pada tahun 1957 dan mengalami renovasi kembali pada tahun 1964. Namun saat ini kondisi hotel sangat memprihatinkan. Pernah ada rencana revitalisasi, namun wacana itu tidak pernah terlaksana hingga saat ini.