Sejarah Selat Solo, Makanan Ala Steak Eropa yang Wajib Dicoba
Selat Solo menjadi salah satu kuliner yang bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Selat Solo menjadi salah satu kuliner yang bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Sejarah Selat Solo, Makanan Ala Steak Eropa yang Wajib Dicoba
Selat Solo adalah salah satu hasil dari akulturasi budaya Eropa dan Jawa. Foto/Image Bank
-
Apa saja kuliner khas Solo yang terkenal dan bisa dicoba saat berkunjung? Surakarta atau Solo terkenal sebagai pusat batik dan kuliner murah meriah. Nah, kuliner apa saja yang patut dicoba saat berkunjung ke kota ini?
-
Kenapa Sate Kere menjadi kuliner yang unik di Solo? Tak mampu membeli daging, maka rakyat Solo membuat sate yang terbuat dari ampas tahu rebus atau kempes kedelai.
-
Apa yang menjadi menu spesial dari kuliner ini? Di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, ada kuliner lontong sayur yang sudah memasuki generasi ketiga.
-
Di mana saja kita bisa menemukan kuliner legendaris Solo? Kota dengan slogan The Spirit of Java ini memiliki beragam makanan tradisional yang dijajakan di setiap sudut Kota Solo.
-
Apa yang dimaksud dengan gastronomi berkelanjutan? Gastronomi berkelanjutan, menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, Sekretaris Jenderal Indonesian Gastronomy Community (IGC), adalah pendekatan dalam dunia kuliner yang menekankan keseimbangan antara kebutuhan gastronomi dan kelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial, serta keberlanjutan ekonomi.
-
Makanan apa yang menjadi salah satu masakan yang cukup akrab di lidah masyarakat Indonesia? Bagi sebagian masyarakat Indonesia mungkin sudah cukup sering mengonsumsi masakan chinese food. Bahkan, Chinese food menjadi salah satu masakan yang sudah cukup akrab di lidah masyarakat.
Mengenal Apa Itu Selat Solo
Makanan ini menjadi hidangan khas Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah yang mendapat pengaruh dari masakan khas Eropa. Foto/Image Bank
Asal muasal Selat Solo
Melansir dari Indonesia.go.id, Selat Solo merupakan hasil perpaduan antara bistik dengan salad. Penggunaan nama selat sendiri berasal dari kata “slachtje” yang artinya salad, sedangkan Steak berasal dari Bahasa Belanda disebut “biefstuk”. Selat Solo memiliki arti “salad” tetapi bahan utamanya berupa daging sapi yang menjadikan makanan ini tidak cocok dikatakan sebagai salad melainkan sebuah bistik yang disajikan dengan kuah khas Jawa yang bertekstur cair.
Cita Rasa Selat Solo
Selat Solo memiliki cita rasa manis, gurih, dan sedikit asam. Makanan ini disesuaikan dengan lidah masyarakat Jawa khususnya daerah Surakarta. Foto/Freepik
Proses akulturasi budaya dalam makanan ini bermula saat Benteng Vestenburg dibangun untuk dijadikan salah satu tempat berunding antara Belanda dan Kasunanan Surakarta. Pada masa Hinda Belanda, Bangsa Eropa membawa bahan makanan dengan berbagai metode masakan khas dari Eropa. Bangsa Belanda memperkenalkan makanannya kepada para ningrat yang berada di Kasunanan Surakarta. Akan tetapi, makanan tersebut tidak cocok dengan selera masakan Jawa sehingga dimodifikasi dan disesuaikan cita rasa khas Jawa.Selain cita rasa khas Eropa yang tidak sesuai dengan masyarakat Surakarta, Isian/ bahan utama dari masakan tersebut juga tidak sesuai dalam selera masyarakat. Foto/Image Bank
Penyajian Selat Solo
Berbeda dari steak Eropa, Selat Solo memiliki keunikan dari segi penyajiannya.
Umumnya Selat Solo disajikan dalam bentuk yang dingin karena cocok dinikmati ketika siang hari. Kota Surakarta memiliki cuaca yang panas di siang hari sehingga jika menikmati makanan ini akan merasakan kesegaran. tersendiri
Foto/Image Bank
- Jatuh Bangun Jody, Rintis Usaha Steak Pakai Nasi yang Kini Sudah Punya 107 Cabang di Indonesia
- Menikmati Lezatnya Nasi Minyak, Makanan Khas Palembang Mirip Kuliner Timur Tengah
- Menyelami Sejarah Semar Mendem, Lemper Khas Keraton Solo
- Garut Punya Sentra Wisata Kuliner Ikan, Sediakan Menu Laut Segar maupun Cepat Saji