Suasana Kota Purwokerto Saat Digempur Belanda Tahun 1947, Semua Bangunan Dibumihanguskan
Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Suasana Kota Purwokerto Saat Digempur Belanda Tahun 1947, Semua Bangunan Dibumi Hanguskan
Tanggal 30 Juli 1947, Kota Purwokerto hancur lebur. Banyak bangunan yang dihancurkan. Asap-asap kebakaran mengepul di mana-mana.
Pada saat itu, Panglima Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI), Gatot Subroto, menginstruksikan pelaksanaan taktik bumi hanguskan.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I dimulai? Tepat hari ini, 21 Juli pada tahun 1947 silam, Belanda melancarkan Agresi Militer I di Indonesia.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I terjadi? Mengutip dari beberapa sumber, berlangsungnya Agresi Militer Belanda I ini tepat di hari ketiga puasa. Di Sumatera Selatan, aksi tersebut dimulai setelah umat Islam menyantap makan sahur.
-
Siapa yang berperang melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I? Mereka pun juga bertarung dengan laskar-laskar rakyat yang tak terkecuali beranggotakan umat Islam dari pesantren.
-
Apa tujuan utama Belanda dalam Agresi Militer I di Indonesia? Tujuan utama serangan ini untuk menguasai sumber daya alam Indonesia yang berada di Jawa dan Sumatera. Di Sumatera, Belanda ingin menguasai pertambangan dan perkebunan. Sementara di Jawa, Belanda bergerak ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dengan tujuan menguasai pabrik, pelabuhan, dan perkebunan.
-
Bagaimana Umat Islam di Jawa Timur merespon Agresi Militer Belanda? Para ulama setempat sudah mendeteksi adanya serangan susulan dari pihak Belanda saat bulan puasa.Mereka pun menggelar musyawarah di Pamekasan dan menyatakan perang dengan Jihad fi Sabilillah untuk mempertahankan kedaulatan negara.
-
Siapa yang memimpin TNI saat menghadapi Agresi Militer Belanda? Kala itu kekuatan TNI sangat terbatas dalam menghadapi Agresi Militer Belanda. Rakyat Indonesia akhirnya turun tangan membantu TNI hingga munculah Perang Rakyat Semesta dimana segenap kekuatan TNI dan masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut.
Usaha Belanda menguasai Karesidenan Banyumas terhambat oleh perlawanan 4 kompi tentara Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Brotosiswoyo. Selain membuat barikade jalan, pasukan TRI juga meledakkan sembilan jembatan untuk menghambat laju tentara Belanda menuju Purwokerto.
Namun belakangan pasukan Belanda berhasil menyadap sambungan telepon tentara Indonesia. Dilansir dari YouTube Hendri Teja, pasukan Belanda kemudian mudur ke Tegal. Mereka mengganti jalur penyerangan melalui Bumijawa, lali ke Belik.
Pasukan Belanda lalu maju menuju Bobotsari dengan cara memutari Gunung Slamet. Setelah melalui pertarungan sengit, Bobotsari akhirnya berhasil dikuasai Belanda pada pukul 16.30 WIB.
Mengetahui pertahanan di Bobotsari telah dikuasai Belanda, Panglima Gatot Subroto memerintahkan pelaksanaan taktik bumi hangus. Gedung-gedung dan bangunan penting di Kota Purwokerto seperti stasiun, pabrik gula, serta instalasi militer dibakar habis.
Pada 31 Juli 1947 pukul 12.00 siang, Belanda berhasil menguasai Purwokerto. Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
- Sebabkan Kebakaran Hutan di Lereng Gunung Ijen, Pria Bondowoso Ditangkap
- 2 Daerah di Sumsel jadi Kota dengan Polusi Udara Terburuk di Indonesia, Nomor 1 Palembang
- Intip Keseruan Dapur Merdeka Bareng Rieke 'Si Oneng' Pitaloka
- Kejinya Pasukan Belanda di Aceh Bunuh Warga Satu Desa, 1 Anak Kecil Disisakan Ini potretnya
Pasukan Belanda kemudian dipecah dua. Sejumlah tentara kemudian dikirim menuju Cilacap melalui Wangon.
Dilansir dari kanal YouTube Hendri Teja, Agresi Militer Belanda I di Karesidenan Banyumas, dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel Jantje Mayer. Pasukan ini berangkat dari Bandung, menduduki Cirebon, lalu memborbardir Tegal.
Saat itu tentara Indonesia di Banyumas sedang mengalami situasi sulit. Hal itu dikarenakan sebagian besar pasukan sedang bertugas di daerah Jawa Barat untuk membantu Divisi Siliwangi.
Pada 31 Juli 1947 sekitar pukul 8 pagi, tentara Belanda dihadang oleh Batalyon IV Wongsoatmojo di Desa Sindangkangen, Purbalingga.
Namun gerak pasukan Belanda tidak dapat dibendung. Pasukan Belanda terus melaju hingga Sukaraja.
Kemudian menghujani Purwokerto dengan tembakan altileri yang mengenai rumah serta bangunan di sekitar alun-alun.
Hari itu, sekitar pukul 12 siang, Belanda berhasil menguasai Purwokerto. Pemerintah Karesidenan Banyumas dan militer Indonesia mundur ke daerah utara Purwokerto.
Perjuangan beralih menjadi perang dunia. Belanda kemudian mengadakan pembersihan ke desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
Usai Purwokerto dikuasai, tentara Belanda memperluas serangan. Pasukan dipecah dua.
Pasukan pertama dipecah menuju Klampok dengan target menduduki Purwanegara, Banjarnegara. Sementara itu pasukan kedua menuju Cilacap melalui Wangon.
Singkat cerita, Kota Cilacap akhirnya juga jatuh ke tangan Belanda melalui serangan darat melalui Jeruklegi pada 4 Agustus 1947.