Serunya Pawai Ogoh-Ogoh, Bukti Rukunnya Kehidupan Umat Beragama di Semarang
Pawai Ogoh-Ogoh merupakan kegiatan tahunan Kota Semarang yang telah dimulai sejak 2010. Kegiatan ini merupakan wujud dari kerukunan umat beragama di Kota Semarang. Pada Minggu (30/4), kegiatan pawai itu digelar secara meriah.
Pawai Ogoh-Ogoh merupakan kegiatan tahunan Kota Semarang yang telah dimulai sejak 2010. Kegiatan ini merupakan wujud dari kerukunan umat beragama di Kota Semarang. Pada Minggu (30/4), kegiatan pawai itu digelar secara meriah.
“Ini merupakan bentuk bagaimana Kota Semarang sangat mengedepankan semangat NKRI. Tadi kita sudah melihat, semua masyarakat lintas agama ikut mendukung kegiatan ini,” kata Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, dikutip dari ANTARA.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu seperti apa keseruan acara itu? Berikut selengkapnya:
Kota Toleran
©Instagram/@semarangpemkot
Wali Kota Semarang yang akrab disapa Ita itu mengatakan bahwa kesuksesan penyelenggaraan Pawai Ogoh-Ogoh semakin memantapkan posisi Kota Semarang sebagai salah satu kota paling toleran di Indonesia. Menurutnya, kegiatan kali ini terbilang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya karena pandemi COVID-19.
“Ke depannya nanti terbersit keinginan kami dengan teman-teman semua. Ini harus dilanjutkan dan kami punya ide untuk 17 Agustus nanti bisa lebih besar dan lebih Bhinneka Tunggal Ika lagi. Sehingga ini bisa menjadi momentum kebangkitan kita setelah pandemi COVID-19,” kata Ita.
Pendidikan Karakter
©Instagram/@semarangpemkot
Selain itu, Ita mengatakan bahwa acara Pawai Ogoh-Ogoh ini bisa menjadi sarana pendidikan karakter bagi anak-anak. Karakter yang dimunculkan dalam acara ini adalah upaya menjunjung tinggi budaya sendiri sehingga tidak tenggelam oleh budaya-budaya barat.
“Tentu ini bisa menjadi salah satu pendidikan karakter. Bahwa ini lho ada budaya. Ini harus kita peringati. Jangan sampai ini terlupakan akibat budaya dari barat,” ujar Ita.
Upaya Bangun Kerukunan
©Instagram/@semarangpemkot
Sementara itu, ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang sekaligus Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang, I Nengah Wirta Dharmayana berharap karnaval Pawai Ogoh-Ogoh bisa membangun kerukunan umat beragama di Semarang. Selain itu, acara seperti ini bisa memantik para pegiat seni di Kota Semarang untuk terus berkreasi.
“Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih besar lagi dan lebih banyak kelompok etnis yang ikut pada kegiatan ini. Karena ini merupakan salah satu cara untuk membangun kerukunan, saling mengerti, saling bertemu, dan saling berkerasi. Ini adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk membangun kerukunan,” pungkas Nengah.