Sempat Mangkrak, Embung Senilai Rp2,5 Miliar di Kebumen Ini Justru Terbengkalai dan Ciptakan Masalah Baru bagi Warga
Proyek bendungan itu sempat mangkrak diduga karena kontraktornya tidak dibayar.
Proyek bendungan itu sempat mangkrak diduga karena kontraktornya tidak dibayar.
Sempat Mangkrak, Embung Senilai Rp2,5 Miliar di Kebumen Ini Justru Terbengkalai dan Ciptakan Masalah Baru bagi Warga
Di Kebumen, ada sebuah embung yang kondisinya terbengkalai. Embung itu terletak di daerah perbukitan, tepatnya di Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam, Kebumen.
Selintas tidak ada yang salah dengan pembangunan embung itu. Namun sejak dibangun pada tahun 2018 lalu, embung itu tidak bisa digunakan untuk kepentingan warga.
-
Kapan Bumi terbentuk? Dengan mengukur usia bebatuan di bulan, dan meteorit yang ditemukan di Bumi, para ilmuwan memperkirakan Bumi terkonsolidasi 4,54 miliar tahun lalu.
-
Kapan Waduk Kembangan buka? Jam operasional Waduk Kembangan adalah setiap hari, mulai pukul 07.00 hingga 19.30 WIB.
-
Apa yang terjadi di tengah banjir di Kebon Pala? Seekor ular muncul di tengah banjir yang merendam permukiman warga di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta, Jumat, (1/12/2023).
-
Kapan Kirab Tebu Temanten dilakukan? Acara ini digelar pada Selasa Selasa (23/4).
-
Apa yang terbakar di Kebagusan? Sebuah bangunan rumah dua tingkat yang berada di Jalan Kebagusan Raya, RT. 004, RW.04, Nomor 5, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
-
Kapan petani bawang merah di Brebes mengalami kerugian? Kerugian tersebut terjadi pada musim panen di awal tahun ini akibat cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kualitas bawang merah menurun. Petani bawang merah mengaku mengalami kerugian ketika ditemui di ladangnya di Brebes, Jawa Tengah, Kamis (11/1/2024). Kerugian tersebut terjadi pada musim panen di awal tahun ini akibat cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kualitas bawang merah menurun.
Perangkat desa setempat mengungkapkan, sebenarnya proses pembangunan embung tersebut sudah bermasalah sejak awal.
Pembangunan embung tersebut sempat mangkrak selama dua tahun. Namun pada akhirnya proyek itu rampung pada tahun 2021.
Bukannya disambut suka cita, pembangunan embung tersebut justru menimbulkan masalah baru, yaitu tanah longsor yang membahayakan warga.
“Waktu embung ini sudah jadi 100 persen, serang beberapa bulan hujan terus menerus. Akibatnya jebol dan banyak bagian yang longsor. Setelah perbaikan, hujan turun, jebol lagi,” kata Kepala Desa Giritirto, Sugito, mengutip YouTube Liputan6 pada Senin (22/1).
Sugito mengatakan, pembangunan embung tersebut sudah pernah ditinjau oleh para peneliti dari UGM. Mereka mengatakan kalau pembangunan embung tersebut perlu dikaji ulang.
Kondisi tersebut membuat warga Desa Giritirto kecewa. Padahal mereka sempat berharap bahwa pembangunan embung seluas 1 hektare itu bisa menjadi sumber air bagi perkebunan dan pertanian warga sekitar. Keberadaannya pun diharapkan menjadi cadangan air untuk konsumsi di musim kemarau.
Warga sekitar berharap pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Kebumen berkoordinasi untuk memperbaiki embung tersebut hingga bisa berfungsi sebagaimana seharusnya.
“Kami sangat kecewa. Kalau kondisinya seperti ini ya masyarakat berharap agar embung ini bisa diperbaiki lagi,” kata Maslam, salah seorang warga Desa Giritirto.
- Pemerintah Siapkan Anggaran Rp90 Miliar Ganti Rugi Lahan Warga Terdampak Proyek IKN
- Momen Mencekam Bawaslu Intan Jaya Disandera KKB dan Dipalak Ratusan Juta Rupiah
- Tiga Proyek Mangkrak Warisan Tom Lembong Dibereskan Menteri Bahlil
- Diduga Mark Up Dana Bantuan Pemprov DKI, 3 Pejabat Bekasi dan Kontraktor Ditahan
Dari data yang dikumpulkan perangkat Desa Giritirto, pembangunan embung tersebut sempat mangkrak karena kontraktor proyeknya tidak dibayar.
Pada tahun 2020, dialokasikan dana sebesar Rp2,5 miliar dari APBD untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Anggaran tersebut dilelang dan dimenangkan oleh kontraktor yang berbeda dengan nilai kontrak sebesar Rp2,42 miliar.