Sejarah Toko Roti Tertua di Jogja, Masih Pertahankan Cara Memasak Tradisional
Pemilik toko roti itu merupakan seorang Tionghoa bernama Tan Poe Djen. Dia berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.
Pemilik toko roti itu merupakan seorang Tionghoa bernama Tan Poe Djen. Dia berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.
Sejarah Toko Roti Tertua di Jogja, Masih Pertahankan Cara Memasak Tradisional
Di kawasan pecinan Ketandan Kota Yogyakarta, terdapat toko roti yang cukup legendaris bernama Toko Roti Djoen. Pada tahun 1920-an, toko roti itu sudah berdiri. Pemilik toko roti itu merupakan seorang Tionghoa bernama Tan Poe Djen. Dia berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.
-
Dimana Toko Roti Go berada? Di Kota Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, terdapat toko roti legendaris dan disebut sebagai toko roti tertua di Indonesia.
-
Kapan Roti Juna mulai dirintis? Dirintis oleh Ardian Setiawan sejak masa pandemi, kemampuan membuat roti terasah saat menjadi karyawan di salah satu bakery yang cukup terkenal di Malang.
-
Apa yang membuat Toko Roti Tegal menarik? Ada banyak hal menarik di sini, seperti dijajakannya kue dan roti lawas juga terdapatnya kisah cinta tokoh penggerak Soe Hok Gie.
-
Kapan Roti Hosti dimakan? Dalam perayaan Ekaristi, roti hosti diyakini mengalami transubstansiasi, yaitu berubah substansi menjadi tubuh Kristus secara sakramental.
-
Apa saja jenis roti yang diproduksi Toko Roti Go? Beberapa jenis produksinya antara lain roti manis, roti sobek, serta roti tradisional lainnya. Kini mereka memiliki sekitar 80 varian dan 10 jenis kue.
-
Siapa yang menyatakan perasaannya di Toko Roti Tegal? Menurut buku Gie dan Surat-Surat yang Tersembunyi (2016), di Toko Roti Tegal ia menembak perempuan yang ia kagumi yang bernama Nurmala Kartini Panjaitan.
Pada tahun 1930, toko itu dijual. Tan Poe Djen beserta keluarga pindah ke Belanda. Toko itu kemudian dibeli oleh Tan Qian Ngau. Saat itu ia memproduksi beberapa jenis roti di antaranya roti rempah ala Belanda, roti sobek polos, roti roll polos, dan roti semir.
Setelah tahun 1959, Toko Djoen mengeluarkan beberapa varian baru di antaranya varian legendaris Roti Pisang. Pada tahun 1970, Toko Roti Djoen membuat roti buaya karena banyaknya orang yang pesan untuk pernikahan.
Mengutip YouTube tombo kangen Chanel, puncak kejayaan Roti Djoen adalah saat roti-rotinya bisa dijual sampai Wonosari, Klaten, Sleman, hingga Muntilan. Saat itu pengantaran roti dilakukan dengan mobil.
Kalau ada kejadian bencana di Jogja, Toko Roti Djoen sering turut memberikan sumbangan berupa roti.
Tan Qian Ngau punya beberapa orang anak, salah satunya adalah Tan Ing Huan. Ia mempunyai istri bernama Hadinah. Sejak menjadi menantu Tan Qian Ngau pada tahun 1959, Hadinah ikut berjualan di Toko Roti Djoen. Hadinah dan Tang Ing Huan punya anak yang sering membantunya berjualan roti bernama Ibu Widowati. Saat ini Toko Roti Djoen berubah menjadi Coffee Shop yang dikelola oleh anak dari Ibu Widowati.
Masuk ke dalam Toko Djoen lama ibarat masuk dalam sebuah lorong waktu. Interior dengan nuansa jadul masih begitu kental terasa. Di sana masih terpajang rak-rak kuno, oven impor yang terbuat dari besi, serta kaleng-kaleng roti.
Mengutip YouTube tombo kangen Chanel, semua roti yang dijual di Toko Djoen dimasak dengan resep dan cara kuno. Pemilik toko itu sempat bercerita kalau karyawan di toko itu tinggal satu orang. Menurutnya, untuk mencari karyawan toko roti itu tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan tidak semua orang bisa dan sabar membuat roti dengan cara tradisional.
- Roti Priangan Oey Tjiang Lie, dari Resep Belanda Tahun 1943 Turun ke Hati Warga Sukabumi sampai Sekarang
- Melihat Tradisi Wiwitan Panen Padi di Jogja, Tetap Dilestarikan di Tengah Perkembangan Teknologi
- Mengunjungi Toko Roti Tertua di Indonesia, Jadi Inspirasi Film "Siksa Kubur"
- Kisah Toko Roti Sidodadi yang Legendaris di Bandung, Harganya Terjangkau Jadi Favorit Berbagai Kalangan
Selain Toko Roti Djoen, ada toko roti Djoen Muda yang pemiliknya juga keturunan Tan Qian Ngau. Roti produksinya yang terkenal adalah roti layatan yang disajikan untuk tamu-tamu yang sedang melayat.
Walaupun telah lama berdiri, namun toko roti Djoen tetap bertahan di tengah arus perubahan zaman. Mencicipi roti itu ibarat bertamasya ke masa lalu di mana toko roti itu sedang berada di era kejayaannya.