Suasana Kehidupan Kampung di Pedalaman Hutan Jati Grobogan, Hidup Tanpa Listrik
Rumah-rumah di sana sudah diwariskan secara turun-temurun
Rumah-rumah di sana sudah diwariskan secara turun-temurun
Suasana Kehidupan Kampung di Pedalaman Hutan Jati Grobogan, Hidup Tanpa Listrik
Sebuah kampung di Kabupaten Grobogan letaknya berada di pedalaman hutan jati. Akses menuju kampung itu terbilang sulit. Pengunjung dengan kendaraan roda dua harus melewati jalan berpasir yang sempit di antara pohon-pohon jati yang membentang sejauh empat kilometer.
-
Apa yang menjadi ciri khas Kampung Andongsili? Dusun Andongsili merupakan sebuah kampung terpencil di tengah perkebunan teh, tepatnya di Desa Godah, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Kampung itu berada di kaki Gunung Kamulyan dan jauh dari pusat kota. Jalan untuk menuju ke kampung itu sangat sulit. Pengendara harus melewati hutan, sungai, dan perkebunan teh.
-
Apa yang terjadi pada penduduk kampung Tolire? Sementara itu, kepala kampung dan masyarakat terkubur di dasar danau yang menjadi Danau Tolire Besar.
-
Di mana desa Tegal Wangi terletak? Desa Tegal Wangi di Jimbaran, Badung, Bali, kini menjadi hidden gem yang menawarkan keindahan pantai dengan suasana tenang.
-
Mengapa Desa Cemarajaya terancam tenggelam? Desa Cemarajaya pesisir ini terancam tenggelam imbas dari abrasi.
-
Apa yang terjadi di Kampung Teko? Kampung ini disebut jadi salah satu daerah yang hampir tenggelam di wilayah Jakarta.
-
Siapa yang dimakamkan di kampung Tegalsari? Sebagai sesepuh kampung Tegalsari, jenazah Eyang Kudo Kardono dimakamkan di sini.
Kampung Kramat masuk wilayah Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Kampung itu hanya terdiri dari 17 kepala keluarga (KK). Di kampung tersebut, rumah dan bangunannya masih berupa kayu. Nama “Kramat” untuk kampung itu diambil dari sebuah sendang yang letaknya tak jauh dari sana.
Rumah-rumah warga di sana diwariskan secara turun-temurun. Dulu para sesepuh pendahulu yang tinggal di kampung itu bekerja untuk PT Perhutani menebang pohon di hutan jati.
Untuk penerangan malam hari, warga di sana menggunakan tenaga surya. Salah seorang warga di sana berkata, tanah di kampung itu bukan tanah hak milik, melainkan masih dimiliki PT KAI.
Mayoritas warga di sana bekerja sebagai petani. Hasil tani dari desa itu adalah pisang dan jagung. Selain itu mereka juga bekerja memelihara hewan ternak sapi, kambing, dan ayam.
Rumah-rumah di kampung itu hampir seluruhnya tersusun dari kayu jati. Mulai dari atap, dinding, penyangga, pintu, hingga lantai rumah terbuat dari kayu jati.
- Berladang Jauh di Dalam Hutan, Petani Pangandaran Makan Ini Demi Bertahan Hidup
- Mengunjungi Surga Tersembunyi di Pedalaman Hutan Blora, Ada Sumber Air Panas hingga Gua
- Berjuang Demi Bertahan Hidup, Ini Kisah Pilu dari Kampung Miskin di Brebes
- Kisah Kampung Mati di Gunungkidul, Kini Hanya Tersisa Dua Rumah di Puncak Bukit
Sementara itu, mata air yang digunakan oleh warga setempat untuk keperluan air bersih jaraknya sekitar 700 meter dari perkampungan itu. Tiap hari warga mengambil air dari mata air itu.
Karena musim kemarau yang berkepanjangan, tanah di sana begitu kering kerontang. Di sela-sela waktu luang, para ibu-ibu di kampung itu beraktivitas mengupas lempuyang.
Tak jauh dari perkampungan itu, terdapat jalur kereta api yang menghubungkan Semarang hingga Solo. Untuk bepergian warga sebenarnya bisa menyusuri jalur kereta api itu. Namun mereka harus menunggu waktu yang tepat saat tidak ada kereta api yang lewat di sana.